Kinerja Keuangan Perusahaan Mengecewakan, Wall Street Anjlok

Keputusan the Federal Reserve dan laporan keuangan perusahaan membayangi wall street pada perdagangan saham Rabu waktu setempat.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Jan 2021, 06:20 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2021, 06:20 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah tajam pada perdagangan Rabu waktu setempat seiring laba perusahaan yang mengecewakan. Selain itu, pelaku pasar juga khawatir terhadap meningkatnya aktivitas perdagangan spekulatif yang semakin dalam.

Pada penutupan wall street, Rabu, 27 Januari 2021, indeks saham Dow Jones melemah 633,87 poin atau 2,1 persen menjadi 30.303,17. Penurunan indeks saham Dow Jones ini terburuk sejak 28 Oktober. Indeks saham S&P 500 merosot 2,6 persen menjadi 3.750,77, tergelincir dari rekor tertinggi dan alami penurunan terbesar dalam tiga bulan.

Penurunan tajam pada Rabu waktu setempat menghapus keuntungan pada 2021 untuk indeks saham S&P 500. Sementara itu, indeks saham Nasdaq merosot 2,6 persen menjadi 13.270,60.

Saham Boeing turun empat persen setelah melaporkan rugi bersih pada 2020 mencapai rekor USD 11,9 miliar di tengah larangan terbang 737 MAX dan pandemi COVID-19. 

Saham AMD anjlok lebih dari enam perseroan setelah produsen chip itu membukukan pendapatan dan laba yang mengalahkan harapan pasar. Saham Microsoft naik 0,3 persen setelah melaporkan penjualan tumbuh 17 persen secara kuartalan dengan didukung bisnis cloud.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Keputusan The Fed Tak Mampu Tahan Aksi Jual

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, keputusan the Federal Reserve gagal membendung aksi jual bahkan ketika mempertahankan suku bunga mendekati nol. Bank sentral AS juga mempertahankan program pembelian aset setidaknya USD 120 miliar dalam sebulan.

Akan tetapi, aksi spekulatif yang semakin intensif di antara investor ritel menyebabkan kekhawatiran paling besar.  Saham GameStop dan AMC Entertainment terus didorong lebih tinggi oleh pelaku pasar di ruang obrolan online.

Beberapa investor khawatir tentang kerugian yang meningkat dengan dana lindung nilai yang beralih ke pasar lain karena perusahaan sekuritas menjual untuk mengumpulkan dana tunai. Investor juga khawatir, perilaku spekulatif merupakan pertanda pasar dinilai terlalu tinggi dan tekanan terhadap pasar saham sudah dekat.

"Kami telah berlari begitu banyak dan ini adalah aksi ambil untung yang sehat. Telah terjadi pencairan dana yang luar biasa dalam dua bulan terakhir. Saat pasar naik, Anda akan melihat perilaku spekulatif dari banyak investor,” ujar Pendiri Astoria Portfolio Advisors, John Davi, seperti dilansir dari CNBC, Kamis, (28/1/2021).

Saham GameStop Melonjak

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Saham GameStop melonjak lagi, lebih dari dua kali lipat pada Rabu pekan ini. “Pelaku pasar telah menyaksikan fenomena GME dengan rasa ingin tahu dan geli, tetapi lonjakan selama berhari-hari di dalamnya mengikis kepercayaan pasar dan menciptakan dislokasi yang didorong oleh posisi,” ujar Pendiri Vital Knowledge Adam Crisafulli.

Sementara itu, saham AMC melonjak lebih dari 300 persen pada Rabu pekan ini. Lebih dari satu miliar saham AMC diperdagangkan. TD Ameritrade mengatakan, pihaknya memberlakukan pembatasan pada transaksi tertentu yang melibatkan GameStop dan AMC untuk kurangi risiko bagi perusahaan dan kliennya.

"Saham jatuh karena lonjakan saham dalam jangka pendek seperti GME dan lainnya menciptakan panggilan margin yang substansial untuk posisi dana pendek. Ini adalah penjualan paksa oleh hedge fund menyebabkan sedikit gejolak di pasar dan kemungkinan mengarahkan semua manajer aktif untuk masuk mode risk-off,” ujar FundStrat Tom Lee.

Indeks volatilitas CBOE yang dikenal sebagai VIX atau pengukur kekhawatiran wall street melonjak di atas 30 pada Rabu pekan ini, mencapai level tertinggi sejak November.

Investor “The Big Short” Michael Burry mengatakan, perdagangan saham GameStop tidak wajar, gila dan berbahaya sehingga harus diatur dan berdampak hukum.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya