Liputan6.com, Jakarta - Goldman Sachs telah memangkas perkiraan probabilitasnya untuk resesi Amerika Serikat (AS) menjadi 20 persen tak lama setelah menaikkannya. Hal ini karena data pasar tenaga kerja terbaru memicu penilaian ulang pandangan pasar terhadap ekonomi.
Mengutip CNBC, ditulis Selasa (20/8/2024), ekonom Goldman Sachs pada awal bulan ini menaikkan probabilitas resesi 12 bulan di Amerika Serikat (AS) dari 15 persen menjadi 25 persen setelah laporan pekerjaan pada Juli di AS pada 2 Agustus menunjukkan penggajian nonpertanian tumbuh kurang dari yang diharapkan yakni 114.000. Jumlah itu turun dari 179.000 yang direvisi susut pada Juni dan di bawah perkiraan Dow Jones sebesar 185.000.
Baca Juga
Laporan itu memicu kekhawatiran yang meluas tentang ekonomi AS, dan berkontribusi pada aksi jual pasar saham yang tajam. Namun, aksi jual itu relatif pendek pada awal bulan.
Advertisement
Laporan itu juga memicu “Sahm Rule”, indikator yang menunjukkan fase awal resesi telah dimulai saat rata-rata pergerakan tiga bulan dari tingkat pengangguran Amerika Serikat setidaknya lebih tinggi dari level terendah dalam 12 bulan.
Goldman Sachs awalnya mengutip hal ini sebagai alasan untuk menaikkan kemungkinan terjadinya kemerosotan ekonomi, tetapi mengubah pendiriannya pada Sabtu lalu. Goldman Sachs melihat kemungkinan potensi resesi turun menjadi 20 persen karena data yang dirilis sejak 2 Agustus menunjukkan tidak ada tanda-tanda resesi.
Ini termasuk penjualan ritel untuk Juli yang naik sebesar 1 persen dibandingkan estimasi 0,3 persen dan klaim tunjangan pengangguran mingguan yang lebih rendah dari yang diharapkan.
Pelemahan Data Tenaga Kerja
Angka-angka itu mendorong perubahan suasana yang tercermin dalam reli saham global pada akhir pekan lalu.
“Ekspansi yang berkelanjutan akan membuat AS tampak lebih mirip dengan ekonomi G10 lainnya, di mana aturan Sahm telah berlaku kurang dari 70 persen sepanjang waktu,” ujar Ekonom Goldman.
Goldman juga mencatat Kanada telah alami peningkatan tingkat pengangguran yang cukup besar dalam siklus saat ini tanpa memasuki resesi.
Kepada CNBC, Ekonom New Century Advisors, Claudia Sahm tidak percaya AS sedang dalam resesi. Namun, pelemahan lebih lanjut di pasar tenaga kerja dalam mendorongnya ke dalam resesi.
Laporan pekerjaan yang sehat pada 6 September mungkin akan memacu Goldman untuk memangkas kemungkinan kembali resesi menjadi 15 persen, di mana telah terjadi selama hampir setahun sebelum Agustus.
Kecuali jika kejutan penurunan lain dalam laporan pekerjaan terjadi, Goldman akan menjadi lebih percaya diri dalam perkiraannya untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS pada September, daripada pemangkasan yang lebih tajam sebesar 50 basis poin, mereka menambahkan.
Pasar telah sepenuhnya memperhitungkan pemotongan suku bunga Fed pada September, tetapi telah memangkas peluang pengurangan sebesar 50 basis poin menjadi hanya 28,5%, menurut alat FedWatch CME.
Manajer portofolio senior di Al Dhabi Capital, Rashmi Garg mengatakan, pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. “Kecuali kita melihat kemerosotan yang cukup besar di pasar tenaga kerja dalam laporan pekerjaan pada 6 September,” tutur dia.
Advertisement
Wall Street Catat Kinerja Mingguan Terbaik pada 2024
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mencetak kinerja terbaik selama sepekan pada 2024. Hal ini terjadi setelah alami koreksi tajam pada awal Agustus 2024.
Mengutip CNBC, ditulis Minggu (18/8/2024), pada pekan ini, indeks S&P 500 naik hampir 3,9 persen, dan catat kinerja mingguan terbaik sejak November 2024. Indeks Nasdaq naik 5,2 persen, sedangkan indeks Dow Jones melesat 2,9 persen pada pekan ini.
Pada perdagangan Jumat, 16 Agustus 2024, wall street menguat yang merupakan bagian dari pemulihan pasar dari koreksi tajam pada awal Agustus 2024.
Menyambut akhir pekan, indeks S&P 500 naik 0,2 persen menjadi 5.554,25. Indeks Nasdaq menguat 0,21 persen menjadi 17.631,72. Sedangkan indeks Dow Jones mendaki 96 poin atau 0,24 persen ke posisi 40.659,76.
Setelah pemulihan pekan ini, indeks S&P 500 kini hanya dua persen dari rekor tertingginya pada pertengahan Juli 2024. Data pekan ini membantu meredakan pasar yang gelisah.
Data penjualan ritel yang dirilis pada Kamis ini jauh lebih kuat dari yang diperkirakan ekonom. Sedangkan klaim pengangguran mingguan turun. Dua data ekonomi tersebut memberikan bukti kalau ketakutan resesi yang memicu aksi jual global pada awal Agustus 2024 terlalu dibesar-besarkan.
Selain itu, pembacaan inflasi yang dirilis awal pekan ini juga memperkuat harapan kalau skenario soft landing masih mungkin terjadi.
“Data yang dirilis selama seminggu terakhir telah mencapai keseimbangan yang tepat, tidak terlalu panas, atau terlalu dingin,” ujar UBS Head of Investment Global Wealth Management Mark Haefele.
Ia menambahkan, hal ini akan membantu meredakan kekhawatiran akan resesi yang membayangi dan inflasi yang kuat akan menghambat the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS jika pemotongan suku bunga yang cepat diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan.
Lonjakan Saham Nvidia
Di sisi lain, saham Nvidia termasuk di antara pemenang tebresar dalam saham teknologi pada pekan ini. Saham Nvidia melonjak lebih dari 18 persen. Saham Apple dan Microsoft masing-masing naik 4 persen dan 3 persen selama sepekan.
Sebelumnya, indeks Dow Jones anjlok 1.000 poin dan indeks S&P 500 mengalami hari terburuk sejak 2022 pada 5 Agustus 2024. Hal ini seiring investor khawatir the Federal Reserve (the Fed) terlambat memangkas suku bunga dan ekonomi mulai terjerumus ke dalam resesi. Selain itu, volatilitas pasar bertambang seiring koreksi perdagangan mata uang.
Namun, investor mulai membeli sejak saat itu, dengan indeks S&P 500 naik selama tujuh hari berturut-turut karena laporan ekonomi meredakan kekhawatiran resesi. Indeks Nasdaq membukukan kinerja terbaik sejak November 2023. Di sisi lain, pada Jumat pekan ini, sentimen konsumen naik lebih dari yang diharapkan, menurut survei terbaruk Universitas Michigan.
Advertisement