Liputan6.com, Jakarta Dunia hiburan tanah air berduka dengan meninggalnya sejumlah artis di 2014. Beberapa artis senior dengan segudang prestasi tutup usia. Ada juga artis pendatang baru yang meninggal dengan cara tragis dan mengenaskan. (Bagian 1)
Baca juga:
Lucunya 10 Nama Asli Artis Indonesia (Bagian 2)
Advertisement
4 Kisah Cinta Artis K-Pop yang Menghebohkan 2014
5 Film Horor Hollywood Paling Mengecewakan di 2014
10 Film Hollywood Terbaik 2014
5 Lagu Indonesia Terpopuler Sepanjang 2014
Gantengnya 8 Brondong Masa Depan
10 Peristiwa Hollywood yang Menghebohkan Dunia
Ā
Decha Stardut
Decha Stardut
Pedangdut Rezha Purnamasari atau yang dikenal sebagai Decha Stardut yang meninggal pada Rabu (15/1/2014) akibat sakit komplikasi akhirnya dibawa pulang dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Tepat pukul 09.30 WIB, almarhumah tiba di rumah duka Jalan Pasundan, Desa Sabandar, Kecamatan Karang tengah, Kabupaten Cianjur.
"Jenazah sampai di rumah sudah lengkap ditutupi kain kafan sampai muka-mukanya. Jadi di rumah langsung disalatkan, dan dikuburkan. Alhamdulillah semua proses penguburannya berjalan lancar nggak ada hambatan sedikitpun," ungkap Rara Stardut, salah satu sahabat Decha saat dihubungi Liputan6.com melalui BlackBerry Massenger (BBM), Kamis (16/1/2014).
Menurut Rara, Decha bukan menderita sakit HIV yang santer tersiar. Ia menderita penyakit komplikasi paru-paru basah, meninitis dan TBC. "Neminitisnya sudah stadium akhir," ujar Rara. Decha meninggal dalam usia yang masih sangat muda.
Advertisement
Murry Koes Plus
Murry Koes Plus
Personel grup band legendaris Koes Plus, Kasmuri atau akrab disapa Murry, pagi tadi tutup usia di umur 64 tahun. Murry menghembuskan nafas terakhirnya pada Sabtu (1/2) pukul 05.00 wib.
Almarhum Murry Koes Plus dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur. Keluarga, sahabat dan para penggemar Koes Plus pun berdatangan untuk memberi pengormatan terakhir. Salah satunya terselip wajah Joko Widodo alias Jokowi yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Jokowi datang sekitar pukul 13.30 wib. Ia mengenakan setelan kegemarannya, yakni kemeja putih polos dan celana hitam. Bagi Jokowi, sosok Murry sudah tidak asing lagi.
"Beberapa kali sudah ketemu. Saya sangat mengenal sekali. Meski almarhum sakit, masih mau datang dan bertemu ditunggu penonton. Artinya beliau punya dedikasi kepada pekerjaan," kata Jokowi.
"Saya ingat semuanya. Saya kira semua tahu kalau dia jago gebuk drumnya. Semua tahu Koes Plus, dia adalah salah satu legenda," lanjut Jokowi.
Jojon
Jojon
Dunia hiburan Indonesia kehilangan salah satu pelawak terbaiknya. Djuhri Masdjan atau yang lebih dikenal Jojon meninggal dunia pada pukul 06.10 WIB di RS Ramsey Jatinegara karena sakit.
Aktor dan pelawak Indonesia berdarah Sunda ini dulu pernah bergabung dengan Jayakarta Grup bersama Cahyono dan Uu. Kumis kecil ala Charlie Cahaplin selalu menjadi ciri khasnya dalam setiap penampilannya.
Setelah sempat disalatkan di Masjid Al Munawwarah, Sentul City, Bogor, Jawa Bara, jenazah komedian H. Jojon akhirnya tiba di TPU Kebon Pedes, Bogor, Kamis (6/3/2014) sekitar pukul 13.20 WIB.
Jasad pelawak yang lekat dengan kumis ala Hitler ini langsung disambut ratusan warga sekitar yang telah menunggu sejak siang. Pemakaman komedian bernama asli Djuhri Masdjan itu pun berlangsung haru, isak tangis keluarga mengiringi pemakaman pelawak 66 tahun ini di pembaringan yang terakhir.
Advertisement
Farida Oetoyo
Farida Oetoyo
Kabar duka datang dari musisi Wong Aksan. Ibunda tercintanya, Farida Oetoyo meninggal dunia karena penyakit jantung, Minggu (18/5/2014) sekitar pukul 03:49 WIB.
Farida Oetoyo adalah seorang maestro Indonesia, yang meninggal diusia 75 tahun. Saat ini jenazah telah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan sekitar pukul 13.00 WIB.
Farida Oetoyo merupakan maestro balet Indonesia. Selain balet, Farida pernah juga merambah blantika film nasional atas ajakan suaminya, sineas Sjumandjaja. Ia membintangi beberapa film layar lebar antara lain film Perawan di Sektor Selatan, Apa Jang Kau Tjari, Palupi?, Bumi Makin Panas.
Arizal
Arizal
Sutradara Arizal menghembuskan nafas terakhir pada Minggu (18/5/2014) pada pukul 11.00 WIB.
Dalam biodata di situs filmindonesia.or.id Arizal disebut lahir di Airmolek (Riau) pada 11 Januari 1943. Arizal pernah menjadi penulis cerpen, karikatur dan wartawan sebelum terjun ke film. Debut pertamanya sebagai astrada dalam film "Kabut Bulan Madu" (1972), produksi PT Sarinande Film. Ia baru dipercaya oleh PT Surya Indonesia Medan Film dalam "Senyum Dan Tangis" (1974) yang skenarionya ditulis sendiri.
Filmnya yang lain, "Setulus Hatimu" (1975) meraih piala Citra pada Festival Film Indonesia 1975 dan Festival Film Asia 1975, untuk aktris utama Yenni Rachman. Sebagian filmnya selalu menyedot banyak penonton. "Pintar Pintar Bodoh" dan "Maju Kena Mundur Kena" adalah film yang paling laku, masing-masing pada 1981 dan 1983. "Segi Tiga Emas" (1986) dan "Dendam Membara" (1988) sukses dalam peredarannya di luar negeri.
Meski sudah membesut film drama hingga laga, Arizal lebih dikenal sebagai sutradara film komedi. Sejumlah film Warkop DKI lahir dari tangan dinginnya. Film komedi yang ia sutradarai antara lain "Saya Duluan Dong" (1994), "Pencet Sana Pencet Sini" (1994), "Gara-gara" (1993), "Mumpung Ada Kesempatan" (1993), dan "Tahu Beres" (1993).
Lebih lanjut, Yan Widjaya menulis Arizal setidaknya sudah membuat 60-an judul film dan sinetron. Selain film-film komedi Warkop DKI, ia juga turut melahirkan sinetron komedi era 1990-an seperti "Gara-gara", "Jin dan Jun", serta "Tuyul dan Mbak Yul."
Advertisement
Asep Sunarya
Asep Sunarya
Kabar duka kembali datang dari dunia hiburan. Dalang kondang, Asep Sunarya meninggal dunia pada Senin (31/3/2014), setelah berjuang melawan sakit jantung yang dideritanya cukup lama.
Menurut sahabatnya sekaligus anggota pengurus Persatuan Perdalangan Indonesia (Perpadi), Asep AS Hudaya, dalang yang kerap mengisi acara di salah satu televisi ini menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Al Ihsan, Bandung.
"Saya mendapat kabar satu jam yang lalu. Dia meninggal di rumah sakit," ungkapnya melalui pesan singkatnya yang diterina wartawan Bandung.
Meski diduga karena serangan jantung, namun Asep AS Hudaya masih belum bisa memastikan penyebab kematian pria yang lahir di Bandung 3 September 1955 lalu.