Bayar Utang, Homeco Victoria Makmur Incar Rp 146,31 Miliar Lewat IPO

PT Homeco Victoria Makmur Tbk menawarkan maksimal 808,35 juta saham atau maksimal 17,60 persen dalam rangka penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Jan 2024, 10:59 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2024, 10:57 WIB
Bayar Utang, Homeco Victoria Makmur Incar Rp 146,31 Miliar Lewat IPO
PT Homeco Victoria Makmur Tbk akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat penawaran umum perdana saham initial public offering/IPO).(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Homeco Victoria Makmur Tbk akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat penawaran umum perdana saham initial public offering/IPO).

Pada aksi tersebut, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 808,35 juta lembar saham atau sebanyak-banyaknya 17,60 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah IPO dengan nilai nominal Rp 25 per lembar. Harga penawaran berkisar antara Rp 136- Rp 181 per lembar. Dengan demikian, Homeco Victoria Makmurberpotensi mengantongi dana segar sebanyak-banyaknya Rp 146,31 miliar dari IPO.

Melansir prospektus perseroan dari laman e-ipo, Minggu (21/1/2024), sebesar 25 miliar dari dana IPO akan dialokasikan perseroan untuk pelunasan sebagian utang kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA yang akan jatuh tempo.

Pelunasan sebagian utang ini akan dilaksanakan paling lambat satu bulan sejak dana IPO diterima. Lalu sebesar 25 miliar akan digunakan untuk pelunasan sebagian utang usaha perseroan kepada PT Trisinar Indopratama selaku entitas anak.

Selanjutnya TSI akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi sebagian utang TSI kepada BCA terhadap fasilitas dengan tingkat bunga yang paling tinggi. Pelunasan sebagian utang kepada BCA yang akan jatuh tempo direncanakan akan dilaksanakan paling lambat satu bulan sejak dana IPO diterima.

Di mana perseroan melakukan pembayaran kewajiban keuangan kepada TSI terlebih dahulu, dan TSI melakukan pelunasan sebagian utang kepada BCA pada hari yang sama. Adapun sisa dana IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha dalam bentuk modal kerja.

Setelah IPO, perseroan berencana membagikan dividen mulai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2025. Besaran dividen yang akan dibagikan adalah 30 persen dari laba bersih perseroan.

Jadwal IPO Homeco Victoria Makmur Tbk:

  • Masa penawaran awal (bookbuilidng): 19-24 Januari 2024
  • Tanggal efektif: 31 Januari 2024
  • Masa penawaran umum perdana saham: 2-6 Februari 2024
  • Tanggal penjatahan: 6 Februari 2024
  • Tanggal distribusi secara elektronik: 7 Februari 2024
  • Tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI): 12 Februari 2024

BEI Catat Ada 25 Perusahaan Antre Gelar IPO

IHSG Ditutup Melemah 0,74 Persen ke Level 6.812
Pekerja melintasi layar pergerakan saham Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (3/5/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 50,58 poin atau 0,74 persen ke 6.812,72 pada akhir perdagangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 25 perusahaan berada dalam pipeline (antrian) pencatatan perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di pasar modal Indonesia.

“Sampai 19 Januari 2024, telah tercatat 8 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp1,36 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna melansir Antara di Jakarta, Sabtu (20/1/2024).

Dari 25 perusahaan dalam antrian, Nyoman merincikan sebanyak 17 perusahaan beraset skala menengah antara Rp50 miliar sampai Rp250 miliar. Kemudian 6 perusahaan beraset skala besar.di atas Rp250 miliar, serta 2 perusahaan beraset skala kecil di bawah Rp50 miliar.

Berdasarkan sektor,  6 perusahaan sektor barang konsumen primer, lima perusahaan sektor industri, lima perusahaan sektor teknologi, serta tiga perusahaan sektor barang konsumen non primer.

Kemudian, 2 perusahaan sektor barang baku, satu perusahaan sektor energi, satu perusahaan sektor transportasi & logistik, satu perusahaan sektor infrastruktur, serta satu perusahaan sektor properti.

Nyoman mengungkapkan telah diterbitkan 7 emisi dari 6 penerbit Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) dengan dana yang dihimpun sebesar Rp6,1 triliun hingga 19 Januari 2024.

“Sampai 19 Januari 2024, terdapat 8 emisi dari 6 penerbit EBUS yang sedang berada dalam antrian,” ujar Nyoman.

Adapun, enam perusahaan penerbit EBUS dalam antrian diantaranya dua perusahaan sektor energi, tiga perusahaan sektor keuangan, serta satu perusahaan sektor barang baku.

Kemudian, lanjutnya, terdapat 24 perusahaan tercatat dalam antrian aksi korporasi berupa right issue per 19 January 2024.

BEI optimistis jumlah perusahaan tercatat dapat mencapai 1.000 emiten pada tahun ini, dimana saat ini telah mencapai 911 emiten, dengan sebanyak 25 perusahaan dalam antrian IPO.

Artinya, pasar modal Indonesia membutuhkan sebanyak 64 perusahaan lagi untuk mengajukan dokumen dalam rangka melangsungkan pencatatan saham perdana di BEI.

 

BEI Incar 62 IPO pada 2024

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.

"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).

Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 0 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 5 Perusahaan dari sektor industrials

• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 5 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.

Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.

Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.

 

BEI Cetak Rekor IPO Terbanyak ke-6 di Dunia

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan capaian mengesankan sepanjang 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan perusahaan IPO terbanyak ke-6 di dunia dengan 79 emiten baru.

"Kalau dari jumlah IPO di Indonesia untuk 2023 itu 79 emiten, atau 6 persen dari total global IPO, itu nomor 6 di dunia,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Sabtu (30/12/2023).

Secara global, terdapat 1.298 IPO pada 2023. Posisi Indonesia tepat berada di bawah bursa Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen dari IPO global.

Di urutan pertama, ada bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen 129 IPO atau 10 persen dari total IPO.Kemudian posisi ketiga ada bursa AS dengan 105 IPO atau setara 8 persen dari total IPO global, serta Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari total IPO global.

Sementara dari sisi dana yang berhasil dihimpun lewat penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), Indonesia berada di posisi ke-9 dengan raihan USD 3,6 miliar. Capaian itu setara 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dari IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.

Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp 54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp 126,97 triliun.

"Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023. "Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," imbuh Iman.

Jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah mencapai 903 emiten sampai dengan saat ini. Jumlah tersebut tumbuh 9,3 persen ytd. Menempati posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya