Liputan6.com, Jakarta - Investasi menjadi salah satu kegiatan yang dianggap penting bagi masyarakat. Ini mengingat, investasi menawarkan banyak manfaat mulai dari membantu tujuan keuangan serta menumbuhkan kekayaan sehingga mengalahkan laju inflasi agar daya beli konsumen tetap terjaga.
Lantas, bagaimana tips mendapatkan cuan secara optimal bagi Generasi Z (Gen Z) dan milenial?
Baca Juga
VP Sales and Distribution Ashmore Asset Management Indonesia Felicia Iskandar meyakini investasi yang aman dan sesuai dengan profil risiko akan memberikan kehidupan yang nyaman bagi investor. Sebab, bukan hanya mendapat keuntungan saja, akan tetapi mendapat rasa aman dalam berinvestasi.
Advertisement
"Cara mengumpulkan uang yang banyak di waktu yang cepat ya balik, kita harus kerja dan investasi secara bersamaan,” ujar dia dalam MoneyBuzz dengan tema Investasi Aman Pangkal Hidup Nyaman, Selasa (12/9/2023).
Menurut ia, instrumen investasi yang paling mudah dijangkau seiring mudahnya akses informasi saat ini adalah pasar modal. Selain itu, instrumen investasi yang membutuhkan modal kecil lebih banyak juga berada di pasar modal, misalnya reksa dana, obligasi dan saham.
Untuk komposisi investasi, Felicia membaginya menjadi dua, yaitu untuk yang sudah berkeluarga dan yang belum berkeluarga atau punya anak.
"Kalau untuk single (belum menikah) atau di bawah 25 tahun, incomenya bisa diinvestasikan 70 persen, 30 persen bisa self reward yang nyaman,” kata dia.
Harapannya, 70 persen pendapatan ini akan memberikan keuntungan pada masa mendatang. Sehingga, saat sudah memiliki keluarga, investor tersebut tetap bisa hidup nyaman sesuai gaya hidup yang dibutuhkan.
Imbal Hasil yang Ideal
"Kalau yang sudah menikah paling investasi 40-30 persen lagi, sisanya untuk kebutuhan lain (cicilan dan lainnya),” imbuhnya.
Perlu diingat, imbal hasil yang ideal atau wajar itu yang penting lebih tinggi daripada inflasi. Kalau inflasi di rentang 3-7 persen, diharapkan imbal hasil investasi minimal 8 persen dari diversifikasi yang dilakukan.
"Bisa luxury item, capital market, hopefully bisa memberikan return 7-8 persen (di atas inflasi),” ujarnya.
Dengan demikian, Felicia mengingatkan bagi para investor agar tidak terbuai dengan investasi yang memberikan imbal hasil yang tinggi alias tidak wajar. Alhasil, investor pun perlu memilih investasi yang aman serta melakukan monitor terhadap portofolionya.
Advertisement
IHSG Diramal Tembus 7.500 pada Akhir 2023, Saham-Saham Ini Boleh Dilirik
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bisa mencapai level 7.500 pada akhir 2023. Hal itu akan didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Economist CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Wisnu Trihatmojo mengatakan, beberapa hal yang bisa mengerek IHSG salah satunya pertumbuhan ekonomi domestik pada paruh kedua 2023.
"Berdasarkan tim riset kami, kami memperkirakan akan mencapai kisaran 7.250 di akhir tahun 2023. Ini ada kenaikan sebesar kurang lebih 5 persen dari angka sekarang. Catatannya, kalau nanti benar Indonesia bisa menarik dana asing dari China menuju Indoneiisa, kemungkinan bisa meningkat lagi ke 7.500," kata Wisnu dalam Money Buzz, Selasa (25/7/2023).
IHSG ditutup merah pada perdagangan akhir Juni 2023. IHSG turun 0,04 persen ke posisi 6.661,879 dari penutupan sebelumnya. Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), IHSG turun 2,76 persen sepanjang paruh pertama 2023. Namun, didukung optimisme pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua 2023, Wisnu optimis IHSG bisa menembus level 7.500.
"Jadi saya pikir ini akan sangat bergantung dengan pertumbuhan ekonomi semester II dan bagaimana investor melihat pemerintah Indonesia mencoba untuk mendorong pertumbuhan, terutama dari sisi pemilu," imbuh dia.
Rekomendasi Saham
Seperti diketahui, tahun depan Indonesia akan menggelar pemilihan umum (pemilu) serentak. Secara historis, musim pemilu memang akan mendongkrak kinerja beberapa emiten terutama sektor konsumer sebagai konsekuensi dari aliran dana kampanye. Sektor ini pun menjadi salah satu rekomendasi Wisnu dengan emiten yang dijagokan adalah Mayora Indah Tbk (MYOR).
"Rekomendasi tim kami prefer ke mid-cap karena alokasi dana dari Asset Management itu untuk saham-saham big cap sudah mentok. Artinya mereka harus alokasikan sebagian untuk saham-saham mid cap. Ada big cap juga, terutama perbankan itu ada BBRI, BMRI, BBCA. MYOR untuk konsumer yang tersengat sentimen pemilu," beber Wisnu.
Lalu non bank ada saham Astra International Tbk (ASII). Sementara pada perusahaan mid-cap ada BFI Finance Tbk (BFIN), lalu Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), Ciputra Development Tbk (CTRA), MYOR dan Ciputra Development Tbk Tbk (EXCL).
Advertisement