Ribuan Karya Idris Sardi yang Menyayat Hati

Sudah ada sekitar 1900 karya Idris Sardi ke dalam bentuk rekaman dengan alunan nada yang menyayat hati.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 28 Apr 2014, 12:20 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2014, 12:20 WIB
Idris Sardi
Idris Sardi (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Wafatnya Idris Sardi pada Senin (28/4/2014) pagi, merupakan suatu kehilangan besar bagi para pecinta musik simfoni maupun seluruh musisi papan atas Tanah Air. Pasalnya, Idris Sardi merupakan salah satu dari sekian banyak musisi senior Indonesia yang memiliki karya terbanyak.

Hingga kini, ada sekitar 1900 karya Idris Sardi yang sudah direkam dan dikemas ke dalam bentuk rekaman maupun CD. Bahkan, dari sekian banyak karyanya itu, masih ada 800 nomor yang belum sempat muncul di pasar musik Indonesia. Masih banyak juga karya-karya orkestranya yang dibuat hanya untuk koleksi pribadi.

Musisi yang sering menggunakan biola sebagai instrumen andalannya ini, telah menuangkan banyak tembang yang tak terlupakan diantara 1900 karyanya itu. Sebut saja Christina yang dinyanyikan oleh Rafika Duri untuk sebuah film bertajuk Christina. Di situ, alunan biola sang maestro terdengar menyayat hati dipadu nada-nada dari suara emas Rafika Duri.

Beberapa karya lainnya yang kebanyakan mendapat sambutan adalah saat ia menata musik untuk beberapa film hingga membuatnya diganjar Piala Citra sebagai Penata Musik Terbaik. Pertama kali, Idris Sardi menerima prestasi membanggakan itu setelah menata musik untuk film Petir Sepandjang Malam (1967).

Karya Terbaik

Hebatnya, Idris Sardi kemudian diganjar sembilan piala Piala Citra FFI sebagai Penata Musik Terbaik dari 19 nominasi untuk beberapa film yang musiknya dibuat olehnya. Sebut saja film seperti Cinta Pertama (1974), Senyum Di Pagi Bulan Desember (1975), Sesuatu Yang Indah (1977), Budak Nafsu/Fatima (1984), Doea Tanda Mata (1985), Ibunda (1986), Tjoet Nja' Dhien (1988), Noesa Penida (1989), dan Kuberikan Segalanya (1992). Sehingga, sudah ada 10 Piala Citra yang pernah dikantonginya.
 
Beberapa film lain yang ilustrasi musiknya ia kerjakan adalah Pesta Musik La Bana (1960), Perkawinan (1972), Budak Nafsu (1983), Pacar Ketinggalan Kereta (1988), Pengantin Remaja (1971), dan Perkawinan (1973). Bahkan, Idris juga sempat membuat ilustrasi musik untuk 130 episode sinetron.

Soundtrack Cinta Pertama yang dinyanyikan oleh Marini barangkali merupakan salah satu karya terbaiknya. Dalam karya yang dikemas menjadi sebuah album itu, terdapat juga medley lagu-lagu daerah dengan aransemen khas Idris Sardi. Album OST Cinta yang rilis pada 1975 juga tak kalah serunya. Kembali bersama Marini, Idris memainkan biolanya saat untuk direkam bersama Marini. Sebuah tembang bertajuk Cinta karya Titiek Puspa menjadi nomor andalannya.

Pada 1976, bersama Marini dan Trio The Kings, Idris Sardi juga membuat salah satu album yang cukup dikenang, OST Sentuhan Cinta. Kebanyakan, film ini menyajikan musik instrumen hasil aransemen Idris. Tembang-tembang di dalam album yang memiliki suara penyanyi hanya terdiri dari empat lagu. Bahkan, di sini Idris Sardi menunjukkan kemampuannya dalam bernyanyi dengan suara khas Broery Pesolima.

Musik dan Akting

Idris Sardi yang sudah malang melintang di dunia musik nasional sejak 1950an, belakangan sempat berakting dalam film Hasduk Berpola yang rilis pada 2013 lalu. Kala itu, ia bermain sebagai seorang veteran berusia 79 tahun yang memiliki kesulitan ekonomi serta beban moral atas gelarnya sebagai pahlawan. Sang musisi kembali berakting setelah 38 tahun tidak tampil dalam sebuah film.

Bagi Idris, bermain musik dan berakting memiliki sebuah kesamaan yang sangat identik di matanya. "Otomatis keduanya punya kesenangan yang sama. Film itu ruhnya di musik, musik itu harus tepat masuknya dan itu nggak gampang. Film itu unity, makanya musik film itu harus proporsional," ujarnya seperti dikutip dari 21Cineplex.

Idris juga turut mengungkapkan bagaimana instrumen biola yang telah dimainkannya bertahun-tahun di matanya. Dinyatakannya, "Yang jelas saya itu punya visi. Saya dididik secara benar dan belajar musik klasik. Seperti diketahui, biola itu alat musik tersulit dari semua alat musik, jadi harus ada bakat dan gila sama biola."

Idris Sardi menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 07.25 di rumah sakit Meilia, Cibubur, Jakarta Timur, Senin (28/4/2014).

Berita duka ini terungkap dari akun twitter Fadli Zon, fungsionaris Partai Gerindra. "Telah wafat maestro IDRIS SARDI tadi pagi jam 07.25 di RS Meilia, Cibubur. Semoga almarhum diterima di sisi terbaik Allah SWT," tulisnya.

Menurut kabar,  Idris Sardi sudah menderita sakit sejak pertengahan Desember 2013 lalu. Pria kelahiran 7 Juni 1938 ini merupakan guru dari violis perempuan Maylaffayza Wiguna.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya