Alasan BEI Belum Eksekusi Emiten Berpotensi Delisting

BEI menyatakan tetap memantau dan membina terhadap perusahaan tercatat sebelum melakukan delisting.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Sep 2021, 18:07 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2021, 18:07 WIB
Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah emiten yang berpotensi delisting. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan, ada beberapa pertimbangan Bursa sebelum melakukan delisting.

Hal itu lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bursa Nomor I-I. Dalam beleid tersebut, delisting dapat dilakukan karena going concern perusahaan serta dilakukan suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, atau hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir.

“Dalam perjalanannya, sebelum melakukan delisting, Bursa tetap melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Perusahaan Tercatat termasuk upaya perbaikan yang dijalankan Perseroan,” kata Nyoman kepada awak media, Rabu (29/9/2021).

Adapun beberapa emiten yang saat ini berpotensi delisting, antara lain; PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), Polaris Investama Tbk (PLAS), dan PT Golden Plantation Tbk (GOLL). Nyoman mengatakan, saat ini saham perusahaan-perusahaan tersebut masih disuspensi.

“Berkaitan dengan BTEL, PLAS, GOLL, saat ini dalam kondisi suspensi dikarenakan terdapat keraguan kelangsungan usaha dan belum dipenuhinya beberapa kewajiban sesuai ketentuan,” kata Nyoman.

Selain itu, berdasarkan POJK No.3/POJK.04/2021 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, Bursa dapat melakukan delisting perusahaan tercatat atau emiten salah satunya apabila terdapat permasalahan kelangsungan usaha.

Sebagai salah satu bentuk perlindungan investor di pasar modal, perusahaan tercatat yang di-delisting wajib mengubah statusnya dari Perusahaan Terbuka menjadi Perusahaan Tertutup.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pertimbangkan Upaya Perbaikan Kinerja

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Hal itu dilakukan dengan melakukan pembelian kembali atas seluruh saham yang dimiliki oleh pemegang saham publik (buyback). Namun, selama tidak ada perbaikan kondisi atas penyebab terjadinya suspensi, perusahaan tercatat masih dalam proses delisting.

"Bursa akan mempertimbangkan upaya perbaikan kinerja yang dilakukan sebelum Perusahaan Tercatat tersebut ditetapkan delisting oleh Bursa,” kata Nyoman.

Ia menambahkan, Bursa akan terus memantau kondisi serta perkembangan terkini dari Perusahaan Tercatat. Bursa juga meminta kepada para pemangku kepentingan untuk memperhatikan dan mencermati segala bentuk keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Bursa dan perusahaan tercatat.

Berdasarkan catatan Bursa, terdapat perusahaan yang pernah dilakukan delisting dan kemudian melakukan relisting, yakni KOPI dan APEX.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya