Wall Street Melejit di Tengah Lonjakan Imbal Hasil Obligasi AS

Wall street melesat pada perdagangan Senin, 25 September 2023. Indeks Nasdaq catat penguatan terbesar disusul indeks S&P 500.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Sep 2023, 07:01 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2023, 07:01 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 25 September 2023. (Dok Unsplash/ llyod blazek)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 25 September 2023. Tiga indeks acuan di wall street bahkan hentikan penurunan selama empat hari berturut-turut.

Penguatan wall street didukung indeks S&P 500 menguat pada pekan terakhir September 2023. Sepanjang September 2023, indeks acuan alami penurunan besar.

Dikutip dari CNBC, Selasa (26/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,4 persen ke posisi 4.337,44. Indeks Nasdaq bertambah 0,45 persen menjadi 13.271,32. Indeks Dow Jones menanjak 43,04 poin atau 0,13 persen ke posisi 34.006,88. Tiga indeks acuan di wall street menghentikan penurunan empat hari berturut-turut.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menguat 10 basis poin ke posisi 4,54 persen, dan mencapai level tertinggi sejak 2007. Saat itu sentuh 4,57 persen.Saham mengabaikan pergerakan di pasar obligasi.

Sementara itu, raksasa kimia Dow mencatat kinerja terbaik dengan naik 1,7 persen setelah peningkatan dari JPMorgan. Delapan dari 11 sektor S&P 500 berada di wilayah positif dengan sektor energi memimpin kenaikan sebesar 1,3 persen.

Saham Amazon naik lebih dari 1 persen setelah raksasa ritel online itu akan investasi USD 4 miliar di perusahaan kecerdasan buatan Anthropic.

"Performa ini sangat kuat. Dan menurut saya ada dua alasan mengapa pasar tidak melemah, salah satunya menurut saya bersifat teknis, karena ada banyak dukungan untuk pasar di posisi 4.300,” ujar CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hatfield.

Jay menuturkan, hal ini mungkin tidak bertahan. Kemudian pelaku pasar menanti momen tepat untuk kembali mengikuti booming kecerdasan buatan.

Investor Cermati Kemajuan Resolusi Anggaran

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Pergerakan saham sulit sepanjang September 2023 seiring the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengisyaratkan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama, sehingga membuat imbal hasil obligasi lebih tinggi.

Pasar juga hadapi kenaikan harga minyak mentah dan dolar AS secara beruntun pada September 2023. Sektor energi di S&P 500 merupakan salah satu yang terbaik, dengan naik lebih dari 2 persen.

Indeks S&P 500 merosot hampir 4 persen pada September, yang merupakan laju penurunan bulan kedua berturut-turut dan terburuk sejak Desember. Indeks Nasdaq terpangkas 5,4 persen pada September karena growth stock menanggung beban aksi jual terbesar juga menuju kerugian bulanan terbesar sejak Desember. Indeks Dow Jones merosot 2 persen pada September 2023.

Investor juga memantau dengan cermat kemajuan resolusi anggaran di Washington, Amerika Serikat. Pada anggota parlemen pada akhir pekan menyatakan sedikit tanda pergerakan mengenai kesepakatan yang akan menjaga pendanaan pemerintah AS untuk sisa tahun fiskal ini. Pada Senin, Moody’s Investors Service memperingatkan penutupan atau shutdown akan menjadi peristiwa negatif terhadap kredit bagi Amerika Serikat.

Penutupan Wall Street pada 22 September 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 22 September 2023. Indeks Dow Jones alami koreksi terbesar di antara tiga indeks acuan lainnya.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 106,58 poin atau 0,31 persen ke posisi 33.963,84. Indeks S&P 500 tergelincir 0,23 persen ke posisi 4.320,06. Indeks Nasdaq terpangkas 0,09 persen ke posisi 13.211,81. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (23/9/2023).

Sementara itu, saham Ford naik 1,9 persen setelah sumber mengatakan kepada CNBC, raksasa otomotif itu membuat kemajuan dalam negosiasi dengan serikat pekerja United Auto Workers yang melakukan pemogokan. Saham Stellantis melemah, diikuti General Motors yang tergelincir.

Penurunan wall street pada Jumat pekan ini menandai koreksi selama empat hari berturut-turut untuk tiga indeks acuan. Koreksi tiga indeks acuan itu terjadi karena investor bereaksi terhadap sinyal dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS yang akan mempertahankan suku bunga acuan lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 2,9 persen dan 3,6 persen pekan ini. Hal ini menandai kinerja yang melemah selama tiga pekan berturut-turut dan kinerja mingguan sejak Maret 2023. Indeks Dow Jones turun 1,9 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS melambung setelah bank sentral prediksi kenaikan suku bunga sekali lagi pada 2023. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang menjadi acuan melonjak ke level tertinggi sejak 2007 pada pekan ini. Sementara itu, suku bunga obligasi bertenor 2 tahun menyentuh level tertinggi sejak 2006.

 

 

Harga Minyak

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

“Hal ini mulai menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Investor mulai terbiasa dengan tingkat bunga lebih tinggi dan apa artinya bagi aset berisiko pada masa depan,” ujar Senior Investment Strategist Allianz Investment Management, Charlie Ripley.

Kekhawatiran juga meningkat karena penutupan pemerintahan atau shutdown yang dapat mengurangi kepercayaan konsumen dan semakin memperlambat ekonomi.

“Investor saat ini masih khawatir dengan penutupan pemerintahan. Pasar hanya menunggu untuk melihat kapan hal itu terjadi dan kemudian mencoba abaikan durasinya,” ujar Managing Partner Harris Financial, Jamie Cox.

Di sisi lain, JPMorgan prediksi, harga minyak akan kembali menguat. Analis Christyan Malek menaikkan peringkat seluruh sektor energi global ke peringkat overweight dalam riset pada Jumat pekan ini. “Supercyle energi pada akhirnya dapat menaikkan harga minyak mentah Brent hingga USD 150 per barel,” kata dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya