Bursa Saham Asia Tergelincir, Investor Cermati Data Ekonomi Jepang hingga China

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Kamis pagi, 20 Mei 2021. Investor cermati data ekonomi Jepang dan lainnya.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Mei 2021, 08:31 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2021, 08:31 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Kamis pagi, (20/5/2021). Di sisi lain, data ekspor Jepang menguat pada April 2021.

Pada Kamis pagi, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,53 persen, dan indeks saham Topix susut 0,28 persen. Data ekspor Jepang menguat 38 persen pada April 2021 dibandingkan data tahun lalu. Pertumbuhan ekspor Jepang itu lebih baik dari perkiraan ekonom sekitar 30,9 persen.

Di sisi lain, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,56 persen. Di Australia, indeks saham ASX melemah 0,17 persen. Data pekerjaan Australia akan diumumkan pada Kamis pagi. Demikian dilansir dari CNBC, Kamis, 20 Mei 2021.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang susut 0,17 persen. Adapun data ekonomi yang akan keluar seperti China akan merilis bunga acuan pinjaman.

Di Wall Street, indeks saham Dow Jones melemah 164,62 poin ke posisi 33.896,04. Indeks saham S&P 500 susut 0,29 persen ke posisi 4.115,68. Indeks saham Nasdaq berada di kisaran 13.299,74.

Indeks dolar AS berada di kisaran 90,22 yang sempat berada di kisaran 90. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 109,27 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Wall Street Melemah Imbas Uang Kripto dan The Fed

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street memangkas kerugian dan mengakhiri sesi bergejolak dari posisi terendah pada perdagangan saham Rabu, 19 Mei 2021. Hal ini seiring sebagian besar mata uang kripto sudah pulih, tetapi tekanan masih membebani.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones merosot 164,62 poin atau 0,5 persen ke posisi 33.896,04. Indeks saham Dow Jones sempat anjlok 586 poin ke posisi terendah.

Indeks saham S&P 500 susut 0,3 persen menjadi 4.115,69 didorong sembilan dari 11 sektor saham merosot. Indeks saham menguat dari penurunan 1,7 persen pada awal sesi perdagangan, dan cenderung mendatar ke posisi 13.299,74. Hal ini seiring sebagian besar saham teknologi kembali pulih termasuk Facebook, Netflix, Microsoft, dan Alphabet.

Indeks saham acuan menambah kerugian pada perdagangan Rabu sore setelah risalah the Federal Reserve pada pertemuan April mengisyaratkan mempertimbangkan kembali program pembeliana set dalam pertemuan mendatang.

Wall street cenderung bergejolak seiring saham teknologi yang melemah pada pagi hari seiring investor bingung dengan tiba-tiba mata uang kripto turun termasuk bitcoin. Kemudian pelemahan meluas ke sektor lain dengan indeks saham S&P 500 turun ke posisi terendah. Namun, sektor saham ritel terutama yang melaporkan pendapatan yang solid termasuk Target menguat.

Di sisi lain, mata uang digital terbesar di dunia anjlok 30 persen ke posisi di atas USD 30.000, menurut Coin Metrics. Pada Selasa, China memperingatkan lembaga keuangan untuk tidak melakukan bisnis terkait kripto yang mungkin memicu aksi jual.

Mata uang kripto memulihkan kondisi pada perdagangan sore dan turun 7 persen. Rata-rata mata uang kripto utama menutup sebagian dari kerugiannya karena harga bitcoin kembali bangkit. Saham teknologi yang terkait dengan bitcoin mengalami penurunan terbesar. Tesla yang memegang bitcoin turun 2,5 persen. Microstrategy, perusahaan lain yang membeli bitcoin dalam jumlah besar turun 6,6 persen. Coinbase, bursa kripto merosot hampir enam persen.

"Tidak ada pertanyaan bitcoin telah menjadi spekulasi pasar yang merajalela dan berisiko. Ini harus benar-benar dipantau dan sekarang hindari risiko,” ujar Chief Investment Officer Bleakley Advisory Group, Peter Bookcvar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya