Laba Turun 44 Persen, Saudi Aramco Bakal Tetap Bagi Dividen

Saudi Aramco melaporkan laba bersih sebesar USD 49 miliar pada 2020, turun 44,43 persen dari periode saham tahun sebelumnya USD 88,19 miliar.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Mar 2021, 17:50 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2021, 17:50 WIB
Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)
Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan raksasa minyak Saudi Aramco melaporkan penurunan laba 44,43 persen sepanjang 2020. Akan tetapi, perseroan menyebutkan tetap mempertahankan pembayaran dividen USD 75 miliar.

Saudi Aramco melaporkan laba bersih sebesar USD 49 miliar pada 2020, turun 44,43 persen dari periode saham tahun sebelumnya USD 88,19 miliar.

“Satu tahun paling menantang dalam sejarah baru-baru ini. Aramco menunjukkan proposisi nilai uniknya melalui kinerja keuangan dan operasionalnya cukup besar,” ujar Chief Executive Saudi Aramco, Amin Nasser dalam pernyataan dilansir dari CNBC, MInggu (21/3/2021).

Aramco mengatakan, pendapatan dipengaruhi oleh penurunan harga minyak mentah dan volume penjualan serta melemahnya margin penyulingan dan bahan kimia.

Saudi Aramco juga memangkas belanja modal menjadi USD 35 miliar atau sekitar Rp 505,41 triliun (asumsi kurs Rp 14.440 per dolar AS) dari sebelumnya USD 40 miliar-USD 45 miliar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kas Turun

Saudi Aramco
Saudi Aramco

Selain itu, perseroan kantongas kas menjadi USD 49 miliar atau turun hampir 40 persen. Meski demikian, Aramco juga tetap mengumumkan pembayaran dividen USD 75 miliar pada 2020 meski ada kekhawatiran akan menambah utang untuk mempertahankannya.

“Ke depan, strategi jangka panjang kami untuk mengoptimalkan portofolio minyak dan gas. Kami berada di jalur yang tepat dan seiring membaiknya kondisi makro kami melihat peningkatan permintaan di Asa dan tanda-tanda positif di tempat lain,” ujar dia.

Saham perusahaan minyak global cenderung tertekan imbas COVID-19. Saham Royal Dutch Shell dan BP turun ke posisi terendah pada 2020. Sementara itu, Exxon Mobile, perusahaan energi AS terbesar mencatat kerugian tahunan pertamanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya