Liputan6.com, Jakarta Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham perseroan yang telah dikeluarkan dan tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah saham yang akan dibeli kembali adalah sebanyak-banyaknya 0,54 persen dari modal disetor perseroan atau maksimum sebanyak 75 juta lembar.
Biaya yang akan dikeluarkan atas pelaksanaan pembelian kembali ini sebanyak-banyaknya sekitar Rp 150 miliar. Biaya itu termasuk biaya perantara pedagang efek dan biaya lainnya sehubungan dengan pembelian kembali saham.
Melansir keterbukaan informasi Bursa, Senin (8/4/2024), pembelian kembali saham akan dilaksanakan dalam waktu paling lama 12 bulan atau 1 tahun sejak disetujuinya rencana buyback oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 16 Mei 2024. Perkiraannya, pembelian kembali saham akan dilaksanakan pada 1 Juli 2025 sampai dengan 30 Juni 2028.
Advertisement
Pertimbangan utama perseroan dalam melakukan pembelian kembali saham adalah sehubungan dengan pelaksanaan program insentif jangka panjang untuk karyawan perseroan. Selain itu, perseroan memandang bahwa harga pasar saham perseroan saat ini belum mencerminkan nilai atau kinerja perseroan yang sesungguhnya.
Berdasarkan alasan tersebut, maka perseroan berupaya untuk memiliki fleksibilitas yang memungkinkan perseroan memiliki mekanisme untuk menjaga stabilitas harga pasar saham perseroan agar lebih mencerminkan nilai atau kinerja perseroan.
Selanjutnya, perseroan berencana menyimpan saham yang telah dibeli kembali untuk dikuasai sebagai saham treasuri untuk jangka waktu tidak lebih dari 3 tahun. Selain dalam rangka pelaksanaan program insentif jangka panjang untuk karyawan, perseroan dapat sewaktu-waktu melakukan pengalihan atas saham yang telah dibeli kembali sesuai dengan pasal 21 POJK 29/2023.
Nilai Aset Bersih 2023 Turun, Saratoga Buka-bukaan Kinerja Portofolio
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan nilai aset bersih (Net Asset Value/NAV) sebesar Rp 48,9 triliun pada 2023. NAV tersebut mengalami penurunan 20 persen dibandingkan 2022.
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengatakan, gejolak harga komoditas sepanjang tahun 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham perusahaan portofolio utama Saratoga yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
"Fluktuasi harga saham tersebut ikut berdampak terhadap NAV Saratoga pada akhir tahun lalu,” jelas Devin dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (19/3/2024).
Devin berkeyakinan bahwa dengan fundamental baik yang dimiliki, perusahaan portofolio seperti ADRO dan MDKA akan mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Apalagi dua entitas perusahaan tersebut berada di sektor strategis, yaitu komoditas batu bara, emas, nikel dan juga bisnis hilirisasi komoditas, yang berdampak langsung terhadap perekonomian global maupun domestik.
Meski terdapat penurunan NAV sepanjang 2023, perseroan berhasil mengoptimalkan kinerja perusahaan-perusahaan portofolionya melalui capaian dividen dan hasil divestasi yang menguntungkan. Hal ini tercermin dari arus kas dividen dan divestasi Saratoga di akhir 2023 yang mencapai level tertinggi yaitu sebesar Rp 3,9 triliun.
Advertisement
Momentum Penting
Devin mengakui, 2023 merupakan momentum penting bagi Saratoga dalam menjalankan strateginya sebagai perusahaan investasi. Selain mendorong peningkatan dividen di tengah kondisi pasar yang dinamis, Saratoga juga berhasil melakukan divestasi dan monetisasi terhadap portofolio yang sudah matang dan menghasilkan return maksimal bagi perusahaan.
“Kami bersyukur pada tahun 2023 Saratoga mampu mencapai rekor pendapatan dividen tertinggi dari perusahaan portofolio, sehingga menjadikan likuiditas perusahaan sangat kuat. Dengan dana kas tersebut, kami mempunyai kapasitas yang luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik di tahun 2023 maupun pada tahun-tahun yang akan datang,” kata Devin.
Dengan dukungan neraca yang kuat, pada tahun 2023 Saratoga juga telah menjalankan strategi investasinya dengan meningkatkan kepemilikan di PT MGM Bosco Logistik (MBL) sehingga menjadi pemegang saham mayoritas.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.