Bukan soal Biaya, Ini Alasan Sesungguhnya Pasien Kanker Pilih Pengobatan Alternatif

Pengobatan alternatif menjanjikan pengobatan tanpa rasa sakit. Padahal, belum diketahui secara ilmiah manfaatnya.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 21 Mar 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2018, 19:00 WIB
Ilustrasi Kanker Payudara
Pengobatan alternatif pada pasien kanker malah membuat pasien datang ke pengobatan medis dalam stadium akhir (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Alasan segelintir pasien kanker memilih pengobatan alternatif daripada medis bukan karena biaya yang lebih murah, melainkan janji menyembuhkan tanpa sakit.

"Tahu enggak pengobatan alternatif itu juga mahal lho. Cuma, alternatif itu menjanjikan berobat kanker tanpa sakit," kata Ketua Komisi Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Soehartati Gondhowiardjo di sela-sela konferensi War on Cancer South East Asia 2018 di Jakarta, ditulis Rabu (21/3/2018).

Bukan tanpa sebab orang-orang memilih pengobatan alternatif. Menurut pengalaman Soehartati berhadapan dengan pasien kanker, ketika seseorang diagnosis kanker, pasti akan panik sekali. Orang tersebut pasti akan mencari pengobatan yang ringan. Apalagi mereka sering ditakut-takuti dengan efek samping pengobatan medis seperti kemoterapi atau radioterapi.

"Coba, siapa sih yang enggak mau sembuh dari kanker dengan cuma disuruh minum kulit manggis? Siapa sih yang enggak mau sembuh dari kanker dengan makan kulit sirsak?" tambah Soehartati.

Akan tetapi, pengobatan alternatif ini belum bisa dibuktikan memberikan manfaatnya. Suatu pengobatan layak digunakan untuk manusia harus ada riset panjang hingga belasan bahkan puluhan tahun.

"Semua terapi itu, sebelum digunakan pada manusia harus melalui banyak percobaan, butuh waktu panjang. Bisa belasan tahun," tegasnya.

 

Saksikan juga video menarik berikut


Riset Panjang

Peneliti Laboratorium
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Soehartati mencontohkan proses riset penemuan obat untuk pengobatan medis. Mulai dari riset di cawan untuk mengetahui ada manfaat atau tidak. Kemudian uji coba pada hewan. Lalu ada fase klinis 1, 2, dan 3.

Fase klinis 1 untuk mengetahui efek samping biasanya dilakukan uji coba pada manusia sehat. Di fase klinis 2 dilihat lagi ada manfaat atau tidak. Lalu, ada fase klinis 3 melakukan penelitian untuk mengetahui bahwa obat baru memiliki keuntungan dibanding yang lama.

"Riset itu kan butuh waktu lama. Sekarang, kalau pakai (pengobatan alternatif) apakah sudah menjalani serangkaian itu semua. Jika sudah melewati fase itu, dengan senang hati kami akan menerima," tutur Soehartati.

Jadi, tidak bisa sebuah pengobatan hanya berdasarkan kira-kira saja. Tidak bisa hanya karena testimoni dari satu atau dua orang lalu diklaim bisa menyembuhkan kanker.


Jalani Pengobatan Alternatif, Stadium Kanker Meningkat

20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Tidak diketahui dengan pasti hasil pengobatan alternatif. Terlalu lama menjalani pengobatan alternatif malah membuat pasien menjalani pengobatan dengan tidak tepat.

"Akhirnya, dia datang (ke dokter atau rumah sakit) dalam kondisi stadium akhir," kata Soehartati.

Padahal, jika pasien masih dalam stadium dini dan mendapatkan pengobatan medis secara tepat, persentase kesembuhan meningkat dan biaya yang dikeluarkan bisa ditekan.

"Kalau pasien datnag dalam stadium lanjut, keberhasilan terapi kurang biaya dan biaya terapi sangat besar," kata wanita yang juga Ketua Federasi Organisasi Asia untuk Radiasi dan Onkologi ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya