Maskapai Tolak Angkut Satu Truk Koper Jemaah Haji Surabaya

Satu truk koper jamaah haji dalam Kelompok Terbang SUB 1 (Surabaya-1) dikembalikan ke pondokan jamaah oleh maskapai.

oleh Liputan Enam diperbarui 16 Agu 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2019, 14:00 WIB
Petugas Haji Indonesia 2019 membantu jemaah di Bandara Prince Mohammed bin Abdul Aziz. Foto: Darmawan/MCH
Petugas Haji Indonesia 2019 membantu jemaah di jalur fast track Bandara Prince Mohammed bin Abdul Aziz, Madinah. Foto: Darmawan/MCH

Liputan6.com, Jakarta - Satu truk koper jamaah haji dalam Kelompok Terbang SUB 1 (Surabaya-1) dikembalikan ke pondokan jamaah oleh maskapai. Pasalnya, pihak maskapai menduga ada cairan yang dimasukkan ke dalam koper-koper tersebut.

"Ketika selesai dilakukan penimbangan lalu bagasi itu dibawa ke gudang untuk di x-ray itu ada satu truk dari Surabaya 1 lalu kemudian dikembalikan ke hotel untuk dibongkar sendiri oleh jamaah," kata Kepala Daerah Kerja Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Subhan Cholid di Kota Makkah, Jumat (16/8/2019) dilansir Antara.

Ia mengatakan, keberadaan cairan dalam bagasi jamaah menjadi selalu persoalan setiap tahun. Di antara jamaah ada yang menyelipkan botol atau jeriken berisi air zam-zam di antara barang bawaan di dalam koper mereka.

"Ada yang dalam botol lalu dibungkus sajadah sampai lima biji, ada jeriken yang dibungkus kain ihram sampai tiga lembar. Karena itu alasannya takut pecah, netes, jadi kalau satu jeriken dibungkus dengan tiga lembar kain ihram, kalau pun pecah akan tertampung terserap di kain ihramnya sendiri. Tapi ini tetap berbahaya," katanya.

Keberadaan zat cair dalam koper akan terdeteksi dalam pemeriksaan menggunakan sinar X meski dibungkus berlapis-lapis.Koper yang terdeteksi memuat zat cair akan dikembalikan ke pondokan jamaah agar jamaah bisa mengeluarkannya sendiri dari koper.

Menurut Subhan, jika jumlah orang yang kopernya dikembalikan banyak maka hal itu akan sangat mengganggu proses pemulangan jamaah secara umum. Untungnya sekarang proses pengecekan koper dilakukan 48 jam sebelum pesawat tinggal landas.

"Ini masih lebih bagus karena masih ada waktu untuk jamaah membongkar sendiri dan menata kembali koper-koper tersebut lalu kemudian dikirimkan lagi ke gudang," kata Subhan.

Ia menambahkan, kalau saat puncak pemulangan jamaah maskapai tidak punya waktu dan tenaga untuk membongkar apalagi mengembalikan koper jamaah ke hotel, maka koper-koper tersebut akan dibongkar paksa di bandara oleh petugas bandara.

"Kalau dibongkar paksa dan tidak bisa juga maka tidak akan diangkut oleh maskapai dan dikembalikan. Risikonya barang tersebut tidak akan kembali bersamaan dengan jamaah," katanya.

Kalau banyak koper yang harus dibongkar, ia melanjutkan, tidak akan ada cukup ruang dalam pesawat untuk mengangkutnya secara bersamaan sehingga mungkin maskapai akan memulangkan koper secara bertahap dengan menitipkannya ke kloter-kloter jamaah yang selanjutnya berangkat Tanah Air.

"Dan itu akan sangat lama selesainya, bisa jadi jamaah sampai rumah barangnya satu bulan kemudian baru akan sampai karena masalahnya hanya terdapat air di koper itu," katanya.

Kondisi yang demikian juga berpotensi menimbulkan keterlambatan penerbangan jamaah dalam kloter-kloter berikutnya.

Sampai dua hari menjelang kepulangan jamaah gelombang pertama ke Tanah Air, penimbangan koper jamaah sudah mulai dilakukan di pondokan jamaah di Mekkah. Koper setiap anggota jamaah menurut ketentuan beratnya tidak boleh melebihi 32 kg.

"Kemarin sudah dilakukan pengangkutan dan penimbangan untuk 15 kloter. Salah satu yang diwanti-wanti dan selalu kita sosialisasikan kepada jamaah itu agar tidak memasukkan zat cair ke dalam koper besar dalam jumlah yang banyak," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya