Bursa Asia Dibuka Beragam Jelang Keputusan Suku Bunga Bank Sentral Jepang

Bank Sentral Jepang akan merilis keputusan suku bunga dan pernyataan kebijakan moneter pada hari Jumat ini. Kebijakan tersebut ditunggu oleh investor bursa Asia.

oleh Athika Rahma diperbarui 18 Des 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 18 Des 2020, 08:30 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Jumat ini. Investor menunggu keputusan suku bunga Bank Sentral Jepang dan juga pernyataan kebijakan moneter yang akan dijalankan.

Mengutip CNBC, Jumat (18/12/2020), indeks Nikkei 225 Jepang merosot 0,05 persen di awal perdagangan. Sementara indeks Topix naik tipis.

Kospi Korea Selatan diperdagangan mendatar. Sementara bursa saham di Australia melemah dengan S&P/ASX 200 turun sekitar 0,69 persen.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang yang menjadi patokan bursa Asia diperdagangkan turun 0,06 persen.

Bank Sentral Jepang akan merilis keputusan suku bunga dan pernyataan kebijakan moneter pada hari Jumat ini.

"Konsensus adalah Bank Sentral Jepang akan memperluas program pendanaan khusus untuk membantu bisnis, sambil mempertahankan suku bunga," tulis analis National Australia Bank Rodrigo Catril, dalam catatannya.

“Meski begitu, ada minoritas berarti yang mengharapkan perpanjangan batas pembelian ETF.” tambah dia.

Meningkatnya kasus positif COVID-19 di beberapa bagian Asia Utara membebani sentimen investor.

Di Tokyo pada Kamis kemarin mengalami rekor jumlah infeksi COVID-19 baru, dengan pemerintah meningkatkan kewaspadaannya terhadap tekanan pada sistem medis ke tingkat tertinggi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Wall Street Cetak Rekor Tertinggi karena Optimisme Stimulus Fiskal

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Wall Street ditutup menguat dan mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong utama sentimen bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut adalah harapan akan keputusan stimulus fiskal bisa disetujui sebelum akhir 2020.

Mengutip CNBC, Jumat (18/12/2020), S&P 500 naik 0,6 persen dan berakhir di 3.722,48. Untuk Nasdaq Composite naik 0,8 persen menjadi 12.764,75. Sedangkan Dow Jones Industrial Average naik 148,83 poin atau 0,5 persen menjadi 30.303,37.

Baik S&P 500 dan Nasdaq mencapai rekor tertinggi dalam intraday maupun penutupan. Sedangkan Dow Jones membukukan level penutupan tertinggi yang pernah ada.

Sektor properti, material, dan perawatan kesehatan adalah sektor dengan kinerja terbaik di S&P 500, dengan masing-masing naik lebih dari 1 persen. Johnson & Johnson naik 2,6 persen dan memimpin Dow menembus rekor tertinggi.

“Stimulus masih menjadi pendorong utama di pasar saham saat ini sampai mereka menyelesaikan sesuatu, dan tampaknya ada motivasi untuk menyelesaikan sesuatu itu,” kata analis KKM Financial, Dan Deming.

"Antusiasme dari pelaku pasar membawa keuntungan bagi Wall Street," tambah dia.

Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell R-Ky mengatakan bahwa kesepakatan bantuan atau stimulus untuk penanganan pandemi COvid-19 sudah dekat.

Pembicaraan ini seiring dengan peningkatan yang cukup cepat penyebaran virus Corona di AS. Negara tersebut mencatat setidaknya ada tambahan 215.729 kasus Covid-19 setiap hari. Pada hari Rabu saja, lebih dari 247.000 infeksi baru telah dikonfirmasi.

Bertambahnya kasus Covid-19 ini telah membuat beberapa negara bagian memberlakukan kembali langkah-langkah jarak sosial yang lebih ketat yang memperlambat sebagian ekonomi, terutama pasar tenaga kerja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya