Wall Street Beragam, Indeks Nasdaq Catat Koreksi Terbesar

Wall street bervariasi pada perdagangan Kamis, 7 September 2023 seiring kekhawatiran kenaikan suku bunga the Fed. Indeks Nasdaq catat koreksi terbesar.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Sep 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2023, 06:00 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada penutupan perdagangan Kamis, 7 September 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada penutupan perdagangan Kamis, 7 September 2023. Indeks Nasdaq turun dalam empat hari seiring kekhawatiran kembali muncul mengenai suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Dikutip dari CNBC, Jumat (8/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq susut 0,89 persen ke posisi 13.748,83. Indeks S&P 500 melemah 0,32 persen ke posisi 4.451,14. Indeks Dow Jones bertambah 57,54 poin atau 0,17 persen menjadi 34.500,73.

“Masyarakat berharap the Fed akan menahan diri selama sisa 2023, tetapi mungkin saja the Fed akan menaikkan suku bunga satu atau dua kali lagi,” ujar Chief Investment Officer Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli, dikutip dari laman CNBC.

Ia menambahkan, jika semua hal dianggap sama, hal ini  sedikit berdampak negatif bagi saham. Sementara itu, saham Apple turun 2,9 persen setelah laporan Bloomberg menyebutkan China ingin memperluas larangan pemakaian iPhone di perusahaan dan lembaga milik negara. Saham teknologi dan semikonduktor tertinggal,dengan Nvidia dan Advanced Micro Devices merosot masing-masing 1,7 persen dan 2,5 persen.

Saham Seagate Technology turun hampir 11 persne, saham Skyworks Solution , Qualcomm dan Qorvo turun 7 persen.

Serangkaian data ekonomi pada Kamis pekan ini termasuk klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan berkontribusi pada kekhawatiran pasar tenaga kerja yang masih kuat dapat membuat the Fed berpikir dua kali melonggarkan kebijakan moneter.

Klaim pengangguran mingguan mencapai 216.000 dibandingkan perkiraan Dow Jones 230.000 sementara biaya tenaga kerja pada kuartal II meningkat lebih dari yang diperkirakan.

Dikombinasikan dengan kenaikan harga energi, pasar lapangan kerja yang kuat akan meningkatkan perlunya the Fed untuk bertindak. “Dan berpotensi menyetujui kenaikan (suku bunga-red),” ujar Zaccarelli.

Pelaku pasar prediksi the Fed tetap pertahankan suku bunga sebesar 93 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September 2023. Kenaikan suku bunga juga dinilai bukan hal mustahil.

Harapan kenaikan suku bunga pada November telah meningkat menjadi sekitar 43 persen, menurut alat CME Fed Watch. Pelaku pasar juga menyisir laporan laba terbaru dari C3.ao dan ChargePoint.

Penutupan Wall Street pada 6 September 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Rabu, 6 September 2023. Indeks Nasdaq memimpin penurunan dengan merosot 1 persen. Indeks Nasdaq turun setelah data jasa lebih kuat dari perkiraan sehingga memicu kekhawatiran inflasi yang masih stabil akan menyebabkan suku bunga tetap tinggi lebih lama.

Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (7/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 198,78 poin atau 0,57 persen ke posisi 34.443,19. Indeks S&P 500 terpangkas 31,35 poin atau 0,70 persen ke posisi 4.465,48. Indeks Nasdaq merosot 148,48 poin atau 1,06 persen ke posisi 13.872,47.

Dari 11 sektor industri utama dalam S&P 500, sektor teknologi alami koreksi terbesar dengan merosot 1,4 persen. Sedangkan sektor utilitas pimpin kenaikan dengan menguat 0,2 persen. Sektor energi menjadi satu-satunya yang mencatat keuntungan dengan bertambah 0,1 persen. Sektor energi naik seiring harga minyak yang melonjak.

Harga minyak berjangka ditutup naik pada Rabu pekan ini sehingga memicu kekhawatiran terhadap tekanan inflasi.

Institute for Suppy Management (ISM) mengatakan indeks manajer pembelian non-manufaktor naik menjadi 54,5 pada bulan lalu dibandingkan ekspektasi 52,5. Sedangkan ukuran harga yang dibayarkan oleh bisnis sektor jasa meningkat.

 

The Fed Bakal Pertahankan Suku Bunga

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Pelaku pasar bertaruh pada peluang 93 persen kalau the Federal Reserve (the Fed) akan mempertahankan suku bunga setelah pertemuannya pada 20 September 2023. Sedangkan taruhan berikutnya suku bunga tetap pada November 2023 sekitar 57 persen, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

"Data jasa ISM yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan investor masih belum terlalu terampil dalam membaca keadaan setelah pandemi COVID-19,” ujar Chief Investment Officer BMO Family, Carol Schleif.

Sementara itu, pelaku pasar berharap penurunan suku bunga. Schleif menuturkan, data perekonomian yang kuat dan inflasi yang tidak turun, secepat the Fed yang perlu mulai menurunkan suku bunga kapan saja pada masa mendatang,” kata dia.

Sebelumnya, Presiden the Fed Boston Susan Collins menekankan perlunya bank sentral untuk “melanjutkan dengan hati-hati” langkah kebijakan moneter berikutnya.

 

Saham Apple Melemah

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Prospek suku bunga yang lebih tinggi memberikan tekanan khusus pada saham-saham yang sedang berkembang karena indeks S&P 500 mencatat kinerja buruk sepanjang sesi perdagangan. Investor saham juga bereaksi terhadap kenaikan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun dan 2 tahun.

"Saham-saham yang sedang tumbuh telah memperhitungkan gagasan kalau inflasi telah tertahan dengan baik dan the Fed akan melakukan pemotongan. Jika gagasan itu tidak lagi berlaku, mereka akan menjadi rentan,” ujar Portfolio Manager Brandywine Global, Patrick Kaser.

Selain kekhawatiran terhadap suku bunga, Apple Inc melemah 3,6 persen, tertekan oleh laporan China telah melarang pejabat di lembaga pemerintah pusat memakai iPhone dan perangkat merek asing lainnya untuk bekerja.

Di sisi lain, indeks S&P 500 menunjukkan sedikit reaksi terhadap gambaran Beige Book dari the Fed mengenai perekonomian AS seminggu menjelang data inflasi yang sangat ditunggu-tunggu dan keputusan suku bunga the Fed pada 20 September 2023.

Laporan itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang “sederhana” dalam beberapa pekan terakhir. Sementara itu, pertumbuhan lapangan kerja “lemah” dan inflasi melambat di sebagian besar negara tersebut.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya