Wall Street Beragam, Saham Cisco hingga Walmart Bebani Indeks Dow Jones

Wall street bervariasi pada penutupan perdagangan Kamis, 16 November 2023 seiring investor mengambil jeda.Indeks Dow Jones pimpin koreksi.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Nov 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2023, 07:00 WIB
Wall Street Beragam, Saham Cisco hingga Walmart Bebani Indeks Dow Jones
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 16 November 2023. (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 16 November 2023. Indeks Dow Jones melemah seiring investor mengambil jeda dari reli yang terlihat pada November 2023.

Dikutip dari CNBC, Jumat (17/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 45,74 poin atau 0,13 persen ke posisi 34.945,47. Indeks Dow Jones menghentikan kenaikan selama empat hari.

Indeks S&P 500 menguat tipis 0,12 persen ke posisi 4.508,24. Indeks Nasdaq naik tipis 0,07 persen ke posisi 14.113,67.

Saham Cisco Systems melemah hampir 10 persen setelah produsen perangkat keras jaringan tersebut menawarkan  panduan yang lemah pada kuartal saat ini dan tahun fiskal penuh.

Saham Walmart merosot 8 persen setelah produsen terbesar di dunia ini mengeluarkan perkiraan lebih rendah pada 2023. Dua saham tersebut alami penurunan terbesar di indeks Dow Jones.

Saham Chevron tergelincir 1,6 persen di tengah harga minyak mentah AS turun sekitar 5 persen. Bahkan saat reli November terhenti, saham sedang menuju kinerja mingguan yang positif. Tiga indeks saham acuan masing-masing naik 2 persen. Dua laporan inflasi membantu mengangka saham pada awal pekan ini.

Indeks harga produsen pada Oktober 2023  yang mengukur harga grosir turun 0,5 persen. Hal ini menandai penurunan bulanan terbesar sejak April 2020.

Sementara itu, indeks harga konsumen mendatar pada Oktober 2023 yang merupakan tanda positif lainnya bagi investor yang berharap the Federal Reserve (the Fed) akan puas tren inflasi yang mereda.

“Data perekonomian sejauh ini mengonfirmasi untuk saat ini kita berada dalam perlambatan, kembali ke arah inflasi yang lebih rendah tanpa ada bukti kontraksi yang parah. Ini seperti skenario Goldilocks mengenai perlambatan inflasi, tetapi tidak terlalu cepat,” ujar Senior Investment Strategist US Bank Wealth Management, Tom Hainlin.

Indeks Acuan Menguat

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Rata-rata indeks acuan berada pada kecepatan untuk memperoleh kenaikan yang cukup besar pada November 2023. Indeks S&P 500 naik lebih dari 7 persen. Indeks Dow Jones bertambah 5,7 persen. Indeks Nasdaq menguat 9,8 persen.

Data inflasi pekan ini lebih lemah dari perkiraan telah mendorong reli pasar saham yang sedang berlangsung pada November 2023. Namun, menurut Chris Senyek dari Wolfe Research menuturkan, investor mungkin bertindak terlalu jauh ke depan.

“Selama enam minggu terakhir, investor saham secara umum memperlakukan berita buruk sebagai kabar baik dan semakin yakin the Federal Reserve akan memulai siklus pemotongan yang berkepanjangan pada paruh pertama tahun depan seiring menurunnya inflasi dan lapangan kerja gambaran yang melemah meski perkiraan FOMC maupun konsensus pasar tidak mengantisipasi resesi yang akan terjadi tahun depan,” tulis analis dalam sebuah catatan.

Ia melihat kalau konsensus meremehkan dampak lambat dari kenaikan suku bunga pada masa lalu. “Kemungkinan suku bunga akan lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama,” tutur dia.

Penutupan Wall Street pada 15 November 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 15 November 2023. Wall street melanjutkan reli yang kuat dari sesi perdagangan sebelumnya didukung data inflasi yang lebih menggembirakan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (16/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street indeks S&P 500 naik 0,16 persen ke posisi 4.502,88. Indeks Nasdaq naik tipis 0,07 persen ke posisi 14.103,84. Indeks Dow Jones bertambah 163,61 poin atau 0,47 persen ke posisi 34.991,21.

Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun naik 9 basis poin ke posisi 4,537 persen. Kenaikan ini suku bunga turun di bawah ambang batas 4,5 persen.

Indeks harga produsen atau inflasi harga produsen pada Oktober yang mengukur harga grosir turun 0,5 persen dan menandai penurunan bulanan terbesar sejak April 2020. Namun, tidak semua data ekonomi positif karena penjualan ritel juga menurun.

“Jelas, suku bunga adalah pendorong utama pasar saham ini. Saat ini, suku bunga sedikit lebih tinggi bukan karena Producer Price Index (PPI) tetapi karena penjualan ritel sedikit lebih tinggi dibandingkan ekspektasi,” ujar CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hatfield.

Wall street memulai sesi perdagangan yang kuat. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat kinerja terbaik sejak April. Keuntungan pasar tersebut terjadi setelah indeks harga konsumen tetap mendatar pada Oktober, sedangkan indeks Dow Jones sedikit meningkat.

Di sisi lain, harga saham Target melonjak hampir 18 persen karena hasil kinerja lebih baik dari perkiraan pada kuartal III. Saham perusahaan pakaian V.F Corp naik 14 persen setelah JPMorgan meningkatkan rekomendasi saham menjadi netral dari underweight.

 

Parlemen Hindari Penutupan Pemerintahan

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Wall street juga mencermati Washington. Hal ini seiring anggota parlemen berusaha menghindari penutupan pemerintah. Pada Selasa malam, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan undang-undang yang memerlukan resolusi berkelanjutan yang “berjenjang”.

Keputusan tersebut akan diajukan ke Senat untuk dilakukan pemungutan suara. Jika disahkan oleh anggota parlemen, undang-undang itu akan diserahkan kepada Presiden AS Joe Biden. Tanpa rancangan undang-undang pendanaan, pemerintah federal dijadwalkan akan ditutup pada akhir pekan ini.

Pendiri dan CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hatfield menuturkan, ada peluang besar ekonomi AS akan terhindari dari dampak buruk pada 2024.

“Semua orang suka terobsesi dengan pembayaran pinjaman mahasiswa yang berdampak negatif bagi konsumen, tapi kamit idak berpikir kita akan alami resesi tahun depan,” ujar dia kepada CNBC.

Sebagai katalis, Hatfield menyebutkan kuatnya pasar perumahan dan turunnya harga bensin yang sangat berdampak positif bagi konsumen.

“Dan ini jauh lebih penting daripada pembayaran pinjaman mahasiswa. Konsumen yang membayar pinjaman mahasiswa tidak banyak, tapi semua orang memakai energi dan bensin baik secara langsung maupun tidak langsung,” kata dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya