IPO Perusahaan China di Bursa Saham AS Sentuh Posisi Tertinggi pada 2020

Direktur Pelaksana Blueshirt, Gary Dvorchak menuturkan, perusahaan China yang terdaftar di AS dapat memberi akses lebih banyak ke investor sehingga dapat menghasilkan valuasi lebih tinggi.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Feb 2021, 21:39 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2021, 21:39 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan China mengumpulkan dana USD 12,1 miliar melalui penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di bursa saham Amerika Serikat (AS). Jumlah itu tertinggi sejak 2014 ketika Alibaba mencetak rekor IPO terbesar dalam debut di Bursa Efek New York.

"Terlepas dari pembicaraan, termasuk tindakan kongres tentang penghapusan perusahaan China, perusahaan China terus go public di Amerika Serikat. Tahun lalu aktif, dan tahun ini terus terjadi juga,” ujar Profesor University of Florida, Jay Ritter, seperti dilansir dari VOA, Sabtu (27/2/2021).

Berdasarkan studi terpisah oleh grup Rhodium, kepemilikan sekuritas China di AS mendekati USD 1,2 triliun pada akhir 2020. “Pasar AS sangat penting untuk penggalangan dana perusahaan China,” dikutip dari laporan itu.

Direktur Pelaksana Blueshirt, Gary Dvorchak menuturkan, perusahaan China yang terdaftar di AS dapat memberi akses lebih banyak ke investor sehingga dapat menghasilkan valuasi lebih tinggi.

"Misalnya ada banyak investor bioteknologi dan berpengatahuan luas di pasar AS sehingga perusahaan bioteknologi kemungkinan akan menemukan investor yang memahami bisnis dan potensi mereka. Dengan demikian bersedia untuk menghargainya sesuai dengan itu,” ujar Dvorchak.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Risiko dan Keuntungan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Meski pun adalah lebih dari 200 perusahaan China yang terdaftar di pasar saham AS dengan kapitalisasi pasar lebih dari USD 2 triliun, regulator AS tidak pernah diizinkan untuk memeriksa pembukuaan mereka. Emiten yang berbasis di China memiliki kewajiban untuk mengungkapkan dan tanggung jawab hukum yang sama dengan emiten non-AS lainnya.

Namun, perusahaan telah lama menolak untuk membagikan dokumen untuk diaudit oleh pengawas audit AS, yang dikenal sebagai Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik. Hal ini karena akan melanggar undang-undang kerahasiaan China.

The US Securities and Exchange Commission (SEC) yang bertanggung jawab melindungi investor mengeluarkan peringatan tahun lalu kalau komisi mungkin dibatasi secara material dalam kemampuannya untuk menegakkan standar pengungkapan berkualitas tinggi untuk perusahaan yang berbasis di China.

"Akibatnya, ada risiko yang jauh lebih besar, pengungkapan mereka mungkin tidak lengkap dan menyesatkan,” tulis SEC.

Pada April 2020, jaringan kopi China Luckin Coffee di China sebagai pesaing Starbucks mengakui telah memanipulasi USD 310 juta dari penjualannya selama tiga kuartal.

Pada pertengahan Juni, nilai perusahaan anjlok lebih dari 90 persen dari total nilai pasar lebih dari USD 11 miliar. Perusahaan itu akhirnya dihapus dari daftar Nasdaq.

Sementara risiko bagi investor bisa tinggi dan juga keuntunggannya. Chief Investment Officer Krance Fund Advisors Brendan Ahern menuturkan, perusahaan China telah memberikan imbal hasil luar biasa bagi investor AS.

“Jika Anda kembali ke 20 tahun lalu dan bertanya, saham apa yang akan Anda miliki?Hampir setiap investor akan mengatakan membeli Amazon. Tetapi kenyataannya NTES, perusahaan teknologi di China yang go public pada Juni 2000 telah memberikan kinerja dua kali lipat dari Amazon. Ini telah mengembalikan 18.000 persen, selama 21 tahun terakhir versus pengembalian Amazon 8.700,” kata dia.

 

Tekanan AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Meski demikian, kongres AS mengeluarkan undang-undang dengan dukungan bipartisan yang kuat yang dapat memaksa perusahaan China menghapus sahamnya dari bursa saham AS. The Holding Foreign Companies Accountable Act kemudian diteken mantan Presiden AS Donald Trump melarang perusahaan sekuritas untuk terdaftar di salah satu bursa sekuritas AS.

Undang-undang itu juga membahas masalah yang berkaitan dengan keamanan nasional. Ini mewajibkan perusahaan publik untuk mengungkapkan apakah dimiliki dan dikendalikan oleh pemerintah asing termasuk China.

Mantan Presiden AS Trump mengeluarkan perintah eksekutif melarang investor AS yang membeli sekuritas dari perusahaan yang diduga dikendalikan oleh militer China. Akibatnya tiga raksasa telekomunikasi China yaitu China Mobile Ltd, China Telecom Corp Ltd dan China Unicorn Hong Kong Ltd disingkirkan awal 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya