Mengenang Rae Sita Supit & `Cintaku di Kampus Biru`

Selepas Cintaku di Kampus Biru, nama Rae Sita Supit--kelahiran Brisbane, Australia, 1 Juni 1945-- jadi terkenal.

oleh Ade Irwansyah diperbarui 20 Mei 2015, 18:15 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2015, 18:15 WIB
Rae Sita Supit
Rae Sita Supit. Foto: Hernowo Anggie/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Bagi banyak orang, sosok mendiang Rae Sita Supit identik dengan film yang dimainkannya tahun 1970-an: Cintaku di Kampus Biru.

Aslinya film itu edar tahun 1976, tapi hingga kini filmnya jadi salah satu penanda zaman dari sebuah era yang terus dikenang.

Ketika Orde Baru mulai mapan sineas kita kemudian melahirkan film-film bagi anak muda. Wim Umboh menelurkan Pengantin Remaja (1971) dengan bintang Sophan Sophiaan dan Widyawati. Mereka main sebagai sepasang kekasih yang cintanya tak kesampaian, mula-mula karena ketidaksetujuan orangtua kemudian karena maut.

Kemudian ada Cintaku Di Kampus Biru (1976) yang dibintangi Roy Marten dan Rae Sita. Sutradara Ami Prijono menyadurnya dari novel populer Ashadi Siregar. Bahkan untuk ukuran sekarang, ceritanya tergolong berani: percintaan mahasiswa dengan dosen perawan tua.

Poster film Cintaku di Kampus Biru

Laman filmindonesia.or.id menulis sinopsis ceritanya begini, Anton (Roy Marten), mahasiswa cerdas, aktivis, ganteng, dan seolah penakluk wanita. Memutuskan pacar pertamanya, Marini (Yatie Octavia), ia mendekati Erika (Enny Haryono). Berhasil juga. Lalu ia menghadapi masalah lain: seorang dosen yang dianggap menghambat mahasiswa, Yusnita (Rae Sita), perawan cukup umur.

Anton memimpin demonstrasi mahasiswa terhadap Yusnita, hingga Anton disidang oleh dewan dosen. Persidangan ditunda karena ada kerja sama penelitian dengan universitas lain. Di sinilah Anton berhasil menaklukkan Yusnita. Namun Yusnita akhirnya memutuskan kawin dengan sesama dosen yang sudah lama mencintainya, dan Anton akhirnya kembali pada Erika, meski ibu yang terakhir ini pada awalnya tidak setuju.

Sosok Anton yang pemberontak dan berambut gondrong disebut terinspirasi Che Guevara, pemimpin gerilyawan di Bolovia serta memimpin Revolusi Kuba tahun 1960-an bersama Fidel Castro.

Cintaku Di Kampus Biru sukses besar. Filmnya jadi yang terlaris ketiga di Jakarta pada 1976. Sementara itu, film yang dikategorikan untuk 17 tahun ke atas itu, menurut antropolog Karl G. Heider disebut sebagai film Indonesia pertama dengan adegan ciuman di bibir secara penuh.

Rae Sita Supit. Foto: Hernowo Anggie/Liputan6.com

Selepas Cintaku di Kampus Biru, nama Rae Sita--kelahiran Brisbane, Australia, 1 Juni 1945-- jadi terkenal. Ia antara lain main banyak film lain seperti Bayang-bayang Kelabu, Kontraktor dan juga Kerikil-kerikil Tajam. Dikutip buku Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, Rae bilang sudah lupa sudah main berapa film. “Tidak banyak, berkisar antara tiga puluhan,” katanya. Ia terakhir main film tahun 1985.

Rabu (20/5/2015), Rae Sita, yang dinikahi temannya semasa SMP, Oke F.Supit, meninggal dunia di usia 69 tahun. (Ade)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya