Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka suspensi atau penghentian sementara perdagangan sejumlah saham. Antara lain saham PT Charnic Capital Tbk (NICK), PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN), PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS), dan PT Argo Pantes Tbk (ARGO), yang kembali diperdagangkan mulai hari ini, Rabu 21 Agustus 2024.
Hingga penutupan sesi I, saham NICK, MSIN, dan JMAS kompak berada di zona merah. Merujuk data RTI, NICK turun 9,02 persen ke posisi 605. NICK dibuka pada posisi 680 dan bergerak pada rentang 560-700. Frekuensi perdagangan saham NICK tercatat sebanyak 192 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 167,40 ribu lembar senilai Rp 104,16 juta.
Baca Juga
MSIN turun 1,97 persen ke posisi 6.2525. MSIN dibuka pada posisi 6.375 dan bergerak pada rentang 5.875-6.675. Frekuensi perdagangan saham MSIN tercatat sebanyak 969 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 933,60 ribu lembar senilai Rp 5,86 miliar. Kemudian JMAS turun 2,70 persen ke posisi 144.
Advertisement
Saham JMAS dibuka pada posisi 150 dan bergerak pada rentang 142-168. Frekuensi perdagangan saham JMAS tercatat sebanyak 10.303 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 110,70 juta lembar senilai Rp 17,37 miliar.
Sementara, ARGO naik 12,12 persen ke posisi 1.850. ARGO dibuka pada posisi 1.665 dan bergerak pada rentang 1.645-2.000. Frekuensi perdagangan saham ARGO tercatat sebanyak 318 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 209,70 ribu lembar senilai Rp 391,60 juta.
Sebelumnya, BEI melakukan penghentian sementara atau suspensi pada saham NICK, MSIN, JMAS, dan ARGO pada Selasa, 20 Agustus 2024. Suspensi dilakukan dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor lantaran terjadi kenaikan signifikan pada saham-saham tersebut.
Mau Diakuisisi Maybank, BEI Gembok Saham JMAS
Sebelumnya,Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara atau suspensi pada saham PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS). Hal itu sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham JMAS.
Dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor, Bursa melakukan suspensi saham JMAS pada perdagangan hari ini, Selasa 20 Agustus 2024 di pasar reguler maupun pasar tunai. Tujuannya, untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham JMAS.
Kenaikan harga saham JMAS seiring dengan kabar akuisisi oleh Maybank Indonesia Tbk (BNII). Di mana pemegang saham utama JMAS yakni Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) Jasa dirumorkan berniat menjual kepemilikannya atas saham JMAS kepada Bank Maybank Indonesia.
Saham JMAS ngacir hingga sentuh auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 34,55 persen ke posisi 148 pada Senin. Dalam sepekan, JMAS naik 57,45 persen dan naik 142,62 persen ytd.
Selaras, saham BNII juga tampak bergerak di zona hijau. Saham BBNI naik 4,03 persen ke posisi 258 saat berita ini ditulis. Dalam sepekan terakhir, BBNI naik 20,56 persen dan naik 6,61 persen ytd.
Advertisement
BEI Incar Kapitalisasi Pasar USD 1 Triliun di Akhir 2024, Mungkinkah?
Sebelumnya,Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan kapitalisasi pasar saham tembus USD 1 triliun pada akhir tahun ini. Optimisme Bursa disokong laju indeks harga saham gabungan (IHSG) yang kembali mencatatkan level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) ke level 7.436,03 pada Rabu (14/8).
Analis berpendapat target ambisius itu bisa saja tercapai, namun tidak mudah. Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono mencatat kapitalisasi pasar saham saat ini berada di angka USD 773 miliar. Untuk bisa mencapai target di sisa tahun ini, harus ada emiten besar atau kapitalisasi besar yang masuk Bursa, misalnya seperti IPO GOTO.
Wahyu menambahkan, pendorong lain yang bisa menyumbang pada angka kapitalisasi pasar yakni jika kinerja mayoritas emiten naik signifikan di sisa tahun ini. Atau dengan asumsi IHSG bisa tembus rekor baru, misalnya di atas 8.000.
“Masih ada sekitar 4 bulan, ya mungkin saja (tercapai), tapi berat juga. Major listing atau big IPO sudah sulit. Sejauh ini tidak ada agenda nya. Harapan besar pada masuknya kapitalisasi besar dari asing ke bursa,” kata Wahyu kepada Liputan6.com, Jumat (16/8/2024).
Namun untuk memastikan kondisi tersebut, Wahyu mengatakan pemicunya tidak bisa kondisi normal. Harus ada kecemasan bursa global seperti Wall Street dan Eropa sehingga ada potensi dana asing masuk IHSG. Ini pernah terjadi saat pandemi Covid-19, di mana Bursa Wall Street dan Eropa mengalami bear market dan anjlok lebih 20%, namun IHSG malah ke rekor 7.000.
“Logika moneternya bisa saja mendukung. The Fed cut rate, daya tarik bisa berkurang, lower yield AS. Jika mereka masuk ke Indonesia bisa saja terjadi dan aset yang dipilih adalah saham di bursa kita,” kata Wahyu.
Kapitalisasi Pasar
Idealnya, kapitalisasi pasar naik jika kinerja ekonomi bagus, kinerja perusahaan baik, dan investor masif beli saham. Sayangnya, Wahyu menilai faktor tersebut belum sepenuhnya kondusif. Di mana kinerja emiten banyak yang turun sehingga investor tidak tertarik, serta volume transaksi juga turun.
“Namun, jika kondisi ideal tersebut tidak terjadi sementara Bursa AS dan Eropa memburuk, bursa kita bisa jadi target pelarian aset,” tukas Wahyu.
Senada, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menjabarkan sejumlah faktor yang bisa andil mengerek kapitalisasi pasar saham. Di antaranya kenaikan harga saham dan IPO jumbo. Hal itu mengibgat target kenaikannya cukup besar yaitu 25% dari market cap sekarang.
Namun lebih santai, Desmond menilai kapitalisasi pasar bersifat dinamis. Sehingga tak jadi soal jika target tersebut tidak tercapai tahun ini.
“Tidak apa-apa kalau tidak tercapai. Tidak ada keharusan market cap harus naik terus setiap waktu. Market bersifat dinamis. Market cap bisa naik, bisa turun. Itu hal normal di pasar saham,” kata Desmond.
Advertisement