Liputan6.com, Jakarta Selain dikenal sebagai penyanyi, Han Chandra belakangan menekuni dunia pertanian dengan mengelola kebun sayuran permanen yang dinamai Kebun Kohan. Bertani tak semudah yang dibayangkan.
Sejumlah kendala dihadapi Kebun Kohan misalnya, hasil panen kurang maksimal dan beragam penyakit datang silih berganti. Ogah menyerah, pelantun “RencanaMu Tak Pernah Berakhir” terus belajar.
Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, Han Chandra belajar program pertanian di Pangalengan, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Bersyukur, hasil tak mengkhianati usaha.
Advertisement
Selama belajar, Han Chandra mulai menemukan sejumlah masalah yang menghalangi kemajuan Kebun Kohan. Salah satunya, yakni sistem pertanian di Indonesia fokus ke pupuk kimia.
Perkara Hama Tanaman
“Akibatnya, hama tanaman akan menyesuaikan diri sehingga lebih tahan pestisida hingga jumlah bahan kimia yang dibutuhkan lebih banyak. Pengeluaran petani jadi lebih besar karena butuh lebih banyak pestisida di tahun-tahun berikutnya,” katanya.
Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Kamis (20/4/2023), masalah tak henti sampai di sini. Ada banyak pemasok nakal yang membuat pupuk dan bahan-bahan jadi langka. Walhasil, harga pupuk melonjak. Citra bertani itu mahal makin sulit ditepis.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kesehatan Tanah
“Karenanya Kebun Kohan menerapkan metode pertanian yang berfokus ke kesehatan tanah. Ini dapat dilakukan dengan mikroba. Kami bermitra dengan petani lokal untuk menerapkan metode baru ini,” beri tahu Han Chandra.
Mulanya, metode ini susah diterima karena petani telah terbiasa bercocok tanam dengan metode konvensional menggunakan bahan kimia dan pestisida. Setelah melakukan mentoring, para petani pun makin terbuka dengan teknik pertanian yang baru.
Panen Tomat
“Hasilnya bisa dicapai seperti panen tomat yang biasanya tak mungkin bagus di musim hujan lebat, kini jadi mungkin sekali. Metodenya tidak dirahasiakan sehingga Kebun Kohan berharap petani yang lain bisa menerapkan program ini,” ia menyambung.
Kebun Kohan di Pangalengan terinspirasi Boscha, pengusaha perkebunan sukses di era Hindia Belanda sekaligus philantropis. Di tangannya kebun teh Pangalengan jadi yang terbaik di dunia dan menghasilkan banyak uang. Ia tak lupa berkontribusi untuk penduduk sekitar.
“Boscha berkontribusi banyak untuk membuat peneropong bintang, membangun ITB, sekolah tuna rungu dan tuna wicara, juga membangun gedung yang sekarang jadi Gedung Merdeka,” Han Chandra mengakhiri.
Advertisement