Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pandemi covid-19 yang masih berlangsung, aksi merger dan akuisisi cukup ramai dilakukan perusahaan tercatat atau emiten. Perusahaan melakukan akuisisi umumnya untuk tujuan ekspansi.
Sebelumnya pada saat media gathering 9 Desember 2021, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, maraknya merger dan akuisisi seiring entitas merespons kondisi untuk pertumbuhan perseroan.
Baca Juga
"Sebagai sebuah entitas respons dalam rangka melihat dan menjawab tantangan pasar bersifat dinamis, diharapkan kesempatan growth dalam situasi saat ini,” kata dia dikutip Kamis, pekan ini.
Advertisement
Adapun teranyar aksi korporasi merger dari Indosat dan Hutchison 3 Indonesia. Pemegang saham Indosat dan Hutchison 3 Indonesia yaitu Ooredoo QPSC dan CK Hutchison Holdings Limited mengumumkan penandatanganan dari kesepakatan transaksi definitif untuk pengajuan penggabungan bisnis telekomunikasi masing-masing di Indonesia yaitu PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) pada 16 September 2021.
Kemudian mendapatkan restu dari pemegang saham dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Desember 2021.
Liputan6.com telah merangkum sejumlah merger dan akuisisi yang menyedot perhatian pelaku pasar sepanjang 2021 yang dihimpun dari berbagai sumber, Kamis (30/12/2021):
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Merger Indosat – H3I
Penggabungan usaha (merger) dua perusahaan telekomunikasi PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo/ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) menjadi PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison) mendapat restu dari regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemegang saham pada 28 Desember 2021.
Nilai kesepakatan penggabungan dua perusahaan telekomunikasi ini disebut mencapai USD 6 miliar atau sekitar Rp 85,5 triliun (kurs Rp 14,24 per USD).
Indosat Ooredoo Hutchison diklaim akan berada pada posisi yang kuat untuk berkontribusi pada percepatan pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital Indonesia.
Perusahaan ini akan menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia dengan perkiraan pendapatan tahunan hingga USD 3 miliar atau sekitar Rp 43 triliun.
Ooredoo Group sebelumnya memiliki 65 persen saham dan kendali atas Indosat Ooredoo lewat Ooredoo Asia, sebuah perusahaan induk yang dimiliki sepenuhnya. Penggabungan Indosat dan H3I akan menyebabkan CK Hutchison menerima saham baru di Indosat Ooredoo hingga 21,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison.
Pada saat yang sama, PT Tiga Telekomunikasi akan menerima saham baru Indosat Ooredoo hingga 10,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison. Bersamaan dengan penggabungan bisnis, CK Hutchison akan mendapatkan 50 persen saham dari Ooredoo Asia dengan menukar 21,8 persen sahamnya di Indosat Ooredoo Hutchison untuk 33 persen saham di Ooredoo Asia.
Kemudian, CK Hutchison juga akan mendapatkan tambahan 16,7 persen kepemilikan di Ooredoo Group lewat transaksi senilai US$387 juga. Menyusul transaksi di atas, Para Pihak akan masing-masing memiliki 50 persen dari Ooredoo Asia, yang akan diberi nama baru yaitu Ooredoo Hutchison Asia dan memiliki 65,6 persen saham dan kendali atas Indosat Ooredoo Hutchison.
Pada akhir transaksi, Indosat Ooredoo Hutchison akan dikendalikan secara bersama-sama oleh Ooredoo Group dan CK Hutchison.
Perusahaan gabungan akan tetap terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan pemerintah Indonesia memiliki 9,6 persen saham, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia memiliki 10,8 persen saham, dan pemegang saham publik lainnya memiliki kira-kira 14,0 persen saham.
Advertisement
2. Emtek Akuisisi 93 Persen Saham Bank Fama
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk atau Emtek (EMTK) telah menyelesaikan akuisisi 93 persen saham PT Bank Fama International (FAMA) pada 22 Desember 2021.
Emtek melalui anak usahanya PT Elang Media Visitama membeli 9.089.503.800 saham Bank Fama. Jumlah saham yang diakuisisi tersebut mewakili 93 persen seluruh modal yang ditempatkan dan disetor dalam FAMA setelah semua persyaratan yang disepakati dan diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-undangan terpenuhi.
Nilai nominal pembelian saham FAMA sebesar Rp 908.950.380.000 atau Rp 908,95 miliar. Setelah transaksi ini diselesaikan, Elang Media Visitama memiliki 93 persen kepemilikan saham dari total seluruh modal ditempatkan disetor dalam FAMA. Dalam akuisisi ini, perusahaan akan menggunakan dana internal yang sudah disetor Grup Emtek kepada EMV.
Pengambilalihan Bank am aini sejalan dengan rencana bisnis jangka panjang dari EMV untuk mengembangkan usahanya di Indonesia, termasuk untuk mendukung gerakan pemerintah dalam meningkatkan literasi keuangan dan akses perbankan pada sektor UMKM.
3. Medco Energi Akuisisi Aset Conoco Philips di Indonesia
Perusahaan minyak dan gas PT Medco Energi International Tbk atau Medco (MEDC) telah menandatangani kesepakatan untuk akuisisi seluruh saham yang diterbitkan Conoco Phillips Indonesia Holding Ltd (CIHL) dari Phillips International Investment Inc, yang merupakan anak perusahaan dari ConocoPhillips (COP).
CIHL memegang 100 persen saham di ConocoPhillips (Grissik) Ltd (CPGL) dan 35 persen saham di Transasia Pipeline Company Pvt. Ltd. (Transasia). Sementara CPGL adalah Operator dari Corridor PSC dengan kepemilikan 54 persen working interest.
Melalui Transasia, Medco akan memiliki saham minoritas pada jaringan pipa gas yang menyuplai pelanggan di Sumatera Tengah, Batam, dan Singapura. Setelah transaksi ini, produksi minyak & gas Medco pada 2022 mencapai sebesar 155 mboepd, sementara belanja modalnya mencapai sebesar USD 275 juta dan biaya kas per unit di bawah menjadi sebesar USD 10/boe.
Advertisement
4. Akulaku Rampungkan Akuisisi 24,98 Persen Saham BBYB (November)
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) menyampaikan hasil pengambil alihan saham perseroan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia (Akulaku) sebesar 24,98 persen. Perseroan, Akulaku dan PT Gozco Capital sebagai pemegang saham pengendali Bank Neo Commerce sebelumnya telah teken akta pengambilalihan pada 17 November 2021.
Perseroan menyatakan pengambil alihan telah mendapatkan persetujuan-persetujuan yang diperlukan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Keputusan Anggota Dewan Komisioner OJK Nomor KEP-174/D.03/2021 tentang izin pengambilalihan saham perseroan oleh Akulaku sebesar 22,98 persen pada 12 November 2021.
Selain itu, keputusan anggota dewan komisioner OJK nomor KEP-175/D.03/2021 tentang hasil penilaian kemampuan dan kepatutan Akulaku sebagai calon pemegang saham pengendali dan Li Wenbo dan Hu Bo selaku calon ultimate shareholders pada 12 November 2021.
Saat ini, porsi kepemilikan saham di Bank Neo Commerce sebagai berikut: PT Akulaku Silvrr Indonesia sebesar 24,98 persen, PT Gozco Capital Indonesia sebesar 16,53 persen, Yellow Brick Enterprise Ltd sebesar 11,10 persen, Rockcore Financial Technology Co. Ltd sebesar 6,12 persen dan masyarakat sebesar 41,27 persen.
5. Dian Swastatika Akuisisi Tambang di Australia (November)
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) melalui entitas anak, Stanmore Resources Limited pada Senin 8 November 2021, teken perjanjian jual beli dengan BHP Minerals Pty Ltd (BHP).
Stanmore Resources Limited (Stanmore) merupakan perusahaan yang didirikan secara sah berdasarkan hukum negara Australia yang merupakan entitas anak tidak langsung Perseroan.
Penandatanganan transaksi jual beli tersebut sehubungan dengan rencana perolehan 80 persen kepentingan ekonomi yang dimiliki BHP pada BHP Mitsui Coal Pty Ltd (BMC) melalui akuisisi seluruh saham Dampier Coal (Qld) Pty Ltd (Dampier Coal), oleh Stanmore SMC Holdings Pty Ltd (SMC) yang merupakan entitas anak Stanmore.
Pembayaran atas rencana transaksi akan dilakukan secara bertahap dengan tiga ketentuan. Pertama, sebesar USD 1,1 miliar jatuh tempo saat penyelesaian rencana transaksi. Kemudian, sebesar USD 100 juta jatuh tempo enam bulan setelah penyelesaian rencana transaksi.
Ketiga, maksimum hingga USD 150 juta berdasarkan mekanisme bagi hasil atas pendapatan. Jika harga jual rata-rata berada di atas ambang tertentu selama periode dua tahun, jatuh tempo dalam waktu tiga bulan setelah akhir periode pengujian (diperkirakan tahun 2024).
Adapun harga pembelian akan tunduk pada penyesuaian lazimnya saat penyelesaian rencana transaksi. Total pembelian tambang tersebut USD 1,35 miliar atau sekitar Rp 19,25 triliun (asumsi kurs Rp 14.259 per dolar AS).
Advertisement
6. Akuisisi 51 Persen Saham RANC, Blibli Perkuat Omnichannel (Oktober)
PT Global Digital Niaga berharap sinergi antara perseroan dan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) yang didukung kemampuan teknologi mempercepat dan memperkuat solusi omnichannel dua perusahaan tersebut. Hal ini menyusul PT Global Digital Niaga atau Blibli akuisisi 51 persen saham RANC pada 30 September 2021.
Sebelumnya, PT Global Digital Niaga atau Blibli telah menyelesaikan pengambilalihan dengan jumlah keseluruhan 797.888.628 saham RANC. Jumlah saham itu 51 persen dari jumlah modal yang disetor dan ditempatkan dalam PT Supra Boga Lestari Tbk.
Blibli beli saham RANC itu dari PT Wijaya Sumber Sejahtera, PT Prima Rasa Inti, PT Gunaprima Karyaperkasa, PT Ekaputri Mandiri, Dr. David Kusumodjojo, Suharno Kusumodjojo, dan Harman Siswanto.
Pengambilalihan saham tersebut mengakibatkan perubahan pengendalian pada RANC. Saham-saham tersebut dibeli pada harga Rp 2.550 per saham, sehingga total nilai transaksi Pengambilalihan adalah sebesar Rp 2.034.616.001.400 atau Rp 2,03 triliun.
7. Sarana Menara Nusantara Akuisisi 90 Persen Saham Solusi Tunas Pratama (September)
PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui anak usaha PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) akan membeli saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPRT).
Adapun Protelindo sebagai pembeli dan PT Solusi Tunas Pratama sebagai penjual telah teken perjanjian jual beli atau PJB pada 4 September 2021. Penandatanganan perjanjian itu setelah pembeli terpilih sebagai pemenang tender/lelang setelah proses tender/lelang selama kurang lebih empat bulan.
Adapun rencana pengambilalihan saham tersebut dilakukan melalui proses tender atau lelang. Pembeli turut berpartisipasi dalam pelaksanaan lelang atau tender dimaksud. Rencana pembelian saham oleh Protelindo atas saham SUPR itu melalui pengambilalihan saham-saham milik antara lain:
PT Kharisma Indah Ekaprima, Cahanya Anugerah Nusantara Holdings Limited, Pioneering Networks Investments, Fajarindo Nusantara Holdings, Perdana Indonesia Holdings, Uniperkasa Indonesia Investments, dan Nusantara Connectivity Ventures.
Selain itu, Puncak Pratama Holdings Limited, Clearwater Insight Investments, Tumbuh Abadi Holdings Limited, Sentral Nusantara Holdings Limited, Great Archipelago Capital, Evergreen Digital Capital dan Towering Heights Investments Limited.
Advertisement
Akuisisi Jumbo, Grup Djarum Beli Saham RANC dan SUPR di Atas Harga Pasar (Oktober)
Grup Djarum mengumumkan dua transaksi akuisisi dengan nilai jumbo pada Oktober lalu. Grup Djarum akuisisi mayoritas saham emiten PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR).
Grup yang didirikan Robert Budi Hartono dan Michael Hartono mengakuisisi 51 persen saham PT Supra Boga Lestari Tbk dengan nilai transaksi Rp 2,03 triliun.
Pengambilalihan saham RANC itu selesaikan dilakukan pada 30 September 2021. Perseroan ambil alih saham RANC antara lain dari PT Wijaya Sumber Sejahtera, PT Prima Rasa Inti, PT Gunaprima Karyaperkasa, PT Ekaputri Mandiri, Dr David Kusumodjojo, Suharno Kusumodjojo dan Harman Siswanto.
Sementara, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (SMN) (TOWR) telah menuntaskan proses akuisisi kepemilikan atas saham pengendali PT Solusi Tunas Pratama Tbk (STP) (SUPR) melalui pengalihan 94,03 persen STP kepada PT Protelindo senilai Rp 16,7 triliun.
Anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk, Protelindo membeli 1.069.614.6767 saham SUPR atau 1.06 miliar saham. Jumlah itu setara 94,03 persen. Harga pembelian saham SUPR Rp 15.640,51 per saham. Harga pembelian saham SUPR lebih tinggi dari penutupan perdagangan 30 September 2021 dengan posisi harga saham SUPR Rp 13.200.
8.Gojek – Tokopedia (Mei)
Gojek, platform layanan on-demand dan pembayaran serta financial di Asia Tenggara dan Tokopedia, perusahaan teknologi dengan terdepan di Indonesia resmi bergabung pada Mei lalu dan membentuk grup GoTo.
Pembentukan ini merupakan kolaborasi usaha terbesar di Indonesia, sekaligus kolaborasi terbesar antara dua perusahaan internet dan layanan media di Asia hingga saat ini.
Menjadi grup teknologi terbesar di Indonesia, grup GoTo memiliki daftar investor blue-chip termasuk Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa dan Warburg Pincus.
Grup GoTo memiliki total Gross Transaction Value (GTV) secara Grup lebih dari USD 22 miliar pada 2020, lebih dari 1,8 miliar transaksi pada 2020, lebih dari dua juta mitra driver yang terdaftar per Desember 2020, lebih dari 11 juta mitra usaha per Desember 2020, lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan dan kontribusi sebesar 2 persen kepada total PDB Indonesia.
Advertisement
9. 3 in 1, Merger Tiga Bank Syariah BUMN (Februari)
Tak kalah heboh, penggabungan tiga bank Syariah BUMN pada awal Februari 2021 juga cukup banyak dibicarakan. Tiga bank yang tersebut yakni PT Bank BRISyariah, PT Bank Syariah Mandiri dan PT BNI Syariah, dengan entitas penerima yakni PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS).
Bank hasil merger tersebut kemudian berubah menjadi Bank Syariah Indonesia, tetapi tetap dengan kode perdagangan BRIS di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat itu, ketiganya membentuk aset bersama senilai Rp 214,6 triliun.
Menteri BUMN, Erick Thohir menyatakan, penggabungan tiga bank syariah BUMN ini dilakukan untuk menciptakan bank syariah berskala besar, guna meningkatkan penetrasi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
Tak hanya menjadi pemain dalam negeri, bank ini dalam lima tahun ke depan juga ditargetkan bisa menjadi menjadi salah satu dari 10 bank syariah terbaik secara global.
Target tersebut merujuk pada jumlah populasi penduduk Indonesia yang didominasi oleh muslim, dan menjadi salah satu negara dengan pendduduk muslim terbesar di dunia