Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan masuk fase konsolidasi pada perdagangan Senin (30/8/2021). Potensi tekanan terhadap IHSG dinilai masih terbuka seiring minimnya sentimen.
CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, perkembangan pergerakan IHSG masih terlihat belum akan keluar dari rentang konsolidasi wajar.
Baca Juga
Sedangkan potensi tekanan masih terbuka lebar. William menilai, minimnya sentimen serta perlambatan roda ekonomi yang terjadi juga menjadi tantangan tersediri. Selain itu, aliran dana investor asing juga belum terlihat akan bertumbuh secara signifikan.
Advertisement
“Sehingga rentang gerak IHSG masih akan berada dalam fase konsolidasi hingga beberapa waktu mendatang,” kata dia dalam ulasannya.
William prediksi, IHSG berada di kisaran 5.872-6.123 pada awal pekan ini.
IHSG Berpotensi Menguat secara Teknikal
Sementara itu, Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menuturkan, IHSG masih berpotensi menguat secara teknikal. IHSG akan bergerak di kisaran 5.090-6.061 pada awal pekan ini.
“Secara teknikal pelemahan IHSG break out support dan mengkonfirmasi break out moving average 50 hari. Pergerakan akan menguji moving average 200 hari sebagai support yang cukup kuat dan sebagai konfirmasi arah pergerakan lanjutan,” ujar dia dalam catatannya.
Ia menambahkan, apabila berhasil menguat ini akan menjadi signal positif jangka pendek begitu juga sebaliknya.
Untuk sentimen, Lanjar menuturkan, di Asia peraturan Beijing terhadap industri swasta akan tetap menjadi fokus utama investor. Dari komoditas mayoritas menguat dari komoditas energi hingga logam.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 1,96 persen, harga batu bara naik 1,43 persen, harga nikel naik 1,09 persen dan harga minyak naik 0,77 persen.
Selain itu, bursa Asia berpotensi menguat pada awal pekan setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) reli ke rekor baru dan treasuri menguat pada akhir pekan lalu.
Ketua the Fed Jerome Powell memberikan indikasi penarikan stimulus dengan cara hati-hati dan bertahap. Ia menuturkan, the Federal Reserve atau the Fed mungkin mulai mengurangi pembelian obligasi pada 2021, tetapi tidak akan berburu-buru untuk menaikkan suku bunga. Selain itu akan terus di pandu dengan data untuk mempertimbangkan risiko dan varian delta.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saham Pilihan
Adapun saham pilihan antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Selain itu, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) serta PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).
Untuk pilihan saham, Lanjar memilih saham PT Ace Hardware Tbk (ACES), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Selain itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
Advertisement