Trivia Saham: Mitos dan Fakta Valuasi Saham

Secara garis besar, valuasi saham adalah proses penilaian atas harga suatu saham perusahaan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Feb 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2022, 06:00 WIB
IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Masyarakat dewasa ini mulai menyadari pentingnya melakukan investasi. Secara umum, investasi biasanya dilakukan untuk mempersiapkan tujuan finansial di masa mendatang.

Sebelum mengambil keputusan investasi, investor dianjurkan untuk mempelajari seluk beluk instrumen yang dipilih. Hal ini dimaksudkan untuk memitigasi potensi kerugian yang bisa tumbuh dari kegiatan investasi.

Salah satunya yaitu mempelajari valuasi saham. Secara garis besar, valuasi saham adalah proses penilaian atas harga suatu saham perusahaan.

Dengan mengetahui valuasi saham, investor dapat menentukan harga wajar atau nilai intrinsik suatu saham. Catatan saja, valuasi saham berbeda dengan harga saham.

Sederhananya, harga saham adalah nominal yang dibeli, sementara valuasi saham atau nilai intrinsik adalah nominal yang didapat investor bila perusahaan tersebut dijual.

Namun, seiring banyaknya informasi beredar mengenai strategi investasi di pasar modal, termasuk memperhitungan valuasi saham, timbul beberapa anggapan atau mitos yang kurang tepat.

Melansir instagram Stockbit, Sabtu (19/2/2022), berikut 5 mitos dan fakta valuasi saham:

- Valuasi harus akurat

Faktanya, valuasi bukan ilmu pasti yang bisa dilakukan dengan akurasi tinggi. Sehingga lebih baik memberikan range nilai yang masuk akal sebagai patokan.

 

Mitos Lain

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

- Semakin kompleks model valuasi, semakin akurat hasilnya

Sayang, faktanya justru berkebalikan. Di mana semakin kompleks modelnya, kemungkinan untuk salah semakin besar karena asumsi akan semakin banyak.

- Saham dengan P/BV atau PER rendah pasti murah.

Belum tentu. Faktanya, valuasi dengan P/BV atau PER bisa terlihat murah karena bisnis tidak prospektif atau sudah memasuki masa senja.

- Valuasi tidak penting karena harga saham ditentukan oleh para pelaku pasar.

Faktanya, hal itu mungkin berlaku untuk jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, harga saham cenderung akan mengikuti nilai wajarnya.

- Valuasi objektif karena bersifat kuantitatif.

Faktanya, akan selalu ada asumsi yang digunakan ketika menghitung valuasi. Sehingga kemungkinan akan muncul bias yang mempengaruhi hasilnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya