Â
Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berkomitmen terus menyisihkan laba untuk dibagikan sebagai dividen kepada investor. Direktur Utama BRI, Sunarso menjelaskan komitmen tersebut sejalan dengan upaya perseroan untuk menjaga kecukupan modal.
Baca Juga
"Kami percaya pada posisi modal kami yang tinggi dan kuat, dapat mendukung pembayaran dividen yang lebih tinggi," kata Sunarso dalam Public Expose Live, Kamis (29/8/2024).
Advertisement
Sunarso menjelaskan, BRI telah memprediksi situasi saat ini sejak 2020 saat terjadi pandemi Covid-19. Dalam perhitungannya, perbaikan ekonomi secara menyeluruh tetap akan mengalami naik turun meski secara umum dapat dikatakan Indonesia cukup cepat mengalami recovery.
Sumber Pertumbuhan Baru
Saat itu, BBRI memastikan ada sumber pertumbuhan baru. Sehingga dibentuk holding ultra mikro (UMi). Metodenya saat itu adalah melalui rights issue, di mana pemerintah berpartisipasi dalam bentuk inbreng saham Pegadaian dan PNM ke dalam grup BRI. Dari aksi tersebut, perseroan mengantongi modal Rp 41 triliun.
Bersamaan dengan kuatnya modal BRI, Sunarso mencatat CAR BRI saat ini berada pada posisi 25,1%. Sedangkan untuk mengcover risiko yang misalnya merujuk pada ketentuan Basel III. Di mana hanya dibutuhkan CAR sekitar Rp 17,5%. Artinya, ada ruang untuk tumbuh dari sisi kapital.
"Tinggal kita nyari likuiditasnya. Kalau kita asumsikan setiap tahun, itu hanya mengkonsumsi kapital 2%, maka saya yakin bahwa sampai 5 tahun ke depan, berapapun laba Bank BRI itu memang layak dibagi dalam bentuk dividen," tegas Sunarso.
Â
Sesuai Ketentuan
Di sisi lain, pembagian dividen juga merujuk pada ketentuan otoritas terkait. Meski BRI berniat membagikan berapapun laba untuk dividen, namun ketentuan rasio dividen tetap mengacu pada keputusan otoritas termasuk untuk dividen interim.
"Interim ini juga tergantung otoritas. Kalau otoritas membolehkan bagi dividen tiap triwulan, ya kita laksanakan. Karena lebih baik bagi kita untuk nyicil dividen daripada sekaligus," kata Sunarso.
Dari sisi rasio, dividen payout ratio yang mestinya bisa tinggi. Sebab, kata Sunarso, jika dividend payout ratio kecil maka modalnya akan kebesaran. Namun mengenai pembagiannya, apakah bisa dilakukan beberapa kali itu yang merujuk pada keputusan otoritas terkait.
"Dividend payout ratio-nya tinggi, itu harus. Tapi bagaimana cara bayarnya? Apakah langsung sekaligus atau dicicil dalam bentuk interim, itu subjek persetujuan dari otoritas," pungkas Sunarso.
Advertisement