Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 bisa menjadi katalis positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 bisa menjadi katalis positif, hal ini menunjukan bahwa perekonomian indonesia tumbuh cukup baik dibandingkan kuartal I 2021. Walaupun pertumbuhan ekonomi secara QoQ melambat,” kata Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (11/5/2022).
Baca Juga
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen. Angka ini mengalami kontraksi 0,96 persen dibandingkan pada kuartal IV-2021 yang pertumbuhannya 5,02 persen.
Advertisement
Kontraksi itu disebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 berada di posisi low base effect. Sebab pada tahun tersebut pertumbuhannya terkoneksi 0,70 persen.
Sentimen positif lainnya untuk IHSG datang dari pulihnya mobilitas masyarakat sehingga menopang konsumsi masyarakat.
"Sentimen selain pertumbuhan ekonomi, ialah pulihnya mobilitas masyarakat sehingga hal ini mendorong konsumsi masyarakat tercermin dari inflasi secara year-on-year berada di 3,04 persen,” ujar dia.
Abdul menuturkan, di sisi lain pulihnya pertumbuhan ekonomi ini juga berdampak pada kinerja emiten yang positif. Di tengah sentimen pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2022 yang mencapai 5,01 persen, berdampak
“Sektor yang menarik dicermati ialah sektor perbankan, komoditas, dan sektor industrial,” kata dia.
Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, selain pertumbuhan ekonomi yang baik, inflasi Indonesia yang masih relatif terkendali di bawah 4 persen juga menjadi sentimen positif bagi IHSG.
“Sehingga BI masih belum akan menaikkan BI rate dalam waktu dekat karena inflasi masih terkendali. Namun sentimen positif tersebut masih kalah kuat dengan sentimen negatif global yang ada,” kata Cheryl.
Untuk saham yang menarik dicermati, Cheryl memilih saham antara lain BBCA, BBRI, BMRI, dan juga BBNI.
“Sektor perbankan big caps seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI menarik untuk dicermati karena biasanya akan naik saat pull back,” ujar dia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penutupan IHSG pada 10 Mei 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertahan di zona merah tetapi koreksi yang terjadi sudah mulai terbatas pada perdagangan Selasa (10/5/2022). Namun, aksi jual investor asing masih masif dilakukan di seluruh pasar.
Pada penutupan perdagangan, Selasa, 10 Mei 2022, IHSG melemah 1,3 persen ke posisi 6.819,79. Indeks LQ45 merosot 0,47 persen ke posisi 1.021,07. Sebagian besar indeks acuan tertekan. Pada Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.832,09 dan terendah 6.662,61. Sebanyak 396 saham melemah sehingga menekan IHSG. 162 saham menguat dan 140 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.614.572 kali dengan volume perdagangan 26,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 23 triliun. Investor asing jual saham Rp 3,2 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.473.
Sebagian besar sektor saham tertekan yang dipimpin indeks sektor saham IDXtechno melemah 4,61 persen. Diikuti indeks sektor saham IDXenergy merosot 2,06 persen dan indeks sektor saham IDXfinance turun 1,78 persen.
Sedangkan indeks sektor saham IDXnonsiklikal menguat 1,64 persen, indeks sektor saham IDXtransportasi menanjak 1,12 persen dan indeks sektor saham IDXhealth naik 0,47 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi IHSG masih wajar. Melihat dari sisi volume perdagangan, dalam jangka pendek, IHSG berpeluang naik.
Adapun saham-sahan perbankan yang rontok dan dilanda aksi jual oleh investor asing, Herditya menilai, aliran dana asing yang terjadi pada awal 2022 banyak ke saham perbankan.
“Jadi dengan adanya outflow asing yang dijual adalah saham perbankan. Di mana bobotnya besar dan menjadi mover bagi IHSG,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement
Top Gainers-Losers dan Aksi Investor Asing
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
-Saham ESTA menguat 25 persen
-Saham INPS menguat 24,78 persen
-Saham POLA menguat 22,34 persen
-Saham UFOE menguat 16,36 persen
-Saham BAJA menguat 13,87 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
-Saham IDEA melemah 9,23 persen
-Saham MBSS melemah 6,99 persen
-Saham TOBA melemah 6,98 persen
-Saham POLL melemah 6,94 persen
-Saham DFAM melemah 6,92 persen
Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:
-Saham UNVR senilai Rp 130,4 miliar
-Saham EMTK senilai Rp 97,4 miliar
-Saham PGAS senilai Rp 84 miliar
-Saham ITMG senilai Rp 47,4 miliar
-Saham INDF senilai Rp 25,1 miliar
Saham-saham yang dijual investor asing antara lain:
-Saham BBCA senilai Rp 920,2 miliar
-Saham BBRI senilai Rp 538,7 miliar
-Saham BMRI senilai Rp 530,8 miliar
-Saham TLKM senilai Rp 361,9 miliar
-Saham ASII senilai Rp 178,4 miliar
Bursa Saham Asia Tertekan Imbas Saham Teknologi
Sebagian besar bursa saham Asia tertekan pada perdagangan Selasa, 10 Mei 2022 setelah koreksi tajam di wall street.
Indeks Nasdaq turun lebih dari 4 persen. Indeks Hang Seng melemah 1,6 persen. Saham Tenceh melemah 1,6 persen, sedangkan saham Alibaba tergelincir 4,3 persen dan saham NetEase susut 1,4 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng teknologi tergelincir 2,9 persen.
Saham teknologi di Asia Pasifik cenderung melemah pada perdagangan Selasa pekan ini menyusul indeks Nasdaq merosot 4,29 persen ke posisi 11.623,25. Saham Softbank susut 1,78 persen. Saham Kakao tergelincir 0,59 persen dan Krafton turun 2,58 persen.
“Saya melihat kenaikan obligasi dan pengetatan kebijakan moneter berlawanan dengan saham teknologi,” ujar Head of Investment Strategy and Chief Economist AMP Capital Shane Oliver dilansir dari CNBC, Selasa pekan ini.
Ia tidak yakin dengan sektor saham teknologi. Ia memlih saham siklikal, sumber daya alam dan industri. Sementara itu, indeks Jepang Nikkei 225 merosot 0,58 persen ke posisi 26.167,10. Sedangkan indeks Topix melemah 0,85 persen ke posisi 1.862,38.
Indeks Korea Selatan Kospi tergelincir 0,55 persen ke posisi 2.596,56. Indeks ASX 200 di Australia merosot 0,98 persen ke posisi 7.051,20. Indeks di bursa saham China cenderung naik. Indeks Shanghai mendaki 1,06 persen ke posisi 3.035,84. Sedangkan indeks Shenzhen bertambah 1,36 persen ke posisi 10.912,74. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,7 persen.
Advertisement