Liputan6.com, Wales - Selama bertahun-tahun, orang bertanya-tanya ke mana perginya pelantun "Mercy", Duffy. Pada akhir Februari 2020, wanita bernama lengkap Aimee Anne Duffy tersebut mengungkap jawaban yang mengejutkan banyak pihak.
Duffy mengaku mentalnya runtuh setelah mengalami serangkaian peristiwa traumatis, yakni disekap dan diperkosa.
Kini, Duffy menceritakan secara lebih detail mengenai kejadian tersebut, lewat unggahan di blog miliknya, duffywords.com, seperti diwartakan Ace Showbiz dan E! News, Senin (6/4/2020).
Advertisement
Baca Juga
Di awal pernyatannya, Duffy mengaku agak sedikit berat menceritakan masalah ini di tengah wabah Corona Covid-19. Namun ia merasa kisah pilunya mesti diungkap.
"Aku hanya bisa berharap kata-kataku bisa menjadi pengalih sementara, atau mungkin memberikan rasa nyaman untuk orang yang baru melalui masa gelap," tuturnya.
Saat Ultah
Duffy juga memberi peringatan bahwa tulisannya ini bisa jadi memberikan rasa kurang nyaman untuk sebagian orang. Ia menulis, "Kalau kau tak kuat mendengar penderitaan orang atau cerita mengenai hal ini, aku merekomendasikan agar kau tak membacanya."
Ia lantas bercerita bahwa nasib malangnya terjadi pada saat ia merayakan ulang tahun.
"Kejadiannya pada ulang tahunku, aku dibius di sebuah restoran, dan selama empat minggu aku dicekoki obat dan pergi ke luar negeri," tulisnya.
Advertisement
Tak Ingat
Duffy tak ingat bagaimana ia sampai bisa berada dalam kondisi tersebut.
"Aku tak ingat naik pesawat dan duduk di bangku belakang kendaraan. Aku berada di kamar hotel, pelakunya kembali dan memperkosaku," tuturnya.
Duffy memang tak bisa mengingat banyak hal. Tapi ada satu hal yang tak bisa ia lupakan. "Aku ingat rasa sakitnya, dan mencoba untuk tetap sadar di ruangan itu, setelah peristiwa ini terjadi," kata dia.
Ingin Kabur
Pelantun "Warwick Avenue" ini mengatakan kala itu sulit baginya untuk kabur dari sang pelaku, meski ia ingin melakukannya.
"Aku bisa saja dihabisi olehnya. Aku berniat kabur ke kota tetangga saat ia tidur, tapi aku tak punya uang dan aku takut ia memanggil polisi karena kabur, dan mungkin aku akan ditandai sebagai orang hilang," kata dia.
Advertisement
Obat Kelas A
Duffy mengaku tak tahu apa yang membuatnya bertahan selama mengalami peristiwa tersebut. Termasuk saat ia dan pelaku kembali pulang rumah Duffy.
"Pelakunya memberiku obat di rumahku sendiri selama empat minggu," kata dia. Karena pengaruh obat, Duffy bahkan tak tahu apa perkosaan terhadap dirinya kembali terjadi.
"Aku tak tahu kenapa aku tak diberi obat saat berada di luar negeri, ini membuatku berpikir kalau aku diberi obat kelas A yang tidak bisa dibawanya bepergian," tuturnya.
Seperti Mayat
Seorang teman lantas mendatangi rumah Duffy dan melihatnya berada dalam kondisi mengenaskan. "Seseorang yang aku tahu datang ke rumahku melihatku bengong di balkon, dengan terbungkus selimut. Aku tak ingat pulang ke rumah. Orang ini mengatakan aku seperti mayat," tutur Duffy.
Setelah lepas dari peristiwa mengerikan ini, Duffy mengucilkan diri selama berminggu-minggu, tidak bertemu orang sama sekali. Ia akhirnya bertemu dengan seorang psikolog, yang merupakan pakar trauma kompleks dan kekerasan seksual. Secara perlahan, mental Duffy mulai pulih.
"Betapa beruntungnya aku bertemu dengannya bertahun-tahun yang lalu, mata birunya yang cantik, sofa pink, perpustakannya yang luas, kemampuan dan pengetahuannya yang hebat. Tanpa dia aku mungkin tak akan bisa melaluinya," tutur Duffy.
Advertisement