Otoritas Sekuritas Hong Kong dan China Sepakat Konsensus Block Trading

Investor asing akan dapat melakukan block trading dengan stock connect di Bursa Efek Shanghai dan Bursa Efek Shenzhen

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Agu 2023, 18:59 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2023, 18:57 WIB
Otoritas Sekuritas Hong Kong dan China Sepakat Konsensus Block Trading
Block trading atau perdagangan manual di bawah program akses pasar bersama dikenalkan oleh Komisi Regulasi Sekuritas China dan Komisi Sekuritas dan Kontrak Berjangka (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Block trading atau perdagangan manual di bawah program akses pasar bersama dikenalkan oleh Komisi Regulasi Sekuritas China (China Securities Regulatory Commission/CSRC) dan Komisi Sekuritas dan Kontrak Berjangka (Securities and Futures Commision/SFC) Hong Kong pada Jumat, 11 Agustus 2023.

Investor-investor asing akan dapat melakukan block trading dengan stock connect di Bursa Efek Shanghai dan Bursa Efek Shenzhen melalui link perdagangan utara. Sedangkan investor-investor China daratan akan dapat melakukan perdagangan manual di Stock Exchange of Hong Kong Ltd melalui link perdagangan Selatan. Demikian dikutip dari Antara, ditulis Minggu (13/8/2023).

Inisiatif ini akan semakin meningkatkan pengaturan Stock Connect, menyediakan lebih banyak mekanisme perdagangan, meningkatkan efisiensi perdagangan dan mendorong pengembangan bersama dari kedua pasar modal, demikian disampaikan dari pengumuman tersebut.

CSRC dan SFC akan mengawasi masing-masing bursa dan lembaga kliring di kedua pihak dalam mempelajari pengaturan bisnis, teknis dan peraturan untuk memperkenalkan block trading, melakukan konsultasi pasar yang sesuai dan mengembangkan proposal implementasi.

Data menunjukkan hingga akhir Juli, arus masuk modal bersih di perdagangan utara dari program Stock Connect antara bursa Shanghai dan Hong Kong mencapai 1,02 triliun yuan (1 yuan=Rp 2.108), sedangkan antara bursa Shenzhen dan Hong Kong tembus lebih dari 930 miliar yuan.

Saham Perusahaan China di Bursa AS Merosot 15 Persen, Ini Alasannya

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Sebelumnya, saham perusahaan China yang tercatat di Amerika Serikat (AS) turun tajam pada perdagangan Senin, 24 Oktober 2022 setelah Beijing memperketat kekuasaan Presiden Xi Jinping memperburuk sentimen investor untuk perusahaan swata.

The Invesco Golden Dragon China ETF yang melacak indeks Nasdaq Goldman Dragon China merosot 14,5 persen hingga sentuh level terendah sejak 2009. ETF tumbang lebih dari 20 persen pada awal pekan ini. Indeks yang memegang saham 65 perusahaan yang diperdagangkan di AS dan sebagian besar bisnisnya dilakukan di China.

Saham raksasa teknologi Alibaba turun lebih dari 12 persen setelah merosot lebih dari 19 persen ke level terendah baru dalam 52 minggu. Saham Tencent melemah 5 persen, dan memangkas penurunan sebelumnya sebesar 18 persen. Saham Pinduoduo terpangkas 24,6 persen setelah anjlok 34 persen.

Pergerakan saham perusahaan China terjadi di tengah Presiden Xi membuka jalan untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai pemimpin, memenuhi komite tetap Politbiro, lingkaran inti kekuasaan di Partai Komunis China yang berkuasa dan loyalis.

Di bawah kepemimpinan Xi, China telah menerapkan serangkaian kebijakan yang memperketat regulasi di sektor teknologi di berbagai bidang mulai dari perlindungan data hingga mengatur cara pemakaian algoritme.

 

Kebijakan China saat Pandemi COVID-19

China Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen di Tahun 2023
Seorang pekerja membersihkan pintu kaca toko barang mewah di sebuah pusat perbelanjaan di Beijing, China, Senin (6/3/2023). Pejabat ekonomi China menyatakan keyakinannya bahwa mereka dapat memenuhi target pertumbuhan tahun ini sekitar 5 persen dengan menghasilkan 12 juta pekerjaan baru dan mendorong pengeluaran konsumen setelah berakhirnya kontrol antivirus yang membuat jutaan orang tetap di rumah. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Sementara itu, Xi telah berpegang teguh pada kebijakan ketat Zero COVID-19 yang membuat kota-kota termasuk pusat keuangan besar Shanghai lockdown pada 2022. Bahkan ketika sebagian besar dunia telah membuka ekonominya.

“Saham yang berbasis di ekonomi terbesar kedua di dunia tidak dapat diinvestasikan lagi,” ujar Sales Trading Desk Bernstein Mark Schilsky.

Di sisi lain, indeks Hong Kong Hang Seng turun 6,36 persen ke level terendah sejak April 2009. Indeks Shanghai dan Shenzhen merosot sekitar 2 persen.

Analis JPMorgan Marko Kolanovic menuturkan, aksi jual di saham perusahaan China tidak berhubungan dengan fundamental, menghadirkan peluang beli.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya