Harum Energy Kantongi Pinjaman Setara Rp 5,98 Triliun

PT Harum Energy Tbk (HRUM) berencana menggunakan fasilitas pinjaman ini untuk meraih pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Okt 2022, 20:02 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2022, 20:02 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Harum Energy Tbk (HRUM) raih fasilitas pinjaman senilai USD 390 juta atau sekitar Rp 5,98 triliun (kurs Rp 15.346 per USD).

Fasilitas pinjaman itu berasal dari United Overseas Bank Limited, PT Bank UOB Indonesia, Oversea- Chinese Banking Corporation Limited, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), PT Bank DBS Indonesia, DBS Bank Ltd., PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank BTPN Tbk (BTPN), dan PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW).

Harum Energy berencana menggunakan fasilitas pinjaman ini untuk meraih pertumbuhan usaha yang berkelanjutan. Di mana salah satu upaya yang ditempuh adalah melakukan diversifikasi usaha melalui ekspansi ke usaha pertambangan dan pengolahan nikel.

“Ekspansi itu memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Sumber pembiayaan ekspansi usaha tersebut akan berasal dari, antara lain, fasilitas pinjaman,” ujar manajemen PT Harum Energy Tbk dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (10/10/2022).

Apabila fasilitas pinjaman ini nantinya digunakan oleh perseroan, maka akan menimbulkan kewajiban pembayaran pokok dan bunga pinjaman. Namun di sisi lain fasilitas pinjaman diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas dan likuiditas keuangan serta kemampuan perseroan untuk membiayai ekspansi usahanya. Tanggal jatuh tempo atas fasilitas pinjaman tersebut adalah 31 Desember 2025. 

Pada penutupan perdagangan Senin, 10 Oktober 2022, saham HRUM merosot 2,47 persen ke posisi Rp 1.775 per saham.

Saham HRUM dibuka turun 20 poin ke posisi Rp 1.800 per saham. Saham HRUM berada di level tertinggi Rp 1.800 dan terendah Rp 1.755 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.596 kali dengan volume perdagangan 244.890 saham. Nilai transaksi Rp 43,4 miliar.

 

 

Kinerja Semester I 2022

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengumumkan kinerja sepanjang paruh pertama 2022. Pada periode tersebut, perseroan berhasil mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 145,99 juta atau sekitar Rp 2,17 triliun (kurs Rp 14.859 per USD). Laba Harum Energy itu naik 1.309,57 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar USD 10,36 juta.

Raihan itu sejalan dengan pendapatan perseroan yang tumbuh 226 persen menjadi USD 377,46 juta atau sekitar Rp 5,60 triliun pada semester I 2022 dibanding semester I 2021 sebesar USD 115,72 juta atau sekitar Rp 1,71 triliun.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/8/2022), pendapatan perseroan paling banyak dikontribusi dari pertambangan sebesar USD 371,04 juta dan sekitar USD 15,21 berasal dari sewa dan jasa, dengan eliminasi senilai USD 8,79 juta.

Kenaikan pendapatan berbanding lurus dengan kenaikan beban pendapatan menjadi USD 132,97 juta dibanding semester I 2021 sebesar USD 60,47 juta. Kendati begitu, perseroan mampu mencatatkan laba bruto sebesar USD 244,49 juta, naik 342,48 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD 55,25 juta.

 

Aset Perseroan

IHSG Menguat
Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada periode yang sama, Harum Energy mencatatkan beban penjualan sebesar USD 30,86 juta, beban umum dan administrasi USD 13,24 juta, beban lainnya USD 1,4 juta, beban keuangan USD 1,83 juta, dan beban pajak final USD 102,81 ribu.

Sementara pendapatan lainnya tercatat sebesar USD 3,12 juta, penghasilan keuangan USD 858,02 ribu, dan bagian atas laba entitas asosiasi sebesar USD 26,67 juta.

Dari rincian tersebut setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan berhasil mengantongi laba periode berjalan sebesar USD 183,7 juta. Naik 862,66 persen dibanding semester I 2021 sebesar USD 19,08 juta.

Dasi sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar USD 1,08 miliar, naik dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 874,62 juta. Terdiri dari aset lancar USD 355,43 juta dan aset tidak lancar USD 723,21 juta.

Liabilitas sampai dengan Juni 2022 tercatat turun menjadi USD 216,91 juta dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 223,95 juta. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD 156,34 juta dan liabilitas jangka panjang USD 60,57 juta.

Sementara ekuitas sampai dengan Juni tercatat naik dari posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 650,67 juta menjadi USD 861,73 juta.

Realisasi Belanja Modal

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Harum Energy Tbk (HRUM) merealisasikan belanja modal USD 1,1 juta atau sekitar Rp 16 miliar (asumsi kurs 14.416 per dolar Amerika Serikat) hingga kuartal I 2022 dari anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) USD 25 juta atau sekitar Rp 360,39 miliar pada 2022.

Direktur Utama PT Harum Energy Tbk, Ray A.Gunara menuturkan, perseroan anggarkan capex sebesar USD 25 juta pada 2022. Sekitar 45 persen akan digunakan untuk pengembangan bisnis nikel dan sisanya untuk bisnis batu bara.

Ia menambahkan, belanja modal yang sudah direalisasikan sebesar USD 1,1 juta hingga 31 Maret 2022. Belanja modal dipakai untuk penambahan properti pertambangan di MSJ, THN, dan KUP, pemeliharaan kapal tunda dan tongkang, serta pembelian kendaraan.

“Capex dianggarkan USD 25 juta, mengenai kuartal pertama realisasi sebesar USD 1,1 juta sehingga mayoritas akan dikeluarkan kuartal dua, paruh kedua,” ujar dia saat paparan publik perseroan, Senin, 6 Juni 2022.

Selain itu,  perseroan menargetkan produksi batu bara mencapai 4-5 juta ton dan strip ratio sekitar 9,5-10,5 kali pada 2022. 

Hingga kuartal I 2022, produksi batu bara perseroan mencapai 1 juta ton dan volume penjualan 900.000 ton. Adapun harga rata-rata penjualan batu bara pada kuartal I 2022 adalah USD 168,4 per ton atau naik 158,8 persen dari periode sama tahun lalu.

Perseroan memanfaatkan kenaikan harga batu bara sehingga berencana naikkan produksi batu bara pada 2022 dengan target mencapai 4,5-5 juta ton.

“Kuartal pertama produksi 1 juta ton. Diharapkan perseroan dapat tingkatkan produksi 4 juta ton pada kuartal-kuartal berikutnya pada 2022, target produksi itu mencerminkan kenaikan 35 persen dari 2021,” kata dia.

Pada penutupan perdagangan Senin, 6 Juni 2022, saham HRUM turun 3,32 persen ke posisi Rp 2.330 per saham. Saham HRUM berada di level tertinggi Rp 2.470 dan terendah Rp 2.310 per saham. Total frekuensi perdagangan 16.030 kali dengan volume perdagangan 824.582 saham. Nilai transaksi Rp 194,8 miliar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya