Liputan6.com, Surabaya - Ada sebagian orang yang keliru antara dr. Soetomo dan Bung Tomo. Nama keduanya memang hampir sama, yaitu Sutomo dan Soetomo. Akan tetapi, mereka orang yang berbeda. Hal yang sama dari mereka yaitu keduanya sama-sama pahlawan dari  Jawa Timur.
dr. Soetomo adalah pahlawan nasional yang berpikiran maju dan terbuka. Saat usia muda, Soetomo bersama rekan-rekannya mendirikan sebuah organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Berikut ini, Liputan6.com mengutip dari Buku dr Soetomo, Pahlawan Bergelar Dokter karya Rohmat Kurnia.
1) Soetomo lahir pada 30 Juli 1888 di Desa Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur. Sebelumnya, nama lahir Soetomo sebelum itu ialah Subroto. Ia lahir dari keluarga priyayi dan pejabat pemerintah.
Advertisement
Ayahnya bernama Raden Suwaji, seorang pegawai pangreh, sedangkan kakeknya bernama R. Ng. Singawijaya atau KH. Abdurakhman adalah seorang tokoh yang sangat terkenal dan berpengaruh. Oleh karena itu, hidup Soetomo sedari kecil serba berkecukupan.
Advertisement
Baca Juga
2) Ia menempuh pendidikan dokter yang didirikan oleh pemerintah Belanda, yaitu School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera.
Sekolah tersebut terus mengalami peningkatan dan kualitas pendidikannya, sehingga STOVIA sempat mengalami beberapa pergantian nama, dan sistem penerimaannya. Pada suatu ketika, Jepang datang dan membuat Belanda terdesak, hingga akhirnya terusir dari Indonesia.
3) Suatu hari di sekolah STOVIA, dr. Wahidin datang dan berpidato di hadapan seluruh siswa, salah satu dari mahasiswa tersebut adalah dr Soetomo. Pada pidatonya, dr. Wahidin menyampaikan gagasan yaitu membebaskan bangsa dari penjajah melalui pendidikan. Pidato dr. Wahidin itu sangat berkesan bagi Soetomo, sehingga ia dan pelajar STOVIA lainnya mendirikan sebuah organisasi yang di namakan ‘Budi Utomo’.
4) Organisasi Budi Utomo didirikan pada 20 Mei 1908 oleh Soetomo, Douwes Dekker, dan Dr. Tjipto Mangunkusumo, ialah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Budi Utomo artinya usaha mulia, misinya yaitu untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dengan memajukan pengajaran dan kebudayaan.
Organisasi itu pula menjadi cikal bakal kebangkitan Nasionalisme Indonesia, sehingga tanggal berdiri Budi Utomo di nyatakan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
5) Sepulangnya Soetomo dari STOVIA, ia ditugaskan di rumah sakit daerah Blora. Di sana, Soetomo bertemu dengan seorang perawat asal Belanda, namanya Everdina Broering.
Singkat cerita, berkat pertemuan yang intens di antara keduanya, Soetomo dan Everdina saling mengagumi dan jatuh cinta. Selanjutnya, ketika mereka sepakat untuk menikah, hubungan keduanya ditentang oleh keluarga kedua belah pihak, tetapi karena perasaan cinta mereka yang begitu kuat, Soetomo dan Everdina tetap menikah.
6) Kepribadian Everdina yang rendah hati, penurut, selalu memahami suami, dan membantu perjuangan Soetomo, menjadi alasan Soetomo setia kepada istrinya.
Hingga suatu ketika, sang istri jatuh sakit karena kelelahan, pada saat itu juga udara di Surabaya sedang panas, yang tidak cocok dengan tubuh Everdina. Kemudian, Soetomo membawa istrinya ke daerah yang lebih sejuk, yaitu Malang, lalu di sana juga tempat istri tercintanya meninggal pada 17 Februari 1934. Sejak istrinya wafat, Soetomo tidak pernah menikah lagi, sampai ia meningggal pada 29 Mei 1938.
Nah, seperti itu kisah kehidupan Soetomo, seorang dokter yang memperjuangkan kehidupan rakyat banyak. Ia pula mengabdi pada rakyat sampai akhir hayatnya.
(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)
Advertisement