Country Garden Bebani Pemulihan Ekonomi China

Sektor saham bahan baku dan energi mengangkat laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 11-15 September 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Sep 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2023, 07:00 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,8 persen ke posisi 6.983 pada perdagangan 11-15 September 2023.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,8 persen ke posisi 6.983 pada perdagangan 11-15 September 2023. Penguatan IHSG didorong sektor saham basic materials dan energi masing-masing 6 persen dan 1,9 persen.

Namun, investor asing melakukan aksi jual saham USD 30 juta selama sepekan. Pada pekan ini, Amerika Serikat (AS) merilis data consumer price index (CPI), indeks yang mengukur inflasi ini akan menjadi salah satu pertimbangan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pekan depan terkait kebijakan suku bunganya.

Inflasi ternyata lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Namun, inflasi inti turun menjadi 4,3 persen, level terendah sejak September 2021.

Seiring data tersebut tidak mengejutkan pasar, harapannya the Fed tetap pertahankan suku bunga dengan kemungkinan 97 persen. Sementara itu, Indonesia mencatat neraca perdagangan lebih tinggi dari yang diharapkan pada Agustus 2023, dan impor turun.

Lalu bagaimana dengan China?

Melanjutkan tren positif berdasarkan data pekan lalu, China mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Penjualan ritel year on year (YoY) pada Agustus 2023 lebih tinggi dari yang diperkirakan (4,6 persen vs 2,6 persen). Produksi industri YoY pada bulan yang sama juga lebih tinggi dari perkiraan (4,5 persen vs 3,5 perse).

“Pemerintah China juga meningkatkan inisiatif untuk meningkatkan pemulihan ekonomi dengan menambahkan lebih banyak likuiditas ke pasar melalui utang satu tahun sebesar USD 26,3 miliar dan pengurangan syarat pencadangan.

“Peningkatan likuiditas ini seiring aktivitas ekonomi di dalam negeri mengalami peningkatan karena booming perjalanan musim panas, mengurangi tekanan deflasi,” tulis Ashmore.

Di tengah optimisme mulai tumbuh di China, masih ada beberapa masalah tersisa termasuk masalah terbesar yaitu pengembang Country Garden Holdings Co. Pekan ini, perseroan kembali menunda tenggat waktu untuk pemunguatan suara mengenai perpanjangan jatuh tempo obligasinya untuk ketiga kali.

 

Pasar Global Fluktuatif

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di antara obligasi perseroan, obligasi dengan jangka waktu terdekat akan jatuh tempo pada Oktober senilai USD 67,6 juta. Pasar global terus mengalami hal sama memantau bagaimana perusahaan akan mengelola total kewajiban sekitar USD 188 miliar.

Sementara itu, pasar global tetap berfluktuasi meski terdapat dua krisis di dunia dengan negara ekonomi terbesar sedang menuju ke arah normalisasi dengan penurunan inflasi inti AS dan ekonomi China mulai menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan. Sedangkan inflasi komoditas di Indonesia baru-baru ini disebabkan berkurangnya pasokan energi global dan efek El Nino terus memberikan guncangan pada pasar.

“Oleh karena itu kami terus merekomendasikan untuk tetap investasi dan melakukan diversifikasi dalam investasi Anda. Kami merekomendasikan ASDN yang memungkinkan strategi rotasi sektor,” tulis Ashmore.

The Fed Bakal Kerek Suku Bunga

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada periode 4-8 September 2023. Koreksi IHSG terjadi didorong sektor saham properti dan consumer non siklikal.

Dikutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (10/9/2023), IHSG turun 0,7 persen ke posisi 6.925. IHSG merosot didorong sektor saham properti dan consumer non siklikal yang tergelincir masing-masing 2,6 persen dan 2,31 persen terhadap indeks. Selain itu, investor asing juga melepas saham USD 33 juta selama sepekan.

Dalam riset Ashmore menyebutkan, pada pekan ini rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan dengan klaim pengangguran lebih rendah sejak Februari 2023. Selain itu, produktivitas tenaga kerja non pertanian pada kuartal II 2023 tumbuh dari yang diharapkan.

Sementara itu, Indonesia melaporkan data cadangan devisa lebih rendah. Posisi cadangan devisa setara 6,2 bulan impor dan di atas standar global.

Di sisi lain, harga komoditas menjadi sorotan Ashmore. Pekerja LNG di lokasi Chevron di Australia mulai mogok setelah diskusi mengenai kondisi kerja dan pembayaran yang gagal.

Secara khusus, pekerja memulai serangan parsial di fasilitas di Gorgon dan Wheatstone yang terletak di sisi barat Australia. Ini adalah fasilitas penting yang memasok sekitar 7 persen dari total pasokan LNG dunia tahun lalu, seperti Dutch TTF Natural Gas Futures yang naik lebih dari 11 persen selama dua hari ini.

Pemogokan akan meningkat jika belum ada kesepakatan dicapai pada 14 September 2023. Anggota serikat pekerja mengatakan akan berhenti kerja untuk dua minggu yang akan hentikan ekspor LNG.

"Dalam jangka pendek, pasokan global diperkirakan tidak akan terganggu secara signifikan karena permintaan saat ini lebih lemah dari Asia dan Eropa,” demikian mengutip dari riset Ashmore.

 

Kekhawatiran Inflasi

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Namun, jika mogok kerja akan terus terjadi mengancam pasokan LNG global. Hal ini mengingat musim dingin tiba di belahan bumi utara dan mungkin kerek harga.

"Perlu diingat data yang kuat baru-baru ini dari Amerika Serikat serta data inflasi yang akan datang pada Agustus akan menjadi data terakhir sebelum pertemuan the Fed pada 20 September 2023,”

Ashmore menyebutkan, jika angka inflasi itu terus menunjukkan perekonomian yang masih terlalu kuat, kemungkinan lebih tinggi untuk kenaikan suku bunga dan obligasi mungkin akan lebih fluktuatif jangka pendek.

"Menggabungkan ini bersama dengan risiko inflasi karena komoditas dari minyak dan LNG, puncaknya suku bunga mungkin belum mendekat. Itu sebabnya kami merekomendasikan tetap terdiversifikasi,”

Ashmore merekomendasikan untuk investasi di reksa dana saham ASDN seiring mendapat manfaat dari sektor unggulan ketika pasar tidak menentu. Per 7 September 2023, ASDN mencatat imbal hasil 8,75 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya