Perencana Keuangan Ungkap Ada yang Lebih Bahaya dari Saham Pompom, Apakah Itu?

Perencana Keuangan Senior Aidil Akbar Madjid berpendapat ada yang jauh lebih berbahaya dari pompom saham.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jan 2021, 07:52 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2021, 07:51 WIB
Reksadana
Ilustrasi Investasi Uang Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan, ramai rekomendasi sejumlah saham yang beredar di sosial media. Hal ini menjadi pemicu meningkatnya minat pengguna media sosial, yang didominasi generasi muda, untuk terjun ke pasar modal.

Fenomena tersebut biasa disebut dengan istilah pompom saham, yang mengacu kepada beberapa saham yang digadang-gadang harganya akan melejit oleh individu atau kelompok tertentu.

Bahkan, sejumlah tokoh ternama (influencer) juga turut merekomendasikan saham-saham tertentu. Rekomendasi tersebut lantas bisa saja diamini oleh sebagian pengikutnya.

Hal ini berpotensi merugikan para investor pemula yang belum paham kinerja pasar modal jika terpengaruh pompom saham.

Namun begitu, Perencana Keuangan Senior Aidil Akbar Madjid berpendapat ada yang jauh lebih berbahaya dari pompom saham. Yaitu akun-akun anonim yang membahas mengenai perencanaan keuangan di media sosial.

“Yang lebih bahaya sekarang banyak akun yang anonimus,” kata Aidil dalam diskusi virtual, ditulis Kamis, (28/1/2021).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Akun Anonim Sulit Ditelusuri

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebagai perbandingan, untuk saham pompom yang melibatkan influencer atau tokoh kenamaan tanah air lebih mudah untuk ditelusuri keberadaannya. Sementara jika akun anonim akan sulit untuk menelusurinya jika terjadi sesuatu yang merugikan.

Bahkan, jika akun anonim tersebut sudah memiliki banyak pengikut, akan berpotensi menggiring pengikutnya untuk tujuan-tujuan tertentu dan akan membahayakan.

"Kalau anonymous mewakili perusahaannya itu masih oke. Tapi kalau dia enggak jelas siapa orang atau admin di belakangnya, kemudian mengatakan bahwa ekonomi Indonesia akan A, akan B, saham akan naik atau turun, itu pertanyaannya,” ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya