Bukalapak Kantongi Pendapatan Rp 1,16 Triliun, Tumbuh 16% pada Kuartal I 2024

PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatat EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal I 2024 untuk pertama kalinya dan menunjukkan peningkatan Rp 224 miliar YoY.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Apr 2024, 19:45 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2024, 19:45 WIB
Juragan Udin, salah satu Mitra Bukalapak dari Yogyakarta. Pertumbuhan bisnis Mitra Bukalapak yang semakin kuat membawa Mitra Bukalapak menjadi penyumbang terbesar pendapatan grup BUKA pada kuartal pertama 2024. (Foto: Bukalapak)
Juragan Udin, salah satu Mitra Bukalapak dari Yogyakarta. Pertumbuhan bisnis Mitra Bukalapak yang semakin kuat membawa Mitra Bukalapak menjadi penyumbang terbesar pendapatan grup BUKA pada kuartal pertama 2024. (Foto: Bukalapak)

Liputan6.com, Jakarta - Bukalapak (BUKA) mengumumkan hasil keuangan yang tidak diaudit untuk kuartal pertama yang berakhir pada 31 Maret 2024 pada Senin, 29 April 2024.

PT Bukalapak.com Tbk mencatat pendapatan tumbuh 16 persen menjadi Rp 1,16 triliun pada kuartal I 2024. Untuk pertama kali, EBITDA yang disesuaikan pada kuartal I 2024 tercatat Rp 15 miliar dan menunjukkan peningkatan Rp 224 miliar YoY.

"Pencapaian pada kuartal pertama ini adalah salah satu momen penting dalam sejarah BUKA. Untuk pertama kalinya, kami meraih keuntungan berbasis EBITDA yang Disesuaikan per kuartal sepanjang 3 bulan pertama di tahun 2024. Hasil yang luar biasa ini dicapai melalui pertumbuhan pendapatan yang kuat, take rate yang terus meningkat—terutama di segmen Online to Offline (“O2O”)—serta upaya pengendalian biaya operasional yang efektif," ujar Teddy Oetomo, Presiden Bukalapak seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (29/4/2024).

"Kami terus fokus untuk mencapai tujuan pertumbuhan dan keuntungan yang berkelanjutan di kuartal-kuartal mendatang, terutama sepanjang tahun 2025, sambil terus memanfaatkan peluang pertumbuhan dalam bisnis Mitra Bukalapak, gaming, dan e-retail kami. Pencapaian ini adalah buah dari usaha dan fokus kami tersebut," ia menambahkan.

Pendapatan inti—dihitung sebagai laba bersih yang dilaporkan tidak termasuk keuntungan/kerugian investasi, nilai tukar, goodwill, dan non-recurring items—mencapai Rp185 miliar, meningkat pesat dibandingkan kerugian Rp117 miliar yang dialami perusahaan pada kuartal pertama tahun lalu. Basis modal, rasio modal, dan neraca keuangan BUKA tetap kuat dengan kas, setara kas, dan investasi likuid senilai Rp19,1 triliun.

Pendapatan tumbuh sebesar 16% YoY pada kuartal pertama, dengan peningkatan pertumbuhan sebesar 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di segmen O2O.

Pertumbuhan segmen O2O yang sangat baik tersebut didorong oleh optimalisasi dari portofolio produk yang ditawarkan dan peningkatan ragam layanan dengan cakupan lebih luas untuk Mitra sehingga mendukung kesuksesan Mitra yang terus berlanjut.

 

TPV Perseroan

Juragan Udin, salah satu Mitra Bukalapak dari Yogyakarta. Pertumbuhan bisnis Mitra Bukalapak yang semakin kuat membawa Mitra Bukalapak menjadi penyumbang terbesar pendapatan grup BUKA pada kuartal pertama 2024. (Foto: Bukalapak)
Juragan Udin, salah satu Mitra Bukalapak dari Yogyakarta. Pertumbuhan bisnis Mitra Bukalapak yang semakin kuat membawa Mitra Bukalapak menjadi penyumbang terbesar pendapatan grup BUKA pada kuartal pertama 2024. (Foto: Bukalapak)

Sekitar 64% dari Total Processing Value (TPV) berasal dari luar wilayah Tier 1 di Indonesia, di mana BUKA terus melihat pertumbuhan kuat dalam semua penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi di antara toko ritel mikro offline. Segmen O2O sendiri mewakili 55% pendapatan BUKA di kuartal pertama.

Margin kontribusi BUKA secara keseluruhan, dihitung sebagai laba kotor setelah biaya penjualan dan pemasaran, meningkat dari Rp104 miliar di Kuartal Pertama 2023 ke Rp124 miliar pada kuartal I 2024. Margin kontribusi oleh segmen O2O sebagai persentase dari TPV naik 23 basis poin dari -0,10% dan kembali membawa angka positif untuk kedua kalinya sebesar 0,13% pada kuartal I 2024.

"Selanjutnya, pondasi ekonomi makro yang kuat dan kepercayaan konsumen yang tinggi membawa kami ke momentum positif di awal 2024 dengan tren bisnis menuju ke arah yang lebih baik," ujar Teddy.

Target 2024

Perusahaan mengharapkan pendapatan dapat meningkat antara 15-20% YoY menjadi setidaknya Rp5.104 miliar, dengan EBITDA yang Disesuaikan diharapkan melebihi Rp200 miliar pada 2024.

"Model bisnis ini akan terus dijalankan dan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, kami terus berinvestasi dalam berbagai peluang pertumbuhan yang akan meningkatkan skala bisnis serta pendapatan dan margin dari waktu ke waktu," ujar dia.

Fokus Perseroan

Juragan Udin, salah satu Mitra Bukalapak dari Yogyakarta. Pertumbuhan bisnis Mitra Bukalapak yang semakin kuat membawa Mitra Bukalapak menjadi penyumbang terbesar pendapatan grup BUKA pada kuartal pertama 2024. (Foto: Bukalapak)
Juragan Udin, salah satu Mitra Bukalapak dari Yogyakarta. Pertumbuhan bisnis Mitra Bukalapak yang semakin kuat membawa Mitra Bukalapak menjadi penyumbang terbesar pendapatan grup BUKA pada kuartal pertama 2024. (Foto: Bukalapak)

Menitikberatkan pada empat divisi—Mitra, mobile & console game, ritel O2O, dan layanan keuangan—komitmen untuk memberikan yang terbaik dalam layanan bagi pelanggan terus menjadi kunci. Hal ini dilakukan melalui investasi dan inovasi dalam proposisi nilai pelanggan, menawarkan berbagai pilihan, pengalaman pengguna yang lebih baik di aplikasi, dan opsi pengiriman yang lebih baik.

Teddy menambahkan, pihaknya penting untuk terus menjaga kedisiplinan dalam hal biaya. Terdapat penurunan signifikan dalam biaya umum dan administrasi pada kuartal pertama, turun 36% QoQ menjadi Rp208 miliar.

"Investasi di bidang teknologi adalah komponen utama dalam mendorong efisiensi biaya. Digitalisasi ini membantu kami untuk terus meningkatkan pengalaman pengguna kami dan mengurangi waktu eksekusi transaksi," kata dia.

 

Punya Modal yang Kuat

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Selain upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi ditambah pertumbuhan yang stabil, BUKA juga memiliki posisi modal yang kuat dengan kas, setara kas, dan investasi likuid, termasuk obligasi pemerintah dan reksa dana senilai Rp19,1 triliun per 31 Maret 2024. Neraca yang kuat memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi dalam inovasi, memperluas pasar, mendiversifikasi produk, dan meningkatkan skala operasi di waktu yang tepat.

"Kesabaran dan kerja keras kami telah membuahkan hasil melalui pencapaian target positif EBITDA yang Disesuaikan yang ditetapkan dan diumumkan lebih dari dua tahun lalu," kata Teddy.

Ia menambahkan, kemampuan untuk mengiringi pertumbuhan tersebut dengan pengembangan infrastruktur yang sesuai sehingga BUKA memiliki pondasi yang sangat kuat dan membentuk BUKA menjadi perusahaan yang lebih baik, lebih kuat, dan dapat memberikan penawaran beragam.

"Profitabilitas telah menjadi prioritas dibandingkan pertumbuhan. Menciptakan pertumbuhan yang menguntungkan secara berkelanjutan dan menciptakan nilai nyata sambil mengoptimalkan operasi dan menjaga disiplin keuangan adalah fokus utama tim manajemen di tahun-tahun mendatang," kata Teddy Oetomo.

  

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya