Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyatakan telah meningkatkan jumlah intervensi sumur bor menyusul musim kemarau yang menyebabkan kekeringan di sejumlah daerah. Upaya itu diniatkan untuk membantu daerah yang terdampak kekeringan.
"Penanganan kekeringan, kita meningkatkan jumlah intervensi sumur bor. Ada dua jalur, satu melalui ESDM untuk sumur bor, satu lagi melalui Dinas Cipta Karya, melalui program Pamsimas," kata Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak di Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (8/10/2019).
Emil Dardak mengklaim dengan adanya sumur-sumur tersebut akan dapat membantu daerah yang kekeringan. Meski begitu, Pemprov Jawa Timur berharap program bendungan yang ada di wilayahnya menjadi proyek nasional, dilansir dari Antara.
Advertisement
Baca Juga
"Sumur itu diharapkan dapat membantu daerah yang kekeringan. Namun demikian, kita berharap program-program bendungan yang sudah masuk proyek strategis nasional saat ini bisa berprogres lebih baik," ujarnya.
Menurut dia, bendungan dibutuhkan tidak hanya untuk mengatasi kekeringan, tapi juga mengendalikan risiko banjir.
Emil Dardak mencontohkan seperti halnya sistem yang ada di Sungai Bengawan Solo, yakni ada bendungan di Pacitan, Ponorogo, dan juga Bendungan Gongseng yang ada di Bojonegoro.
"Ini dipadukan dengan penanganan banjir melalui penanganan seperti flatway. Jalur pintu yang akan bisa membawa air ke arah laut," ujarnya.
Sementara untuk antisipasi di sepanjang aliran Sungai Brantas, Emil menyatakan, pihaknya konsen pada polusi yang membahayakan ketersediaan air baku untuk kebutuhan pertanian.
"Di Brantas konsen kita adalah polusi. Karena polusi inilah yang membahayakan kesediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat dan pertanian," ucapnya di Surabaya.