Sarana Menara Nusantara Rampungkan Pembelian Aset Fiber Optik Rp 800 Miliar

PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menyatakan penyelesaian transaksi berdasarkan perjanjian pengikatan jual beli telah dilakukan pada 30 September 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Okt 2022, 14:43 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2022, 14:43 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) telah merampungkan transaksi jual beli aset fiber optik antara anak perusahaan PT BIT Teknologi Nusantara (BIT) dan PT Alita Praya Mitra (Alita) pada 30 September 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (3/10/2022), manajemen PT Sarana Menara Nusantara Tbk menyatakan penyelesaian transaksi berdasarkan perjanjian pengikatan jual beli telah dilakukan melalui penandatanganan akta jual beli aset pada 30 September 2022. Berdasarkan akta jual beli aset, BIT telah membeli aset fiber optic milik Alita dengan nilai transaksi setelah penyesuaian Rp 800 miliar.

"Transaksi bukan merupakan transaksi benturan kepentingan bagi perseroan sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK Nomor 42 Tahun 2020 tentang transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan dan bukan transaksi material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK Nomor 17/POJK.04/2020 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha,” tulis perseroan.

Adapun informasi atau fakta material yang diungkapkan tidak memiliki dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan dan kelangsungan usaha perseroan.

Sebelumnya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menyampaikan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, Sarana Menara Nusantara mencatatkan pendapatan sebesar Rp 5,3 triliun. Naik 33,85 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,97 triliun.

Kinerja Semester I 2022

IHSG Ditutup Melemah ke 6.023,64
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpampang di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Dari 10 sektor pembentuk IHSG, lima sektor saham berada di zona merah. Pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 1,44 triliun dari 1,08 triliun pada semester I 2022. Meski begitu, laba bruto perseroan masih tercatat naik 34,11 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,89 triliun.

Beban penjualan dan pemasaran tercatat sebesar Rp 72 miliar, beban umum dan administrasi Rp 367,79 miliar, serta beban usaha lainnya Rp 198,64 miliar. Dari rincian itu, perseroan mengantongi laba usaha Rp 3,23 triliun atau naik 27,04 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 2,54 triliun.

Pada periode ini, perseroan juga mencatatkan penghasilan keuangan senilai Rp 13,59 miliar, dan biaya keuangan Rp 1,2 triliun. Setelah dikurangi beban pajak, perseroan berhasil mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 1,71 triliun, naik 0,29 persen dibanding semester I 2021 sebesar Rp 1,7 triliun.

 

Selanjutnya

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp Rp 1,69 triliun, naik tipis sebesar 0,08 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 1,69 triliun. Sehingga laba per saham tak mengalami perubahan, atau senilai Rp 34.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 63,37 triliun, naik dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 65,23 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 3,48 triliun dan aset tidak lancar Rp 59,89 triliun.

Kemudian liabilitas sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 50,45 triliun, naik dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 53,77 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 14,5 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 35,95 triliun. Sementara ekuitas sampai dengan Juni 2022 naik menjadi Rp 12,92 triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 65,83 triliun.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 16 September 2022, saham TWOR stagnan di posisi Rp 1.190 per saham. Saham TOWR dibuka melemah 10 poin ke posisi Rp 1.180 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.259 kali dengan volume perdagangan 920.948 saham. Nilai transaksi Rp 108,9 miliar.

Citi Indonesia Kucurkan Pinjaman ke TOWR

Citi Indonesia (Dok: Citi)
Citi Indonesia (Dok: Citi)

Sebelumnya, Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) menandatangani perjanjian induk fasilitas kredit senilai Rp 650 miliar dengan anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), bagian dari Grup Djarum.

Anak usaha itu antara lain PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR), PT Iforte Solusi Infotek, PT BIT Teknologi Nusantara, dan PT Komet Infra Nusantara.

"Indonesia tetap menjadi pasar utama bagi Citi. Kami percaya, dengan kekuatan finansial yang kami miliki untuk mendukung klien dalam hal penyediaan infrastruktur telekomunikasi, akan memberikan dampak positif yang lebih luas lagi bagi masyarakat,” kata CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi dalam keterangan resmi, Rabu (7/9/2022).

Sekretaris Perusahaan PT Sarana Menara Nusantara Tbk, Monalisa Irawan mengungkapkan, transaksi antara Citi Indonesia dengan anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk bukan merupakan transaksi benturan kepentingan dan bukan transaksi material.

“Fasilitas pinjaman yang disediakan bagi TOWR akan diperuntukan untuk keperluan modal kerja perseroan dengan jangka waktu selama 12 bulan ke depan,” kata dia.

Hingga semester pertama 2022, portofolio kredit Citi meningkat 9,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 43,7 triliun. Kontribusi utama pertumbuhan portfolio kredit berasal dari lini bisnis Institutional Banking, terutama pada sektor industri manufaktur serta perantara keuangan.

Portofolio Kredit Citi

20151030-Citi Bank Resmikan Aplikasi Citi Smart Branch
Sejumlah karyawan bersiap melayani nasabahnya di cabang Citi Bank Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Jumat (30/10/2015). Dengan meresmikan Citi Smart Branch misi Citi dalam menghadirkan pengalaman perbankan yang lebih sederhana. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pertumbuhan portofolio kredit Citi ditunjang oleh tingkat kualitas dana pihak ketiga berkelanjutan yang tumbuh sebesar 11,1 persen yang memungkinkan Bank untuk mencatatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang sehat sebesar 64 persen. Citi Indonesia juga mencatatkan penurunan gross non-performing loan (NPL) dari 3,61% menjadi 2,86 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Managing Director, Head of Corporate & Investment Banking Citi Indonesia, Anthonius Sehonamin menambahkan, Citi terus menyediakan layanan dan solusi end-to-end kepada para klien perusahaan lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik.

“Hingga kuartal kedua tahun ini saja, jumlah kredit di lini bisnis Institutional Group kami berhasil tumbuh sebesar Rp 4,1 triliun atau 13 persen year-on-year dibanding tahun sebelumnya. Capaian ini didorong dari pertumbuhan kredit di segmen Banking, Capital Markets and Advisory (BCMA) dan lini Commercial,” kata Anthonius.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya