Liputan6.com, Jakarta - Permintaan batu bara pada paruh kedua tahun ini diperkirakan lebih rendah. Hal itu seiring dengan pulihnya produksi batu bara di China. China sendiri merupakan salah satu negara dengan kebutuhan batu bara terbesar, sehingga berkurangnya permintaan dari negara tersebut akan mempengaruhi permintaan global.
"Pemulihan produksi batu bara di China memberikan dampak atas permintaan batu bata termal yang diangkut melalui laut mungkin berkurang, atau lebih lemah dari paruh pertama tahun ini," kata Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati dalam Monthly Market Outlook Sinarmas Sekuritas, Jumat (26/7/2024).
Baca Juga
Bersamaan dengan itu, porsi batu bara dalam bauran listrik China sedang terkikis oleh tenaga air dan juga oleh meningkatnya produksi energi terbarukan.
Advertisement
Tenaga air naik 44,5 persen pada Juni, setelah kenaikan sebesar 21,4 persen pada Mei. Sementara produksi angin naik 10,4 persen pada paruh pertama 2024 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Adapun pemanfaatan tenaga surya atau matahari melonjak 39,4 persen pada semester I 2024 dibanding semester I 2023.
"Jadi saya melihat bahwa switch energi ke energi terbarukan dari yang awalnya batu bara akan terjadi. Cuma tidak langsung karena untuk membuat infrastruktur solar panel, tempat air untuk tenaga air, dan kincir angin, butuh biaya besar dan waktu. Jadi untuk 2025-2026, saya rasa ini masih belum akan benar-benar menggantikan batu bara,"
Dari sisi harga, Ike mengatakan untuk jangka panjang ada risiko mengalami pelemahan. Tapi untuk jangka pendek dia ada peluang kenaikan dikarenakan seiring tingginya permintaan saat musim dingin di Eropa dan Amerika, bersamaan konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.
Â
"Untuk jangka pendek, batu bara masih ada potensi untuk tetap survive di level yang saat ini, dan ada peluang untuk saham-saham yang relate dengan komoditas batu bara bisa mengalami rebound. Saham-saham batu bara sudah tertekan cukup dalam. Jadi saya rasa memang sudah waktunya untuk mereka rebound,"
Â
Beberapa saham jagoan Ike untuk sektor ini antara lain ADRO, PTBA, ITMG, INDY, dan DOID. Menurut analisanya, saham-saham tersebut bisa ditahan (hold) setidaknya sampai awal tahun depan, seiring dengan potensi kenaikan harga batu bara di paruh kedua tahun ini.
Tersengat Kenaikan Harga Acuan, Saham Batu Bara Kompak Menanjak
Sebelumnya, harga saham terkait batu bara terpantau berada di zona hijau selama perdagangan sepekan. Kenaikan ini terjadi seiring menguatnya harga acuan batu bara. Harga kontrak batu bara Newcastle untuk Agustus 2024 naik 3,4 persen dalam 5 hari terakhir dari USD 134,4 per ton menjadi USD 139,1 per ton.
Beberapa saham batu bara yang naik antara lain ADRO, INDY, ITMG, dan PTBA. ADRO ditutup naik 2,31 persen ke posisi 3.100 pada Jumat. Dalam sepekan, ADRO telah naik 9,54 persen. Lalu saham INDY ditutup naik 3,30 persen pada Jumat ke posisi 1.410.
Dalam sepekan, saham INDY naik 8,46 persen. ITMG naik 1,34 persen ke posisi 26.525 pada Jumat, dan telah naik 3,82 persen dalam sepekan. Selanjutnya PTBA naik 0,38 persen ke posisi 2.630 pada Jumat, dan telah naik 3,95 persen dalam sepekan.
"Kami menilai ruang penguatan lanjutan bagi kenaikan harga saham batu bara masih terbuka seiring ekspektasi market terhadap sektor batu bara yang kami nilai cenderung terlalu pesimis," mengutip riset Stockbit Sekuritas, Minggu (21/7/2024).
Menurut laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA), permintaan batu bara diekspektasikan masih akan bertahan atau tidak turun pada 2024, ditopang oleh proyeksi peningkatan konsumsi dari China dan India. Gelombang panas di seluruh bagian India diproyeksikan meningkatkan kebutuhan listrik sebanyak 8 persen pada 2024, sementara permintaan dari China diperkirakan naik 6 persen.
"Berdasarkan perhitungan kami, estimasi kinerja emiten batu bara dari konsensus merefleksikan asumsi harga batu bara di kisaran USD 118–126 per ton untuk tahun 2024–2025," lanjut riset itu.
Estimasi tersebut lebih rendah dibandingkan harga batu bara saat ini di kisaran USD 135 per ton, yang mengimplikasikan bahwa konsensus memprediksi harga batu bara akan melemah ke depannya. Jika harga batu bara dapat bertahan dan kinerja emiten batu bara tidak seburuk ekspektasi konsensus, harga saham-saham batu bara berpotensi terus menguat.
Advertisement
Kinerja IHSG pada 15-19 Juli 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,45 persen pada 15-19 Juli 2024. Analis menilai, koreksi IHSG didorong sentimen global.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (20/7/2024), IHSG turun 0,45 persen ke posisi 7.294,49 dari pekan lalu di posisi 7.327,58 pada penutupan pekan lalu. Kapitalisasi pasar bursa anjlok 0,96 persen ke posisi Rp 12.358 triliun. Pekan lalu, kapitalisasi pasar tercatat Rp 12.478 triliun.
Rata-rata volume transaksi harian merosot 5 persen menjadi 16,48 miliar saham dari 17,41 miliar saham pada penutupan pekan lalu. Selanjutnya rata-rata nilai transaksi harian tersungkur 8,23 persen menjadi Rp 9,6 triliun dari Rp 10,46 triliun pada pekan lalu. Investor asing membukukan aksi beli saham Rp 754,87 miliar selama sepekan. Sepanjang 2024, investor asing jual saham Rp 2,78 triliun.
Kinerja sektor saham juga beragam selama sepekan. Sektor saham energi naik 1,71 persen, sektor saham konsumer nonsiklikal bertambah 0,45 persen, sektor saham konsumer siklikal menguat 1,35 persen dan sektor saham transportasi bertambah 1,42 persen.
Selanjutnya sektor saham basic materials merosot 1,58 persen, sektor saham industri turun 0,01 persen, sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 0,22 persen. Selain itu, sektor saham keuangan susut 0,03 persen, sektor saham properti melemah 0,60 persen, sektor saham teknologi susut 0,31 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 1,16 persen.