Vaksin Booster Mulai 12 Januari 2022, Intip Gerak Saham Emiten Farmasi

Presiden Jokowi menyatakan vaksin booster gratis bagi masyarakat Indonesia mulai 12 Januari 2022. Bagaimana sentimen itu terhadap saham emiten sektor kesehatan?

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Jan 2022, 18:10 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2022, 18:10 WIB
Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan vaksin booster COVID-19 gratis bagi masyarakat Indonesia. Pemberian vaksin dosis lanjutan (booster) atau vaksin booster akan dilaksanakan pada Rabu, 12 Januari 2022.

Dengan ada sentimen vaksin booster, bagaimana gerak saham emiten sektor kesehatan termasuk farmasi?

Mengutip data RTI, saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melemah 1,18 persen ke posisi Rp 1.675 per saham. Saham KLBF dibuka stagnan Rp 1.695. Saham KLBF berada di level tertinggi Rp 1.695 dan terendah Rp 1.650 per saham.

Total frekuensi perdagangan 5.344 kali dengan volume perdagangan 445.955. Nilai transaksi Rp 74,2 miliar.

Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) merosot 6,56 persen ke posisi Rp 2.420 per saham. Saham KAEF dibuka stagnan Rp 2.590 per saham. Saham KAEF berada di level tertinggi Rp 2.630 dan terendah Rp 2.410 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.420 kali dengan volume perdagangan 101.754. Nilai transaksi Rp 25,2 miliar.

Saham PT Indofarma Tbk (INAF) tergelincir 4,35 persen ke posisi Rp 2.200 per saham. Saham INAF dibuka naik 100 poin ke posisi Rp 2.400 per saham. Saham INAF berada di level tertinggi Rp 2.400 dan terendah Rp 2.200 per saham. Total frekuensi perdagangan 707 kali dengan volume perdagangan 12.898 saham. Nilai transaksi Rp 2,9 miliar.

Saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) turun 3,69 persen ke posisi Rp 2.090 per saham. Saham IRRA dibuka stagnan Rp 2.170 per saham. Saham IRRA berada di level tertinggi Rp 2.200 dan terendah Rp 2.030 per saham. Total frekuensi perdagangan 6.221 kali dengan volume perdagangan 215.011. Nilai transaksi Rp 45,2 miliar.

Saham PT Soho Global Health Tbk (SOHO) susut 2,81 persen ke posisi Rp 7.775 per saham. Saham PT Phapros Tbk (PEHA) susut 0,45 persen ke posisi Rp 1.115 per saham.

Selanjutnya saham PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) melemah 0,70 persen ke posisi Rp 2.850 per saham. Sedangkan saham PT Merck Tbk (MERK) stagnan di posisi Rp 3.910 per saham. Diikuti saham PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) stagnan Rp 1.010 per saham.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tanggapan Analis

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, koreksi saham emiten sektor kesehatan yang terjadi bisa dari buy on rumor dan sell on news. Sentimen vaksin booster yang sudah diumumkan bulan lalu, menurut Wawan menjadi katalis positif.

Akan tetapi, pemerintah umumkan vaksin booster gratis sehingga harapan prediksi kenaikan penjualan emiten sektor kesehatan jadi mereda.

“Potensi kenaikan penjualan booster berbayar jadi hilang, ya tentu saja booster memerlukan perangkat kesehatan jarum suntik, emiten produsen ini akan diuntungkan,” tutur dia saat dihubungi Liputan6.com.

Meski demikian, Wawan menilai, emiten sektor kesehatan masih menarik dalam jangka panjang. Hal ini seiring belanja kesehatan masyarakat akan tetap meningkat. Namun, valuasi saham mahal sehingga menghambat laju emiten sektor kesehatan. “Kecuali ada sentimen kesehatan misalnya seperti booster kemarin,” tutur dia.

Wawan menilai, investor dapat memilih saham emiten sektor kesehatan sebagai diversifikasi. "Idealnya ada exit strategy yang jelas. Target profit taking misalkan 15-20 persen dan cutloss point 10 persen. Tentu fundamental masing-masing emiten perlu dicermati karena produk dan jasa yang ditawarkan luas," tutur dia.

Untuk saham pilihan, Wawan memilih saham KLBF dan IRRA. "KLBF lebih terdiversifikasi dari sisi lini usaha dan IRRA yang salah satu produsen jarum suntik,” tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya