Bursa Saham China Lesu Usai Donald Trump Tetapkan Tarif Impor 10%

Indeks saham acuan CSI 300 melemah usai Presiden AS Donald Trump tetap berlakukan tarif terhadap China.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Jan 2025, 15:22 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2025, 15:22 WIB
Bursa Saham China Lesu Usai Donald Trump Tetapkan Tarif Impor 10%
Bursa saham China anjlok setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ancamannya mengenakan tarif 10% terhadap barang-barang China masih dipertimbangkan. (Foto by AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham China anjlok setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ancamannya mengenakan tarif 10% terhadap barang-barang China masih dipertimbangkan. Selain itu, penerapan tarif terhadap barang China itu mungkin akan terjadi pada Februari.

Mengutip Yahoo Finance, Rabu (22/1/2025), indeks acuan CSI 300 menuju penurunan pertama dalam lima hari setelah Donald Trump mengatakan tarif dagang terhadap China sedang dipertimbangkan. Hal ini karena mereka mengirim fentanyl ke Meksiko dan Kanada.

Namun, level 10% lebih rendah dari potensi pungutan 60% pada semua produk China yang dijanjikan Donald Trump selama kampanye pemilihannya. "Ini akan semakin sulit dari sini,” ujar Direktur Investasi Abrdn Plc, Xin-Yao Ng.

"Ini adalah pengingat Donald Trump akan melakukan sesuatu, karena hari pertama mungkin telah memberikan kesan yang salah kepada sebagian orang kalau dia mungkin tidak akan melakukannya. Tarif yang lebih bertahap juga dapat menunda atau mengurangi kekuatan stimulus yang diinginkan pasar,” dia menambahkan.

Indeks CSI 300 merosot 1,3%, sedangkan indeks Hang Seng China Enterprises yang melacak saham daratan yang tercatat di Hong Kong turun 1,6&.

Yuan memimpin penurunan mata uang Asia setelah komentar Donald Trump tentang China. Masih banyak ketidakpastian tentang rencana Donald Trump untuk tarif China, termasuk apakah tarif 10% yang ditandai pada Selasa akan lebih tinggi dari tarif 60% yang ia ancam sebelumnya. Yuan turun 0,2 persen terhadap dolar AS.

Pada hari pertama masa jabatan barunya pada Senin, 20 Januari 2025, Presiden Donald Trump menunda perintah pengenaan tarif baru khusus China, meski ia akan mengenakan tarif 25% pada Kanada dan Meksiko paling lambat 1 Februari 2025. Tidak adanya tindakan terhadap China pada hari pelantikan Donald Trump disambut lega oleh investor. Hal ini ditunjukkan dengan indeks MSCI China naik 0,7 persen pada perdagangan Selasa, 21 Januari 2025.

Donald Trump Kenakan Tarif Impor 10% ke China, Berlaku 1 Februari 2025

Didampingi JD Vance, Presiden Amerika Serikat Donald Trump Temui Pendukungnya di Capital One Arena
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melemparkan pena ke arah kerumunan setelah menandatangani perintah eksekutif selama parade perdana di dalam Capital One Arena, Washington, DC pada 20 Januari 2025. (Jim WATSON/AFP)... Selengkapnya

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat yang baru dilantik, Donald Trump mengungkapkan bahwa pihaknya tengah membahas tarif impor sebesar 10% terhadap China.

Melansir CNBC International, Rabu (22/1/2025) bea masuk tersebut mulai berlaku paling cepat pada 1 Februari mendatang.

"Kita berbicara tentang tarif 10% untuk China berdasarkan fakta bahwa mereka mengirim fentanil ke Meksiko dan Kanada," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (21/1).

"Mungkin 1 Februari adalah tanggal yang kita lihat," lanjutnya.

Sebagai informasi, Fentanil, opioid sintetis, merupakan obat adiktif yang telah menyebabkan puluhan ribu kematian akibat overdosis setiap tahun di AS. 

Trump juga mengaku ia sudah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping melalui telepon terkait isu Fentanil dan perdagangan.

Pernyataan pihak pemerintah China mengatakan Xi Jinping mengharapkan kerja sama dan menyatakan hubungan ekonomi kedua negara saling menguntungkan.

“Jika AS mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen pada China dan China menanggapinya dengan cara yang sama, PDB AS akan berkurang aUsd 55 miliar selama empat tahun pemerintahan Trump kedua, dan USD 128 miliar lebih sedikit di China,” kata Peterson Institute for International Economics yang berbasis di AS dalam sebuah laporan pada 17 Januari 2025.

Seperti diketahui, AS merupakan mitra dagang terbesar China. Impor China dari AS sempat menurun 0,1% dalam dolar 2024 lalu, sementara ekspor tumbuh 4,9%, menurut data resmi yang diakses melalui Wind Information.

 

 

Surplus Dagang AS-China pada 2024

China Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen di Tahun 2023
Pekerja membongkar kotak dari bagian belakang truk di luar pusat perbelanjaan di Beijing, China, Senin (6/3/2023). Pejabat ekonomi China menyatakan keyakinannya bahwa mereka dapat memenuhi target pertumbuhan tahun ini sekitar 5 persen dengan menghasilkan 12 juta pekerjaan baru dan mendorong pengeluaran konsumen setelah berakhirnya kontrol antivirus yang membuat jutaan orang tetap di rumah. (AP Photo/Mark Schiefelbein)... Selengkapnya

Data tersebut menunjukkan surplus perdagangan China dengan AS pada tahun 2024 adalah USD 361 juta, lebih tinggi dari USD 316,9 juta yang dilaporkan pada tahun 2020, tahun penuh terakhir masa jabatan pertama Trump. 

Saat itu, Gedung Putih telah menaikkan tarif atas barang-barang dari China dalam upaya untuk meningkatkan impor barang-barang AS di negara tersebut, dan mengatasi kekhawatiran lama para pebisnis AS di negara tersebut.

Adapun Wakil Perdana Menteri Tiongkok Ding Xuexiang, mengatakan dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bahwa "Tidak ada pemenang dalam perang dagang”. 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya