Perkuat Pangsa Pasar, Begini Strategi Indocement Tunggal Prakarsa

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga memutuskan untuk merelokasi salah satu terminal apungnya yang terletak di Samarinda, Kalimantan Timur ini direlokasi ke Konawe, Sulawesi Tenggara.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Mar 2021, 19:55 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2021, 19:55 WIB
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Instagram @harmoni3roda)
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Instagram @harmoni3roda)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) mengungkapkan pangsa pasar untuk produk semen meningkat, dari 25,5 persen pada 2019 menjadi 25,8 persen pada 2020.

Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya mengatakan, pangsa pasar Indocement di Jawa dan Luar Jawa mengalami pertumbuhan dari tahun lalu.

Di Jawa meningkat 70 bps dari 34,1 persen menjadi 34,8 persen dan Luar Jawa meningkat 80 bps dari 14,5 persen menjadi 15,3 persen. Peningkatan pertumbuhan Luar Jawa terutama berasal dari Pulau Sumatera yang disebabkan tingginya aktivitas pembangunan infrastruktur, salah satunya proyek tol Trans Sumatera.

"Jadi kita mulai melihat Sumatera adalah next island yang selanjutnya setelah Jawa yang akan berkembang dengan lebih baik. Karena Trans Sumatera sudah dibuat oleh Pak Jokowi,” kata Christian dalam video konferensi, Jumat (19/3/2021).

Perseroan kemudian merespons kondisi ini dengan membangun terminal semen. “Ini adalah usaha kami, kami membuat terminal semen. Jadi memudahkan kami untuk menjual semen. Dan kami sudah lakukan itu di Sumatra," ujar Christian.

Christian melihat pembangunan di Sumatera memiliki multiplier effect ke depannya. Oleh karena itu, perseroan telah mempersiapkan lahan untuk pembangunan terminal semen sejak empat tahun lalu.

"Saya melihat ini ada multiplier effect, efek domino yang akan membuat pembangunan disana akan berkembang. Itulah sebabnya Indocement sudah tiga-empat tahun lalu sudah membeli tanah dan sudha membangun terminal di Lampung dan terminal di Palembang,” ujar Christian.

Dengan begitu, Christian mengungkapkan perseroan bisa memperluas pangsa pasar di dua daerah tersebut. Sebelumnya, Christian mengaku perseroan tak bisa menjual semen curah di daerah tersebut.

"Supaya kita bisa memperkuat pangsa pasar kita di dua daerah tersebut, untuk membuat kita punya market share bisa naik sedikit di Sumatera, yang tadinya kita nggak bisa jual semen curah, sekarang kita bisa jual semen curah,” kata dia.

Selain itu, perseroan juga memutuskan untuk merelokasi salah satu terminal apungnya yang terletak di Samarinda, Kalimantan Timur ini direlokasi ke Konawe, Sulawesi Tenggara.

Relokasi ini mempertimbangkan kondisi pasar di Sulawesi yang terus bertumbuh. Perseroan juga merilis produk semen Rajawali untuk penetrasi pasar semen di kelas curah dengan kualitas bagus dan harga cukup kompetitif.

Di samping itu, perseroan juga mulai memperkenalkan semen ramah lingkungan dengan kualitas tinggi. Pada 2021, perseroan mengalokasikan capex Rp 1,1 triliun atau naik 10 persen dari tahun lalu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Belanja Modal Indocement pada 2021

Ilustrasi pabrik pembuatan semen.
Ilustrasi pabrik pembuatan semen. (dok. Byrev/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1,1 triliun pada 2021. Angka tersebut tak jauh berbeda dari belanja modal tahun lalu sebesar Rp 1, 06 triliun

"Tahun 2021 kita juga merencanakan Rp 1 sampai 1,1 triliun. Jadi kurang lebih naik sedikit 1 persen kita akan melihat ini perencanaan kita tahun 2021,” kata Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya dalam video konferensi, Jumat (19/3/2021).

Christian memperkirakan pertumbuhan permintaan semen akan meningkat 4-5 persen pada 2021. Penjualan semen curah diperkirakan lebih tinggi terutama pada paruh kedua tahun ini disokong beberapa hal kebijakan yang diluncurkan pemerintah.

Kebijakan tersebut antara lain, anggaran infrastruktur yang dinaikkan sebesar 38 persen dari 2020. Pembentukan INA untuk menarik lebih banyak investasi untuk proyek infrastruktur, hingga UU Cipta Kerja yang diharapkan menarik lebih banyak investasi.

Hingga Februari 2021, Christian mencatat realisasi penjualan semen meningkat sekitar 0,9 persen. "Jadi ini cukup menggembirakan," kata dia.

Ia menambahkan, sejumlah sentimen juga akan mendukung industri semen. Salah satunya insentif untuk sektor properti.

"Kami yakin dengan keluarnya beberapa kebijakan Pemerintah baru-baru ini, seperti pembentukan dana kekayaan negara (SWF), suku bunga KPR yang rendah, dan PPN 0 persen untuk jenis kepemilikan rumah tertentu tanpa diragukan lagi semuanya merupakan katalis positif bagi industri semen,” ujar Christian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya