Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Selasa, (9/2/2021). Saham BBRI menguat di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah.
Mengutip data RTI, saham BBRI naik 3,59 persen ke posisi Rp 4.620 per saham. Saham BBRI dibuka naik 40 poin ke posisi Rp 4.500 per saham. Saham BBRI sempat di level tertinggi 4.770 dan terendah 4.500 per saham.
Total frekuensi perdagangan saham 59.367 kali dengan nilai transaksi Rp 2 triliun. Pada awal pekan ini, investor asing juga beli saham BBRI senilai Rp 705,3 miliar.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, IHSG melemah 27,19 poin atau 0,44 persen ke posisi 6.181,67. Indeks saham LQ45 merosot 0,75 persen ke posisi 950,33. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Sebanyak 315 saham melemah sehingga menekan IHSG. 158 saham menguat dan 167 saham diam di tempat.
Saham BBRI menguat juga di tengah pemerintah berencana membentuk induk usaha atau holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ultra mikro.
Holding ini akan berisi PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menilai, pelaku pasar mengapresiasi kebijakan pemerintah dalam mewujudkan holding ultra mikro.
"Dengan demikian, komitmen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dlaam mendukung pengembangan UMKM berpotensi semakin optimal ke depan seiring pemulihan ekonomi,” ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tahapan Pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, holding BUMN ultra mikro di bawah naungan BRI ini merupakan langkah untuk meningkatkan jangkauan dan kapasitas dari institusi dalam bentuk holding.
“Ini untuk melayani lebih banyak dan lebih luas ke segmen ultra mikro," ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Senin (8/2/2021).
Bendahara Negara itu mengatakan, holding harus melalui persetujuan right issue dari BRI, di mana negara akan mengambil seluruhnya dan mengalihkan semua saham seri B negara pada PT PNM dan PT Pegadaian kepada BRI.
Adapun proses penyertaan atau penyetoran saham negara meliputi lima hal.
Pertama, right issue BRI dilakukan setelah mendapat arahan dari Komite Privatisasi dan rekomendasi dari Menteri Keuangan serta konsultasi dengan DPR-RI. Sebagaimanan proses right issue yang amanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan.
Kedua, seluruh sahan seri B negara pada PT Pegadaian dan PT PNM akan disetorkan ke BRI dalam rangka partisipasi pemerintah dalam rights issue PT BRI. “Sehingga pemerintah akan tetap terjaga sahamnya di BRI 56,75 persen. Namun dari partisipasi ini, kita gunakan dengan menyerahkan PT PNM dan pegadaian kepada BRI,” tuturnya.
Ketiga, penyertaan atau penyetoran seluruh saham seri B negara pada PT Pegadaian dan PT PNM kepada PT BRI dikaukan sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyertaan Modal Negara kepada BUMN.
Keempat, setelah transaksi rights issue, PT BRI akan memiliki seluruh saham seri B pegadaian dan PNM, sedangkan pemerintah RI masih memiliki satu lembar saham seri A Dwiwarna pada PT Pegadaian dan PT PNM.
Kelima, nilai transaksi akan didasarkan pada hasil penilaian independen Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) sesuai ketenyuan pasar modal.“Bentuk partisipasi pemerintah dalam transaksi rights issue BRI dilakukan secara non-cash pengalihan saham seri B negara dalam PT Pegadaian dan PT PNM,” ucapnya.
Advertisement