Melihat Fenomena Ningsih Tinampi, Alasan Pengobatan Alternatif Jadi Pilihan

Pengobatan alternatif oleh Ningsih Tinampi sedang ramai diperbincangkan terutama di media sosial.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Apr 2020, 08:46 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 13:30 WIB
Ilustrasi Pasien Kanker, Kanker, Pasien (iStockphoto)
Tak Jarang Napsu Makan Pasien Kanker Justru Menurun Akibat Pengobatan (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pengobatan alternatif oleh Ningsih Tinampi sedang ramai diperbincangkan terutama di media sosial.Pengobatan alternatif yang dilakukan oleh Ningsih Tinampi ini pun diunggah di sebuah aplikasi layanan video. Ningsih Tinampi bahkan sudah memiliki 1,3 juta subscribers hingga artikel ini dibuat pada Selasa (17/9/2019).

Unggahan video Ningsih Tinampi juga banyak disaksikan oleh pengikutnya. Bahkan ada salah satu video yang diputar hingga puluhan juta kali. 

Pengobatan alternatif Ningsih Tinampi ini bahkan mendapatkan perhatian salah satu warganet. Warganet @biyan slam membuat video untuk datang ke pengobatan Ningsih Tinampi yang berada di Pasuruan, Jawa Timur. Video berdurasi 18:51 tersebut menggambarkan bagaimana antrean untuk datang di pengobatan Ningsih Tinampi, suasana lingkungan di dekat pengobatan Ningsih Tinampi, kemudian menggambarkan antrean di Ningsih Tinampi, dan pendaftaran pengobatan.

Dalam unggahan video itu, disebutkan masyarakat yang datang ke Ningsih Tinampi pun berasal dari daerah di Indonesia mulai dari Bekasi, Pacitan, Kalimantan, Papua dan lainnya. Bahkan masyarakat mendaftar untuk pengobatan di Ningsih Tinampi harus dilakukan berbulan-bulan sebelumnya.

Adapun pengaruh media sosial dinilai turut berperan sehingga meramaikan pengobatan alternatif Ningsih Tinampi. Hal itu seperti disampaikan Budayawan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Kukuh Yudha Karnanta.

"(Media sosial-red) sangat berpengaruh karena menyebar sehingga menjadi fenomena," ujar Kukuh saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (17/9/2019).

Ia menuturkan, pengobatan alternatif bukan sesuatu aneh bagi masyarakat Indonesia. Bahkan pengobatan ini justru dekat dengan masyarakat, misalkan dari faktor budaya dan dilakukan sejak dahulu. "Ningsih Tinampi seperti halnya Ponari," kata dia.

Ia menambahkan, masyarakat masih berbondong-bondong ke pengobatan alternatif tak lepas dari penjelasan medis dokter yang belum dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini karena dipengaruhi latar belakang pendidikan.

Masyarakat ada yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, menengag dan rendah. Oleh karena itu, menurut Kukuh, ada sesuatu penjelasan yang belum tentu dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu, ia menuturkan, masyarakat juga berusaha untuk mencari solusi lain lewat pengobatan alternatif yang dicari lewat dukun dan tabib.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Faktor Ekonomi

Tak hanya itu, faktor ekonomi masyarakat juga turut mempengaruhi. Hal ini karena pengobatan membutuhkan biaya cukup besar misalkan untuk operasi. Kukuh mengatakan, meski biaya kesehatan sudah dibantu oleh BPJS Kesehatan, masyarakat juga harus jalani proses yang tidak sederhana karena harus antre dan sebagainya.

"(Pengobatan alternatif-red) prosesnya sangat sederhana dan tidak rumit dengan biaya-biaya. Jadi orang dengan nalurinya pilih yang tradisional," kata dia.

Selain itu, menurut Kukuh, masyarakat juga akan membela datang ke pengobatan alternatif karena berpikir tidak ada jalan lain. Ditambah juga untuk memenuhi rasa penasaran seseorang. Hal ini seperti yang terjadi dalam cerita KKN Desa Penari.

"Masyarakat mudah penasaran dengan hal mistis dan gaib. Mereka makin penasaran dan hingga datang untuk kroscek wilayah KKN Desa Penari. Mungkin itu juga yang terjadi (fenomena masyarakat ke Ningsih Tinampi-red). Tunggu satu tahun tidak rugi apa-apa kalau kita tunggu," ujar dia.

Ia menambahkan, hal tersebut bukan sesuatu mengherankan. Hal ini mengingat dekat dengan masyarakat Indonesia terkait hal aneh, gaib dan mistis.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya