Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat, (24/2/2023) seiring investor menanti data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan perkembangan ekonomi di Jepang.
Dikutip dari CNBC, Jumat (24/2/2023), Indeks Nikkei 225 menguat 0,44 persen dan indeks Topix bertambah 0,16 persen seiring data menunjukkan inflasi menguat 4,2 persen pada Januari 2023. Inflasi tersebut tertinggi dalam 41 tahun. Investor juga akan mencermati kandidat Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda di parlemen.
Baca Juga
Di Australia, indeks ASX 200 mendaki 0,32 persen. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,26 persen, dan indeks Kosdaw bertambah. Seiring rilis laba, OCBC yang merupakan salah satu dari tiga bank besar Singapura membukukan rekor laba 2022 bersama DBS dan UOB.
Advertisement
OCBC Singapura membukukan rekor laba bersih 5,75 miliar dolar Singapura atau setara USD 4,28 miliar. Laba OCBC naik 18 persen dibandingkan 2021 sebesar 4,86 miliar dolar Singapura.
"Ini karena pertumbuhan yang kuat dalam pendapatan bunga bersih dan tunjangan lebih rendah,” tulis OCBC.
Selain itu, pendapatan bunga bersih bank melonjak 31 persen menjadi 7,69 miliar dolar Singapura dibandingkan 2021. "Didukung kenaikan 37 basis poin dalam margin bunga bersih dan pertumbuhan 6 persen untuk rata-rata aset,” tulis OCBC.
Pendapatan OCBC naik 10 persen menjadi 11,7 miliar dolar Singapura. Perseroan juga umumkan dividen sebesar 40 sen untuk enam bulan yang berakhir pada Desember menjadi 68 sen, naik 28 persen dari tahun sebelumnya.
Selain itu, output manufaktur Singapura pada Januari naik 2,9 persen dibandingkan tahun lalu.
Sedangkan di Amerika Serikat (AS), wall street menguat di tengah perdagangan yang bergejolak pada Kamis, 23 Februari 2023 seiring investor khawatir tentang jalur kenaikan suku bunga the Federal Reserve.
Bursa Saham Asia Bervariasi pada Perdagangan 23 Februari 2023
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 23 Februari 2023 seiring investor mencerna risalah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve yang menunjukkan tetap menaikkan suku bunga untuk redam inflasi.
Bank sentral Korea Selatan mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen, pertama kali dalam hampir setahun. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,9 persen ke posisi 2.439,09. Indeks saham Kospi menguat didorong saham Samsung Electronics bertambah 1,5 persen setelah keputusan bank sentral Korea Selatan. Indeks Kosdaq naik 0,6 persen ke posisi 783,28.
Bursa saham Jepang libur peringati hari ulang tahun kaisar. Indeks ASX 200 melemah 0,4 persen ke posisi 7.285,4 di Australia. Di Hong Kong, indeks Hang Seng melemah 0,3 persen dan indeks Hang Seng teknologi menguat 1,1 persen.
Di bursa saham China, indeks Shenzhen terpangkas 0,13 persen ke posisi 11.884,3 dan indeks Shanghai turun 0,11 persen ke posisi 3.287,47.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 23 Februari 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 23 Februari 2023 di tengah perdagangan yang bergejolak. Hal ini seiring investor tetap khawatir dengan jalur kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed).
Dikutip dari CNBC, Jumat (24/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,53 persen ke posisi 4.012,32 dan hentikan penurunan beruntun dalam empat hari. Indeks Dow Jones bertambah 108,82 poin atau 0,33 persen ke posisi 33.153,91. Indeks Nasdaq naik 0,72 persen ke posisi 11.590,40.
Rata-rata indeks acuan masih dalam tren koreksi pada pekan ini. Indeks S&P 500 berada di jalur untuk kinerja mingguan terburuk sejak 16 Desember 2022.
The Fed menjadi titik fokus bagi investor pekan ini sejak peluncuran risalah pertemuan terbarunya. Pembuat kebijakan mengindikasikan inflasi “tetap jauh di atas” target dua persen bank sentral. Hal ini bahkan ketika data telah menunjukkan pengurangan yang disambut baik dalam laju kenaikan harga bulanan.
Head of Core Fixed Income North America Insight Investment, Brendan Murphy menuturkan, resesi tidak diperlukan untuk mencapai target inflasi dua persen the Fed.
Inflasi Jadi Perhatian
“Sementara resesi hampir pasti akan mempercepat kembalinya inflasi ke target, itu tidak boleh dianggap sebagai kondisi yang diperlukan. Meski kami telah melihat peningkatan yang signifikan dalam realisasi inflasi selama 6 bulan terakhir,” ujar Murphy dikutip dari CNBC.
Ia menambahkan, hal ini sebagian besar didorong oleh efek dasar dan normalisasi rantai pasokan yang sedang berlangsung.
“Kita sedang berada dalam periode pertumbuhan rendah dan inflasi moderat,” ujar dia.
Namun, Murphy menuturkan, pertanyaan besar adalah seberapa jauh inflasi dapat turun di lingkungan seperti itu. Ada kemungkinan jika tekanan pasokan terus mereda dalam periode pertumbuhan di bawah tren, inflasi pada akhirnya akan kembali ke target the Fed.
“Namun, periode pertumbuhan di bawah tren ini mungkin perlu cukup lama, itulah sebabnya the Fed berbicara tentang mempertahankan suku bunga terbatas untuk jangka waktu lama,” kata dia.
Advertisement