Cari Tambahan Cuan, BREN Dongkrak Kapasitas Aset Panas Bumi

Penambahan kapasitas aset panas bumi di Salak, Darajat dan Wayang Windu merupakan bagian dari growth story BREN untuk menambah kapasitas melalui pertumbuhan organik.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 31 Mei 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2024, 17:30 WIB
Pencatatan saham perdana PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Pulau Subur Tbk (PTPS), Senin (9/10/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)
Pencatatan saham perdana PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Pulau Subur Tbk (PTPS), Senin (9/10/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melalui anak usahanya, Star Energy Geothermal, sedang merealisasikan penambahan 116 MW kapasitas total panas bumi di ketiga wilayah operasi di Salak, Darajat dan Wayang Windu. Sebesar 53 MW di antaranya akan dicapai melalui dua strategi, yaitu pengembangan Salak Binary dan program retrofit.

Penambahan kapasitas ini merupakan bagian dari growth story BREN untuk menambah kapasitas melalui pertumbuhan organik. Dari program ini, Barito Renewables Energy berpotensi mengantongi pendapatan tambahan hingga USD 40 juta per tahun.

“Penambahan kapasitas ini kami lakukan dengan menerapkan langkah-langkah strategis dengan melakukan efisiensi untuk unit-unit yang berada di ketiga wilayah operasi melalui program retrofit dan melalui pengembangan Salak Binary. Total penambahan kapasitas dari program retrofit ini akan menambah pendapatan sekitar USD 40 juta per tahun,” kata Direktur Utama Barito Renewables, Hendra Tan dalam keterbukaan informasi Bursa, Jumat (31/5/2024).

Saat ini program Salak Binary dan retrofit sudah berjalan, dengan target rampung secara berkala hingga 2026. "Ini merupakan komitmen kami senantiasa mengembangkan usaha kami dan mendukung program transisi energi Pemerintah Indonesia,” tambah Hendra Tan.

Penerapan Teknologi Terbaru

Sementara, Deputy Chief Asset Management Star Energy Geothermal, Suharsono Darmono menjelaskan bahwa Salak Binary merupakan inovasi penerapan teknologi terbaru di panas bumi dengan menyerap Energi panas dari Hot Brine Water. Dari yang sebelumnya tidak dimanfaatkan, kemudian diubah menjadi energi listrik Program Retrofit merupakan bagian dari kegiatan peningkatan efisiensi power plant perusahaan.

“Program retrofit merupakan bagian dari kegiatan peningkatan efisiensi power plant kami. Efisiensi yang dilakukan oleh Star Energy Geothermal mencakup re-engineering, improvement dan optimalisasi penggantian cooling tower dan turbine rotor menggunakan teknologi yang lebih baru,” tambah Suharsono.

Selain Salak Binary, Star Energy juga melakukan program retrofit yang akan menambah kapasitas sebesar 39.2 MW untuk area operasional Salak, Darajat dan Wayang Windu. Commercial Operation Date (COD) untuk Salak dan Wayang Windu akan dilakukan pada tahun 2025. Sementara untuk Darajat ditargetkan akan rampung pada 2026.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menengok Prospek BREN dan TPIA Usai Masuk Indeks FTSE dan MSCI

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, terdapat pengumuman rebalancing indeks FTSE. Di mana PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di IHSG berhasil masuk dalam FTSE Global Equity Index Quarterly untuk periode Juni 2024.

Berdasarkan pengumuman resmi yang disampaikan pihak FTSE Russell, masuknya BREN dalam indeks bergengsi tersebut akan efektif pada Senin 24 Juni 2024 mendatang. BREN masuk ke dalam Large Cap Index FTSE.

Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menjelaskan bahwa BREN beroperasi di sektor energi terbarukan. Sektor ini memiliki prospek pertumbuhan yang sangat baik mengingat peningkatan global dalam transisi menuju sumber energi berkelanjutan.

"Sepertinya hal tersebut yang membuat FTSE Global tertarik untuk memasukan saham BREN ke Indeks mereka. Biasanya saham yang masuk pada FTSE Global Equity Index akan di menambah minat investor global yang tentu berpotensi membuat harga sahamnya banyak diburu investor," kata Lanjar kepada Liputan6.com, Jumat (31/5/2024).

Meskipun demikian, Lanjar mengatakan valuasi saham BREN bisa dibilang tidak murah, dibandingkan perusahaan sejenis pada industri renewable energy.

Sebelumnya PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga mencatatkan rebalancing dan efektif masuk ke dalam indeks MSCI pada 1 Juni mendatang. Pada saat kejadian itu diumumkan, saham TPIA mencatatkan kenaikan harga yang signifikan.

"Berkaca dari kondisi tersebut, BREN berpotensi mencatatkan pergerakan serupa, dan membuat IHSG juga ikut bergerak naik lantaran BREN merupakan saham nomor satu di IHSG saat ini," kata Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani pada kesempatan yang berbeda. Rekomendasinya, Buy BREN dengan spport pada 10.800 dan resist pada 12.400.


Prospek TPIA

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam catatan Lanjar, TPIA saat ini bisa dibilang sebagai pemain utama dalam industri petrokimia di Indonesia. Di mana TPIA memiliki posisi strategis dengan pangsa pasar yang besar. Produk petrokimia memiliki permintaan yang stabil dari berbagai sektor industri seperti kemasan, otomotif, dan konstruksi. Hal tersebut sepertinya menjadi pertimbangan MSCI untuk memasukan saham TPIA pada komposisi Indeks mereka.

"Masuknya TPIA ke dalam MSCI berpeluang menambah minat investor global terhadap saham tersebut namun dengan volatilitas harga minyak dan bahan baku yang masih tinggi saat ini. Investor direkomendasikan untuk menjaga porsi investasi dan meningkatkan toleransi risiko yang lebih besar," imbuh Lanjar.

Masuknya Chandra Asri Group dalam MSCI Global Standard Indexes merupakan bukti kinerja keuangan yang solid, inisiatif pertumbuhan strategis, dan komitmen terhadap keberlanjutan. MSCI mencatat kapitalisasi pasar Chandra Asri Group yang mengesankan dan kapitalisasi pasar yang disesuaikan dengan free float, yang memenuhi ambang batas indeks. Inklusi ini menegaskan posisi Chandra Asri Group sebagai pemain utama dalam industri kimia dan infrastruktur global.


Tingkatkan Visibilitas

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penambahan Chandra Asri Group dalam Indeks Standar Global MSCI diharapkan dapat meningkatkan visibilitas perusahaan kepada sejumlah investor institusional secara global. Di samping itu, juga menghasilkan likuiditas yang lebih besar dan berpotensi mengurangi biaya modal.

"Bagi investor saat ini, penambahan ini memberikan afirmasi terhadap posisi pasar dan praktik tata kelola yang solid dari Chandra Asri Group," kata CFO Chandra Asri Group, Andre Khor.

Chandra Asri Group sempat menjadi sorotan dengan akuisisi strategis aset Shell di Shell Energy and Chemical Park di Singapura melalui kemitraannya dengan Glencore. Langkah ini diharapkan akan meningkatkan kehadiran Perusahaan di kancah di regional dan kapasitas operasional Chandra Asri Group.

Akuisisi ini juga akan lebih memperkokoh posisi Chandra Asri Group sebagai pemimpin di industri kimia dan infrastruktur dan memperkuat ketahanan bisnisnya melalui skala yang lebih besar dan terintegrasi, serta mendorong ekspansi penawaran produk dan peluang pertumbuhan di pasar Asia Tenggara.

  

Poster Infografis Hemat Energi (Hemat Energi di Rumah)
Contoh Infografis Hemat Energi (Hemat Energi di Rumah). Sumber : www.kominfo.go.id/
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya