Liputan6.com, Jakarta - Berkshire Hathaway, perusahaan investasi milik Warren Buffett menjual lebih banuak saham ketimbang pembelian saham baru pada kuartal IV 2022. Perusahaan yang berbasis di Omaha itu menambah porsi kepemilikannya di Apple Inc., Louisiana-Pacific Corp., dan Paramount Global dalam tiga bulan terakhir.
Pada saat yang sama, perusahaan memangkas kepemilikan di delapan perusahaan, termasuk U.S. Bancorp dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. Melansir Yahoo Finance, Berkshire membeli lagi 20,8 juta saham Apple senilai USD 3,2 miliar atau sekitar Rp 48,72 triliun (asumsi kurs Rp 15.227 per dolar AS, meningkatkan sahamnya menjadi 5,8 persen dan menambah investasi senilai USD 84 juta atau Rp 1,27 triliun di perusahaan bahan bangunan Louisiana-Pacific Corp.
Baca Juga
Sementara itu, Berkshire memangkas posisinya di Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd (TSMC) sebesar 86,2 persen menjadi 8,29 juta saham. AKsi itu terjadi sekitar tiga bulan setelah Berkshire mengumumkan telah membeli saham TSMC senilai lebih dari USD 4,1 miliar, yang membuat saham pembuat chip kontrak terbesar di dunia itu melonjak.
Advertisement
Selain TSMC, Buffett juga mendivestasi 91,4 persen sahamnya di US Bancorp, menjadi 6,7 juta saham, dan menyusutkan kepemilikannya di Bank of New York (BNY) Mellon sekitar 60 persen menjadi 25,1 juta saham.
Berkshire juga memangkas posisinya di pembuat video game Activision-Blizzard Inc., Chevron Corp., perusahaan perawatan kesehatan McKesson Corp., dan rantai grosir Kroger Co. Meskipun pindah, Chevron tetap menjadi salah satu dari lima kepemilikan terbesar Berkshire, mengikuti Apple dan Bank of America Corp.
Â
Â
American Express, Saham Kesayangan Miliarder Warren Buffett yang Kini Digenggam 20 Persen
Sebelumnya, American Express (AXP) atau AmEx, salah satu perusahaan kartu kredit top dunia, juga telah lama menjadi favorit CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett.
Per 29 September 2022, Warren Buffet melalui perusahaan investasinya, Berkshire Hathaway memiliki 151.610.700 saham AmEx, atau 20,29 persen dari total.
Pada akhir 2021, American Express merupakan holding company terbesar Berkshire yang dimiliki berdasarkan bobot dan kepemilikan terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan sahamnya senilai USD 24,8 miliar, yang tumbuh menjadi USD 26,1 miliar pada 29 September 2022.
"Sekarang kami memiliki 20 persen American Express. Kebetulan itu berhasil dengan sangat baik, kata Buffett pada Rapat Pemegang Saham Berkshire Hathaway Tahunan 2022, dikutip dari Yahoo Finance, Senin (30/1/2023).
Pada 2020, ketika pandemi melanda, saham AmEx turun ke level USD 66 karena pembatasan dan larangan bepergian menurunkan laba sebesar 39 persen. Namun, Warren Buffett mempertahankan sahamnya di perusahaan, bahkan saat dia menjual saham maskapai dan bank.
AmEx mampu pulih setelah bertahan dari penurunan ekonomi yang disebabkan COVID-19 dan mencapai harga tertinggi dalam beberapa dekade pada posisi USD 196 per saham pada 2022 dan tampaknya berlanjut hingga 2023.
Â
Advertisement
Bagaimana Buffett Akuisisi Sahamnya di AmEx?
Meskipun merek AmEx muncul dari pandemi dalam posisi yang kuat, namun bukan berarti tidak ada gejolak. Ketertarikan Buffett pada AmEx dimulai pada 1960-an.
Mulanya, dia mengakuisisi 5 persen saham AmEx dengan harga sekitar USD 20 juta. Tren penggunaan kartu kredit terjadi pada 1970-an dan 1980-an, menjadikan AmEx pemain top di pasar. Pada akhir 90-an, dua pertiga rumah tangga Amerika memiliki kartu kredit.
Menyusul perkembangan itu, Buffett berhasil mencatatkan saham besar pertamanya di perusahaan pada 1991 dengan USD 300 juta.
Dalam tujuh tahun, Buffett memiliki lebih dari 50 juta saham perusahaan. Berkshire Hathaway belum membeli saham American Express sejak akhir 1990-an, tetapi sahamnya di AmEx terus meningkat akibat pembelian kembali saham.
Antara 1998 dan 2005, saham Berkshire naik dari 11,2 persen menjadi 12 persen. Pada 2020, AXP menjadi kepemilikan Berkshire terbesar berdasarkan persentase. Bahkan, meskipun AmEx memiliki awal yang sulit pada 2016 secara finansial, Buffett bertahan dengan investasinya.
Beli Saham TSMC Rp 79,39 Triliun
Sebelumnya, perusahaan investasi milik Warren Buffett yaitu Berkshire Hathaway membeli saham produsen chip Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) sekitar USD 5 miliar atau sekitar Rp 77,82 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per dolar AS).
Pembelian saham TSMC ini sebagai bagian dari perubahan portofolio Berkshie Hathaway pada kuartal terakhir. Warren Buffett memperoleh sekitar 60 juta American Depository Receipts (ADRs) di TSMC dalam tiga bulan terakhir yang berakhir September 2022, demikian disebutkan dalam pengajuan ke otoritas.
Produsen chip Taiwan tersebut produksi semikonduktor untuk klien Nvidia dan Qualcomm, dan merupakan pemasok eksklusif chip silicon kustom Apple. Apple tetap menjadi holding tunggal paling berharga dalam portofolio Berkshire.
Dengan asumsi Buffett membeli ADR TSMC dengan rata-rata harga pada kuartal III 2022, saham tersebut akan menelan biaya USD 5,1 miliar atau sekitar Rp 79,39 triliun. Saham TSMC diperdagangkan sekitar USD 72,80. Demikian mengutip dari Business Times, Selasa (15/11/2022).
Saham TSMC menguat 9,4 persen di Taiwan setelah keterbukaan informasi tersebut. Penguatan saham TSCM termasuk terbesar secara intraday lebih dari dua tahun.
Â
Â
Advertisement
Sempat Menjauh dari Sektor Teknologi
Buffett yang berusia 92 tahun telah lama menjauh dari industri teknologi menyatakan kalau tidak ingin berinvestasi dalam bisnis yang tidak sepenuhnya dia pahami. Namun, sikap tersebut berubah dalam beberapa tahun terakhir. Buffett telah mendedikasikan sebagian besar investasi perusahaannya untuk sektor teknologi.
Produsen chip menjadi salah satu segmen yang mencatat pertumbuhan berkelanjutan selama beberapa tahun mendatang. Hal ini untuk perluasan industri yang baru lahir seperti self-driving dan mobil listrik atau electric vehicle (EV), kecerdasan buatan (AI) dan aplikasi rumah terhubung.
Layanan cloud seperti AWS Amazon.com juga menjanjikan untuk mendatangkan lebih banyak pesanan silicon yang masuk ke pusat data yang luas.
TSMCÂ yang telah mengambil alih dari Intel sebagai perusahaan terdepan dalam pembuatan chip juga telah muncul sebagai pemain penting secara strategis pada saat Amerika Serikat (AS) dan China yang berselisih tentang kepemimpinan dalam industri teknologi global.
Â