Liputan6.com, Jakarta - Berita duka datang dari pasar modal Indonesia. Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2002-2009 Muhammad Senang Sembiring atau dikenal MS Sembiring tutup usia pada Minggu, (4/7/2021) pukul 10.25 WIB di RSCM.
Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) dan juga mantan Direktur BEI Samsul Hidayat membenarkan kabar tersebut. "Begitu info yang saya terima. Info dari salah satu keluarga beliau," ujar Samsul saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (4/7/2021).
Kepergian MS Sembiring yang tiba-tiba itu pun mengejutkan. Hal itu disampaikan Mantan Direktur Perdagangan Fix Income, Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan BEI periode 2007-2009 Guntur Pasaribu. Guntur menceritakan,dirinya bertemu dengan almarhum MS Sembiring sekitar tiga bulan lalu di salah satu mal di SCBD.
Advertisement
"Saat itu masih sangat sehat dan kita riang gembira ketawa," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu pekan ini.
Adapun MS Sembiring dikabarkan meninggal karena COVID-19. "Infonya karena COVID-19," kata dia.
Guntur menuturkan, MS Sembiring sosok sahabat yang baik dan setia. MS Sembiring juga bertanggung jawab dalam hal pekerjaan hingga detil dan tuntas.
"Beliau adalah seorang sosok sahabat yang baik dan setia, low profile dan sangat wise dalam bertukar pikiran, bertanggung jawab dalam hal pekerjaan sampai detil dan tuntas,” ujar dia.
Guntur mengatakan, MS Sembiring sosok yang mudah berkomunikasi dengan semua lapisan baik dalam lingkungan kerja dan relasi lembaga lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
"Kami sangat kehilangan seorang sahabat, karena kepergian beliau sangat tiba-tiba. Kiranya istri dan anak, dan menantu serta cucu-cucunya tabah dan lekas terhibur,” kata dia.
Hal senada dikatakan Samsul Hidayat. Samsul mengenang, MS Sembiring sosok yang bersahaja. "Beliau orangnya sangat bersahaja. Bersahabat pada siapa saja, orangnya kalau bicara lemah lembut. Kalau dalam meeting, beliau punya konsep dan tegas,” ujar dia.
Ia menambahkan, MS Sembiring juga seorang yang sangat menyenangkan. MS Sembiring menguasai masalah dan rendah hati. “Sangat bermasyarakat, dan juga mencintai lingkungan,” ujar dia.
MS Sembiring Menduduki Jabatan Komisaris di Sejumlah Perusahaan
Setelah menjabat sebagai direktur BEI, MS Sembiring menduduki sejumlah ragam jabatan di perusahaan. Ia menjabat sebagai Komisaris Utama Rukun Raharja.
Selain itu, ia juga memegang posisi sebagai Komisaris Independen Solusi Tunas Pratama sejak 2011. MS Sembiring juga menjabat sebagai Komisaris Ritz Investment Indonesia.MS Sembiring juga menjabat sebagai Komisaris Independen PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) dan PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL).
Tak hanya itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Kehati pada 2009-2018. Selain aktif di lembaga swasta, ia juga dikenal sebagai penggiat lingkungan hidup dan filantropis. MS Sembiring merupakan lulusan Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Labora pada 1999.
Advertisement
Sosok yang Peduli Lingkungan
Setelah menjabat direksi BEI, MS Sembiring berkiprah di Yayasan Kehati. Ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif KEHATI pada 2009-2018.
Adapun kehadiran Yayasan keanekaragaman hayati Indonesia (KEHATI) sejak 12 Januari 1994. Kehadiran Yayasan Kehati ini untuk menghimpun dan mengelola sumber daya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi, dan berbagai fasilitas lain untuk menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan.
Guntur menuturkan, MS Sembiring terdorong untuk tanggung jawab sosial karena barang sekali lingkungan yang diabaikan. Hal itu membuat lingkungan sosial sekitar merasa terpinggirkan dan menderia. “Untuk itulah beliau ingin mencoba peduli atas situasi lingkungan di negeri ini.
Sementara itu, mengutip laman Yayasan Kehati, keberadaan Yayasan KEHATI tidak terlepas dari wujud pelaksanaan KTT Bumi di Rio de Janeiro pada 1992 dan Deklarasi Tokyo 1993. Saat itu, pimpinan tiga negara yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Indonesia sepakat bekerja sama untuk membantu program pelestarian keanekaragaman hayati secara berkelanjutan di Indonesia.
Emil Salim, yang pada 1993 telah selesai menjabat sebagai Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, diminta oleh Pemerintah Indonesia untuk membentuk organisasi non-pemerintah sebagai penampung dan pelaksana program keanekaragaman hayati dengan bantuan hibah dari Pemerintah Amerika Serikat.
Dengan bantuan rekan-rekan tokoh organisasi non-pemerintah, seperti Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim, disusunlah anggaran dasar, organisasi dan program kerja Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, disingkat KEHATI.