Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) akan menggelar penawaran umum terbatas (PUT) IV dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), 6 Oktober 2022, ditulis Senin (10/10/2022), PT Bank Oke Indonesia Tbk menawarkan 2,93 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham dalam rangka rights issue. Harga pelaksanaan rights issue Bank Oke Indonesia dipatok Rp 170 per saham. Dengan demikian, perseroan akan raup dana Rp 499,42 miliar dari rights issue.
Dalam rangka rights issue tersebut, setiap pemegang saham yang memiliki 19 saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada 17 Oktober 2022 mempunya empat HMETD.
Advertisement
Pemegang saham yang tidak melaksanakannya untuk membeli saham baru yang ditawarkan dalam rights issue sesuai dengan HMETD yang dimilikinya akan mengalami penurunan persentase kepemilikan sahamnya atau dilusi sebesar 17,24 persen setelah HMETD dilaksanakan.
Adapun APRO Financial Co Ltd selaku pemegang saham utama perseroan telah menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan seluruh HMETDnya untuk membeli saham baru yang diterbitkan dalam rangka rights issue.
Perseroan menyatakan dana hasil rights issue ini setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan seluruhnya untuk pengembangan usaha perseroan yaitu disalurkan dalam bentuk pemberian kredit. “Penggunaan dana tersebut masuk dalam kategori operational expenditure perseroan,” tulis perseroan.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 7 Oktober 2022, saham DNAR naik tipis 0,58 persen ke posisi Rp 174 per saham. Saham DNAR berada di level tertinggi Rp 176 dan terendah Rp 168 per saham. Total volume perdagangan 2.597.000 saham dengan nilai transaksi Rp 454,9 juta. Total frekuensi perdagangan 237 kali.
Jadwal Rights Issue
Berikut jadwal HMETD:
-Tanggal efektif pada 5 Oktober 2022
-Tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas HMETD pada 17 Oktober 2022 pukul 16.00
-Tanggal CUM HMETD di pasar regular dan pasar negosiasi pada 13 Oktober 2022
-Tanggal Ex HMETD di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi pada 14 Oktober 2022
-Tanggal Cum HMETD di Pasar Tunai pada 17 Oktober 2022
-Tanggal Ex HMETD di Pasar Tunai pada 18 Oktober 2022
-Tanggal Distribusi HMETD pada 18 Oktober 2022
-Tanggal Pencatatan Efek di BEI pada 19 Oktober 2022
-Periode Perdagangan HMETD pada 19 Oktober 2022-25 Oktober 2022
- Periode Pelaksanaan HMETD 19 Oktober 2022-25 Oktober 2022
-Periode Penyerahan Efek 21 Oktober 2022 -27 Oktober 2022
-Tanggal Akhir Pembayaran Pesanan Efek Tambahan pada 27 Oktober 2022
- Tanggal Penjatahan pada 28 Oktober 2022
-Tanggal Pengembalian Kelebihan Uang Pesanan pada 1 November 2022
Advertisement
Kinerja 3-7 Oktober 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah terbatas pada perdagangan 3-7 Oktober 2022. Analis menilai, sentimen global seperti kebijakan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) masih menekan laju IHSG.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (7/10/2022), IHSG melemah 0,2 persen ke posisi 7.026,78 dari pekan lalu di kisaran 7.040,79. Kapitalisasi pasar bursa susut 0,04 persen menjadi Rp 9.234,68 triliun.Kapitalisasi pasar itu turun sekitar Rp 3,4 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 9.238,08 triliun.
Rata-rata frekuensi harian bursa tersungkur 1,08 persen menjadi 1.224.595 kali transaksi dari 1.238.025 kali transaksi pada pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian bursa anjlok 7,14 persen menjadi Rp 12,92 triliun dari Rp 13,91 triliun. Namun, rata-rata volume transaksi harian bursa naik 0,55 persen menjadi 23,41 miliar saham dari 23,28 miliar saham.
Investor asing melakukan aksi jual Rp 1,3 triliun pada Jumat, 7 Oktober 2022. Sepanjang 2022, investor asing membukukan aksi beli Rp 72,94 triliun.
Sentimen IHSG
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG sepekan dipengaruhi sentimen global, salah satunya kekhawatiran pelaku pasar akan kenaikan fed fund rate (FFR) uang cenderung agresif dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve. Ini ditunjukkan dengan masih meningkatnya imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun.
"Sementara itu ada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, rilis data inflasi Indonesia yang cenderung meningkat secara YoY dan turunnya cadangan devisa Indonesia,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Pada pekan depan, Herditya mengatakan, IHSG masih rawan koreksi untuk uji area 7.000. Selama tidak terkoreksi ke bawah 6.900 sebagai level support, IHSG berpeluang menguat kembali ke 7.135. Adapun sentimen pengaruhi IHSG antara lain rilis data indeks kepercayaan konsumen (IKK) dan penjualan ritel.
Advertisement