Wall Street Beragam, Indeks Dow Jones Kembali Cetak Rekor

Pada penutupan perdagangan wall street, Rabu, 10 Februari 2021, indeks saham Dow Jones naik 0,2 persen ke posisi 31.437,80.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Feb 2021, 05:56 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2021, 05:55 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Rabu waktu setempat. Indeks Dow Jones mencatat rekor seiring investor mencermati data kinerja keuangan perusahaan dan inflasi yang terkendali.

Pada penutupan perdagangan wall street, Rabu, 10 Februari 2021, indeks saham Dow Jones naik 0,2 persen ke posisi 31.437,80.

Indeks saham S&P 500 melemah 0,1 persen ke posisi 3.909,88. Sedangkan indeks saham Nasdaq turun 0,3 persen menjadi 13.972,53 seiring Amazon, Microsoft dan Apple melemah. Indeks saham S&P 500 dan Nasdaq sempat sentuh posisi tertinggi sepanjang masa.

Indeks harga konsumen atau inflasi AS naik 0,3 persen pada Januari. Data inflasi tersebut sesuai harapan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

“Salah satu kekhawatiran adalah inflasi akan mulai tertahan karena begitu banyak stimulus moneter dan fiskal yang akan menyebabkan Departemen Keuangan dan the Federal Reserve melakukan intervensi,” ujar Senior Portfolio Manager, Keith Buchanan, seperti dilansir dari CNBC, Kamis (11/2/2021).

Ia menuturkan, setiap berita yang menunjukkan inflasi akan lebih rendah sehingga akan menunda potensi untuk menarik kembali beberapa stimulus.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kebijakan the Federal Reserve

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, ketua the Federal Reserve Jerome Powell menuturkan, kebijakan moneter harus tetap sabar akomodatif untuk mendukung ekonomi yang masih menghadapi tantangan terutama di pasar tenaga kerja. Gambaran ketenagakerjaan “masih jauh” dari tempat yang seharusnya.

Di sisi lain, saham Under Armour melonjak lebih dari delapan persen setelah melaporkan keuntungan mengejutkan pada musim liburan. Penjualan didorong oleh pertumbuhan digital yang kuat. Saham Twitter menguat 13,2 persen setelah laporan kinerja mengalahkan konsensus wall street.

Lebih dari 60 perusahaan yang masuk S&P 500 telah melaporkan pendapatan kuartalan. 83 persen dari hasil itu melampaui konsensus wall street.

Pada Februari, indeks saham acuan masih positif dengan indeks saham S&P 500 naik lebih dari lima persen. Hal tersebut seiring investor tetap optimistis tentang tambahan stimulus COVID-19.

Sementara itu, Partai Demokrat mengungkapkan rincian proposal bantuan yang mencakup pemberian langsung USD 1.400 dengan penghapusan tagihan lebih cepat dari tagihan sebelumnya. Presiden AS Joe Biden dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen bertemu CEO JP Morgan, Walmart dan GAP untuk membahas bantuan tambahan ekonomi.

Stimulus fiskal besar-besaran dan the Federal Reserve yang sangat akomodatif harus menjaga ekuitas bergerak lebih tinggi,” ujar Chief Investment Officer for Independent Advisor Alliance Chris Zaccarelli.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya