Liputan6.com, Jakarta - Indeks Nikkei 225 di Jepang anjlok lebih dari 4 persen pada perdagangan Senin (30/9/2024). Di sisi lain, bursa saham Australia sentuh rekor tertinggi jelang data ekonomi dari China.
Mengutip CNBC, koreksi indeks Nikkei 225 didorong saham real estate. Sedangkan saham yang alami koreksi terbesar dipicu saham Mitsukohis Holdings yang anjlok 11 persen.
Baca Juga
Sementara itu, penjualan ritel di Jepang pada Agustus naik 2,8 persen year on year (YoY) mengalahkah prediksi Reuters dengan kenaikan 2,3 persen. Realisasi data ini naik dari revisi sebelumnya 2,7 persen pada Juli 2024.
Advertisement
Selain itu, indeks Topix susut 3,13 persen. Yen Jepang melemah 0,29 persen terhadap dolar AS dan diperdagangkan 142,63.
Pergerakan di pasar Jepang terjadi saat investor mencermati kemenangan Shigeru Ishiba dalam pemilihan Partai Demokrat Liberal Jumat pekan lalu. Ia akan menggantikan Fumio Kishida sebagai Perdana Menteri
Di sisi lain, China merilis angka indeks manajer pembelian resminya pada September yang mencapai 49,8. Meski indeks ini lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, angka ini menandai kontraksi bulan kelima berturut-turut untuk sektor manufaktur di China.
Survei PMI Caixin yang merupakan survei swasta yang disusun oleh S&P Global juga akan dirilis pada awal pekan ini.
Indeks Hang Seng di Hong Kong melonjak 2,3 persen pada pembukaan perdagangan, sedangkan indeks CSI 300 China daratan bertambah 3,86 persen.
Indeks ASX 200 menguat 0,62 persen, dan menyentuh posisi tertinggi 8.246,2. Indeks Kospi di Korea Selatan merosot 0,54 persen dan indeks Kosdaq tergelincir 0,49 persen.
Wall Street Beragam, Indeks Nikkei Cetak Rekor
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 27 September 2024. Namun, indeks Dow Jones menyentuh rekor baru pada perdagangan jelang akhir pekan. Hal ini seiring pelaku pasar mencerna data baru yang menunjukkan kemajuan lebih lanjut terkait penurunan inflasi.
Mengutip CNBC, Sabtu (28/9/2024), indeks Dow Jones melonjak 137,89 poin atau 0,33 persen ke posisi 42.313. Indeks Dow Jones membukukan rekor pada penutupan perdagangan dan mencapai titik tertinggi sepanjang masa selama sesi tersebut. Indeks S&P 500 merosot 0,13 persen menjadi 5.738,17. Sedangkan indeks Nasdaq terpangkas 0,39 persen ke posisi 18.119,59. Saham Nvidia yang melemah 2 persen membebani indeks Nasdaq.
Selama sepekan, rata-rata indeks acuan menguat. Indeks S&P 500 dan Dow Jones melesat 0,6 persen. Indeks Nasdaq naik hampir satu persen selama sepekan.
Adapun pelaku pasar merespons data inflasi yang menggembirakan yang dapat memberikan alasan bank sentral yang lebih kuat untuk memangkas suku bunga lebih lanjut dengan percaya diri.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi pada Agustus, ukuran inflasi yang disukai the Federal Reserve (the Fed) naik 0,1 persen sesuai dengan harapan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Personal Consumptoon Expenditure (PCE) Amerika Serikat naik 2,2 persen, di bawah perkiraan 2,3 persen.
Para pembuat kebijakan dan investor sama-sama berharap akan penurunan terus menerus dalam angka inflasi bulanan yang memungkinkan pelonggaran biaya pinjaman yang berkelanjutan akan meringankan beban pada neraca perusahaan dan rumah tangga.
Advertisement
Sentimen The Fed
“Sejauh inflasi tetap terkendali, dan kami terus menunjukkan tren ke arah itu, the Fed dapat fokus hampir seluruhnya pada pasar tenaga kerja yang berarti bias pemangkasan suku bunga,” ujar Chief Investment Officer Advisor Alliance Chris Zaccarelli.
Ia menuturkan, ketika the Fed memangkas suku bunga terutama tanpa ada pertumbuhan resesi, itu merupakan angin segar yang bagus untuk saham dan obligasi pada akhirnya akan memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen yang lebih sensitif terhadap suku bunga.
Wall Street baru saja mengalami kenaikan setelah serangkaian data meyakinkan investor tentang kekuatan ekonomi AS. Klaim pengangguran awal turun lebih dari yang diharapkan pada minggu terakhir, yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat, sementara pembacaan akhir produk domestik bruto kuartal kedua mencapai 3%.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 27 September 2024
Sebelumnya, bursa saham China catat kinerja mingguan terbaik dalam hampir 16 tahun. Indeks CSI 300 China naik 15,7 persen pada pekan ini yang didorong oleh beberapa langkah stimulus ekonomi oleh bank sentral.
Mengutip CNBC, Jumat, 29 September 2024, terakhir kali indeks mengalami kenaikan mingguan terbesar pada 14 November 2008. Indeks Hang Seng catat kenaikan mingguan sebesar 12,75 persen, dan menjadikannya minggu terbaik sejak Februari 1998, menurut data FactSet.
Pada Jumat, indeks CSI 300 melonjak 4,47 persen ke posisi 3.703,68, yang merupakan level tertinggi dalam satu tahun. Indeks Hang Seng menanjak 3,32 persen ke posisi 20.586,94, yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2023.
Reli ini terjadi ketika Bank Sentral China memangkas suku bunga reverse repo 7 hari menjadi 1,5 persen dari 1,7 persen serta memangkas rasio persyaratan cadangan lembaga keuangan sebesar 0,5 persen.
Bursa saham lainnya di Asia Pasifik juga menguat. Investor menilai data inflasi September di Tokyo yang secara luas dianggap sebagai indikator utama tren nasional. Tingkat inflasi utama Tokyo turun menjadi 2,2 persen dari 2,6 persen pada Agustus. Tingkat inflasi inti yang tidak termasuk harga makanan segar di ibu kota mencapai 2 persen, sejalan dengan harapan ekonom dan turun dari 2,4 persen pada Agustus.
Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 2,32 persen ke posisi 39.829. Indeks Nikkei sentuh level tertinggi sejak 19 Juli.
Di sisi lain, indeks Topix bertambah 0,73 persen menjadi 2.740,94 setelah pengumuman inflasi. Yen Jepang melemah lebih dari 1 persen terhadap dolar AS sebelum berbalik menguat 0,9 persen ke posisi 143,4. Yen menguat setelah Shigeru Ishiba menjadi perdana Menteri Jepang.
Sementara itu, indeks Kospi di Korea Selatan melemah 0,82 persen ke posisi 2.649,78. Indeks Kosdaq tergelincir 0,6 persen ke posisi 774,49. Indeks ASX di Australia mendaki 0,10 persen ke posisi 8.212.
Advertisement