Harga Batu Bara Meredup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Penurunan harga batu bara ini semakin diperparah oleh persetujuan dari Perdana Menteri Vietnam untuk rencana transisi energi negara tersebut, yang menargetkan emisi nol bersih pada 2050.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 22 Feb 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2025, 06:00 WIB
Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
IHSG ditutup pada level 7.220,88. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Harga batu bara terus mengalami penurunan dan mencapai level terendah sejak pertengahan 2021. Penurunan harga batu bara ini semakin diperparah oleh persetujuan dari Perdana Menteri Vietnam untuk rencana transisi energi negara tersebut, yang menargetkan emisi nol bersih pada 2050.

Salah satu langkah dalam rencana ini adalah penghentian bertahap pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 540 megawatt hingga 2030.

Langkat itu menunjukkan pergeseran kebijakan energi negara tersebut dari batu bara ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Tekanan tambahan terhadap harga batu bara juga datang dari India, yang mulai memperketat kebijakan impor dan mendorong produksi batu bara kokas metalurgi dalam negeri.

“Langkah ini berpotensi mengurangi permintaan impor batu bara secara keseluruhan, yang akan semakin menekan harga global,” ulas Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dan Hernanda Cahyo, Sabtu (22/2/2025).

Kelebihan Pasokan

Selain itu, kelebihan pasokan dan menurunnya permintaan dari sektor pembangkit listrik juga menjadi faktor utama yang menyebabkan harga batu bara terus melemah.

Meskipun demikian, proyeksi kami untuk harga di kuartal pertama 2025 masih dipertahankan di kisaran 110 dolar per ton, sedikit di bawah rata-rata tahun sebelumnya yang mencapai 115 dolar per ton.

“Tren penurunan ini diperkirakan akan berlangsung hingga kuartal kedua sebelum kemungkinan mengalami kenaikan musiman pada kuartal ketiga,” kata Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dan Hernanda Cahyo.

Di sisi investasi, Sanurl Sekuritas menilai saham Adaro (ADRO) tetap menjadi pilihan utama dengan target harga 3.400 rupiah per lembar dan rasio harga terhadap laba (P/E) sekitar 12,8 kali untuk tahun 2025, didukung oleh ekspansi ke sektor energi hijau serta kontribusi pendapatan dari anak usaha seperti ADMR dan SIS.

 

Tarif Baru China pada Impor Energi AS

Operasi tambang batu bara PT Adaro Indonesia (Foto: laman PT Adaro Energy Indonesia Tbk/ADRO)
Operasi tambang batu bara PT Adaro Indonesia (Foto: laman PT Adaro Energy Indonesia Tbk/ADRO)... Selengkapnya

China telah memberlakukan tarif baru sebesar 15% untuk impor batu bara dan gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat, serta tarif 10% untuk minyak mentah.

Keputusan ini merupakan respons terhadap kebijakan tarif yang sebelumnya diberlakukan oleh AS.

Dampaknya, perdagangan batu bara metalurgi global bisa mengalami gangguan, mengingat China memperoleh 11,7% dari total impor batu bara kokasnya dari AS pada tahun 2024.

Dengan adanya tarif ini, China kemungkinan akan mencari pemasok alternatif, yang dapat meningkatkan persaingan dan harga batu bara global.

 

Update Harga Batu Bara Terbaru

Tambang Batu Bara milik Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan
Tambang Batu Bara milik Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (dok: PTBA)... Selengkapnya

Per 19 Februari 2025, harga batu bara global tercatat di USD 101,90 per metrik ton, naik 2,93% dibandingkan sesi perdagangan sebelumnya.

Berbagai faktor, termasuk kebijakan perdagangan internasional, tren produksi, dan permintaan global, terus mempengaruhi harga dan dinamika industri batu bara di tahun 2025.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya