Liputan6.com, Jakarta - Dua  emiten raksasa di sektor rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) resmi merilis laporan keuangan sepanjang 2020.
Dari data yang disampaikan, dua emiten rokok tercatat mengalami penurunan laba. Lalu bagaimana prospek saham rokok ke depannya?
Melihat hal ini, Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menyebut bila saham rokok masih memiliki prospek yang cukup baik untuk investasi jangka panjang.
Advertisement
Baca Juga
"Untuk saham rokok, masih layak akumulasi. Ada tiga hal yang bisa menjadi sentimen positif hal ini, salah satunya stabilitas penjualan rokok dari tahun ke tahun," kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Minggu, (4/4/2021).
Selain itu, Nafan juga menyebut produk rokok saat ini sudah mendapatkan beragam inovasi menarik. Hal ini juga menjadi salah satu sentimen positif di sektor rokok.
"Lalu adanya kenaikan cukai rokok yang tertunda. Saya rasa masih oke untuk investasi jangka panjang. Penurunan yang terjadi mungkin dampak dari pandemi jadi ada penurunan daya beli," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja Keuangan Dua Emiten Rokok pada 2020
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat kenaikan pendapatan hingga 3,57 persen dari Rp 110,52 triliun pada 2019 menjadi Rp 114,47 triliun pada 2020.
Meski demikian, biaya pokok penjualan naik 10,65 persen menjadi Rp 97,08 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 87,74 triliun. Sedangkan, Laba bruto turun 23,67 persen dari Rp 22,78 triliun pada 2019 menjadi Rp 17,38 triliun pada 2020.
Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 29,71 persen menjadi Rp 7,64 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 10,88 triliun.
Dengan demikian, laba per saham dasar dan dilusi turun menjadi Rp 3,975 pada 2020 dari periode 2019 sebesar Rp 5,655. Sedangkan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengalami penurunan pendapatan sepanjang 2020, karena berada di angka Rp92,42 triliun. Jumlah tersebut turun 12,58 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp106,05 triliun.
Untuk beban pokok pendapatan, perusahaan mengalami penurunan 7,8 persen menjadi Rp73,6 triliun pada 2020. Padahal pada 2019, beban pokok pendapatan mencapai 79,93 triliun.
Beban penjualan juga mengalami penurunan 5,4 persen menjadi Rp6,25 triliun pada 2020, setelah tahun sebelumnya berada di angka 6,62 triliun. Ikut mengalami penurunan, laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya di angka Rp8,58 triliun.
Mengalami penurunan 37,46 persen, sepanjang 2019 laba bersih yang mampu didapatkan sebesar Rp13,72 triliun.
Â
Advertisement