Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis kinerja pasar modal dalam negeri masih terjaga pada 2023, kendati bayangan resesi di depan mata. Hal itu merujuk pada data ekonomi terkini, di mana Indonesia masih terpantau cukup resilien dibandingkan beberapa negara lain.
Di pasar modal, Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga relatif bagus dibandingkan dengan bursa lain. Dengan kapitalisasi pasar mendekati Rp 10 triliun dan akan melampaunya pada 2023.
Baca Juga
"Tahun ini kita akhiri kinerja indeks kita dalam tren naik. Masih relatif bagus dibandingkan indeks negara lain. Indikator perdagangan meningkat bahkan mencapai rekor yang tertinggi, market cap kita hampir Rp 10 ribu triliun. Kita harap di tahun depan melebihi Rp 10 ribu triliun," kata dia dikutip Kamis (22/12/2022).
Advertisement
Sejalan dengan itu, investor ritel juga meningkat signifikan di tengah krisis. Dari sisi supply, jumlah perusahaan tercatat atau emiten baru juga terus bertambah. Hingga akhir tahun ini, total emiten baru sudah mencapai 59 perusahaan, lebih tinggi dari target BEI sebanyak 55 emiten.
Tak hanya bertambah, kinerja perusahaan tercatat di Bursa juga terus meningkat bahkan melewati kondisi sebelum pandemi. Dari sisi jumlah investor pasar modal mengalami kenaikan signifikan, utamanya selama pandemi Covid-19.
Hingga November 2022, jumlah investor pasar modal telah mencapai 10.153.567 SID. Naik 35,57 persen dibandingkan jumlah investor tahun lalu sebanyak 7.489.337 SID. "Investor juga meningkat baik dari jumlah kepemilikan dan aktivitas transaksi. Kami melihat tahun depan harusnya bursa kita kita cukup optimis," imbuh dia.
Investasi Masyarakat Kalimantan di BEI Melonjak 103 Persen pada 2022
Sebelumnya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat pertumbuhan nilai kepemilikan aset investor di Indonesia Timur melonjak dibandingkan Indonesia bagian barat pada 2022.
KSEI mencatat, nilai kepemilikan investor Kalimantan atas saham, obligasi, dan surat berharga lainnya yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) naik 103,4 persen menjadi Rp 60,92 triliun. Dengan demikian, mencatat peringkat pertama pertumbuhan aset investor.
Kemudian diikuti oleh investor di Papua dan Maluku dengan tingkat pertumbuhan aset 41,59 persen meniadi Rp 3,51 triliun. Sementara itu, persentase pertumbuhan aset investor di Jawa dan DKI Jakarta hanya di kisaran 10,57 persen dan 10,16 persen menjadi Rp 413,98 triliun dan Rp 3.071,94 triliun.
Saham-saham sektor keuangan dan infrastruktur merupakan pilihan utama investor Kalimantan, Papua dan Maluku. Papua dan Maluku bahkan menjadi satu-satunya wilayah dengan pertumbuhan aset reksa dana positif sebesar 12,88 persen menjadi Rp 1,3 triliun.
Sedangkan dari sisi persentase pertumbuhan investor, Papua dan Maluku menduduki peringkat pertama dengan total pertumbuhan investor 46,05 persen dari 70.418 investor pada akhir 2021 menjadi 102.848 investor pada November 2022.
Pertumbuhan investor terbesar kedua diduduki oleh Sulawesi yang meningkat 45,70 persen dari 292.530 pada akhir 2021 menjadi 426.205 pada November 2022.
Sedangkan pertumbuhan investor di Sumatra berada di posisi tiga yang mencapai 37,99 persen dari 1.227.757 investor pada akhir 2021 menjadi 1.694.170 investor pada November 2022. Berbeda dengan wilayah lainnya, demografi investor didominasi oleh Gen Z dan milenial, demografi investor Papua dan Maluku didominasi investor Gen Z dan Gen X.
“Fenomena laju pertumbuhan investor serta nilai aset luar biasa di Indonesia Timur menunjukkan peningkatan literasi masyarakat yang semakin menyadari pentingnya investasi, khususnya di industri pasar modal,” ujar Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo seperti dikutip dari keterangan tertulis, ditulis Sabtu (17/12/2022).
Advertisement
Investasi Masyarakat Kalimantan di BEI Melonjak 103 Persen pada 2022
Sebelumnya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat pertumbuhan nilai kepemilikan aset investor di Indonesia Timur melonjak dibandingkan Indonesia bagian barat pada 2022.
KSEI mencatat, nilai kepemilikan investor Kalimantan atas saham, obligasi, dan surat berharga lainnya yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) naik 103,4 persen menjadi Rp 60,92 triliun. Dengan demikian, mencatat peringkat pertama pertumbuhan aset investor.
Kemudian diikuti oleh investor di Papua dan Maluku dengan tingkat pertumbuhan aset 41,59 persen meniadi Rp 3,51 triliun. Sementara itu, persentase pertumbuhan aset investor di Jawa dan DKI Jakarta hanya di kisaran 10,57 persen dan 10,16 persen menjadi Rp 413,98 triliun dan Rp 3.071,94 triliun.
Saham-saham sektor keuangan dan infrastruktur merupakan pilihan utama investor Kalimantan, Papua dan Maluku. Papua dan Maluku bahkan menjadi satu-satunya wilayah dengan pertumbuhan aset reksa dana positif sebesar 12,88 persen menjadi Rp 1,3 triliun.
Sedangkan dari sisi persentase pertumbuhan investor, Papua dan Maluku menduduki peringkat pertama dengan total pertumbuhan investor 46,05 persen dari 70.418 investor pada akhir 2021 menjadi 102.848 investor pada November 2022.
Pertumbuhan investor terbesar kedua diduduki oleh Sulawesi yang meningkat 45,70 persen dari 292.530 pada akhir 2021 menjadi 426.205 pada November 2022.
Sedangkan pertumbuhan investor di Sumatra berada di posisi tiga yang mencapai 37,99 persen dari 1.227.757 investor pada akhir 2021 menjadi 1.694.170 investor pada November 2022. Berbeda dengan wilayah lainnya, demografi investor didominasi oleh Gen Z dan milenial, demografi investor Papua dan Maluku didominasi investor Gen Z dan Gen X.
“Fenomena laju pertumbuhan investor serta nilai aset luar biasa di Indonesia Timur menunjukkan peningkatan literasi masyarakat yang semakin menyadari pentingnya investasi, khususnya di industri pasar modal,” ujar Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo seperti dikutip dari keterangan tertulis, ditulis Sabtu (17/12/2022).
Investor di DKI Jakarta Masih Mendominasi
Ia menambahkan, inklusi tentang investasi pasar modal juga semakin meluas dan merata yang sebelumnya didominasi oleh wilayah barat. Uriep mengatakan, walaupun perlahan tergerus, tetapi investor di DKI Jakarta masih mendominasi.
Hal ini terlihat dari nilai aset di pasar modal sebesar Rp 3.469,01 triliun yang dimiliki investor sebanyak 1.340.032. Disusul kemudian oleh wilayah Jawa dengan total nilai aset sebesar Rp 501,19 triliun yang dimiliki 5.632.412 investor atau 55,85 persen dari total investor.
Di sisi lain, nilai aset saham, obligasi dan surat berharga lainnya rata-rata per investor di DKI Jakarta menurun 10,21 persen menjadi Rp 4,55 miliar pada November 2022 dari sebelumnya Rp 5,07 miliar pada akhir 2021.
Hal yang sama dialami pula oleh investor di Bali, NTB, dan NTT, serta Kalimantan. Kenaikan nilai investasi per investor terjadi di wilayah Papua dan Maluku serta Sulawesi, yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 62,27 persen dan 13,19 persen.
Jika dilihat dari total nilai aset untuk masing-masing investor, terjadi penurunan di semua wilayah, kecuali untuk wilayah Papua dan Maluku, yang meningkat sebesar 23,37 persen menjadi Rp655,41juta di akhir November 2022 dari Rp531,24 juta di akhir tahun 2021.
Kepala Divisi Hukum KSEI, Ludfiati menuturkan, investor dari berbagai wilayah di Indonesia dengan latar belakang beragam jika dilihat, kurang lebih memiliki keseragaman dalam memilih jenis saham untuk investasi.
Berdasarkan data, terlihat saham sektor industri keuangan dan infrastruktur masih merupakan pilihan utama untuk investasi.
“Sementara itu, saham sektor industri produk primer dan non-primer menjadi pilihan lain bagi investor di seluruh wilayah kecuali Sulawesi yang memiliki pilihan lain berupa saham sektor industri basic materials,” kata Ludfi.
Advertisement
Investor Domestik Kuasai Pasar Modal Indonesia
Sebelumnya, investor pasar modal masih menunjukam pertumbuhan yang menggembirakan pada 2022. Hingga 23 November 2022, PT Kustordian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor di pasar modal mencapai 10,1 juta SID.
"Sampai dengan 23 November 2022, investor pasar modal tumbuh 35 persen menjadi 10.115.140 SID dari posisi akhir tahun lalu sebanyak 7.489.337 SID," ungkap Direktur Utama KSEI, Uriep Budhi Prasetyo, Sabtu (26/11/2022).
Rinciannya, untuk investor saham atau C-best sebanyak 4.374.271 juta, naik 26,73 peesen dibandingkan Desember 2021 sebanyak 3.451.513 investor. Jumlah investor reksa dana 9.412.891, naik 37,61 persen dari 6.840.234 investor pada Desember 2021. Sementara investor surat berharga negara 817.226, naik 33,72 persen dari 611.143 pada Desember 2021.
"Yang menarik di sini 99,63 persen itu investor individu. Investor lokal juga sudah mendominasi 99,66 persen dari total SID," imbuh Uriep.
Adapun investor domestik pada saham mendominasi sebesar 99,56 persen, investor reksa dana 99,88 persen dan investor SBN mendominasi 97,54 persen.
Dari sisi demografinya, investor di pasar modal berusia di bawah 30 tahun mendominasi sebesar 58,79 persen. Disusul investor udia di atas 30 tahun dampai dengan 40 tahun sebesar 22,41 persen. Investor usia 41-50 10,82 persen, usia 51-60 2,51 persen dan sisanya 2,77 persen merupakan investor usia di atas 60 tahun.